Senin, 10 Maret 2014

Buat Apa

"Gue boleh minta payment gue sebagian dibayarkan duluan gak?" pinta graphic designer film Selamat Pagi, Malam yang rumahnya kebanjiran di kawasan Bandung Selatan.

Banjir kali ini tidak hanya datang dari bawah, tapi juga dari atap. Angin kencang mengusir genteng-genteng dan mengundang air bah masuk rumah.

Untung macbook-nya yang biasanya nongkrong di atas tempat tidur hari itu tidak di sana. Jadi seluruh pekerjaan poster Selamat Pagi Malam dan lain-lain masih selamat.

Kepompong Gendut yang sedang sangat aware dengan cash flow pun mulai menghitung. Fee-nya belum seharusnya jatuh tempo. Bisa mengganggu cash flow kepompong gendut yang semakin menipis, berbanding terbalik dengan air di Bandung Selatan.

Banyak penderitaan yang sedang terjadi dan kadang gue bertanya kenapa gue masih membuat film, bukannya jadi urban designer dan mendesain kota biar gak lagi kebanjiran.

Film tidak bisa merubah keadaan. Cuma masturbasi si pembuat?

"A film offers an escape, a hope that you cannot get from reality," kata Ellen de Generees di tengah-tengah para nominasi Oscar yang malam itu berasa seperti teman-teman ngumpul-ngumpul makan pizza sambil bagi-bagi piala.

A simple lyrics from John Lennon bisa merubah mindset satu generasi jadi anti perang. Tapi kita bukan John Lennon. Mungkinkah film kita membawa perubahan?

Mungkin kita cuma masturbasi dan menyenangkan diri sendiri. Tapi saat ini, apa yang bisa dilakukan ya dilakukan.


*transfer succeed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar