Sabtu, 29 Maret 2014

200 Ribu Cewe Keren

“Minta duit ke Om itu kaya minta duit ke bapak sendiri. Pasti dikasih,” katanya menceritakan investor Demi Ucok yang juga omnya sendiri.

Gue membayangkan minta duit ke Papi. Apakah dikasih?

Gak pernah. Karena sebelum diminta, pasti udah dikasih.

Sayangnya Papi gak punya 2 M buat gue bikinin film. Kalau nggak pasti udah dikasih.

“Kita beruntung sekali investor kita Om. Bayangkan kalau orang lain, ini laporan keuangan kita pasti dicurigai,”  katanya.

Demi Ucok sudah tayang lebih dari setahun yang lalu, dan tiba-tiba datang cek tambahan dari salah satu bioskop memberikan pemasukan sisa beberapa juta. 

Ketika menerima, gue senang-senang saja. More money. Tapi ternyata ini membuat para akuntan panik.

“Kita tahu dari mana kalau gak ada lagi pemasukan yang mereka tahan?”

Gak tahu.

“Kita tahu dari mana kalau jumlah penonton memang seperti yang mereka bilang?”

Gak tahu.

“Kita tahu dari mana berapa potongan iklan dan lain-lain yang harus kita bayarkan?”

Gak tahu.

Dengan business model seperti ini, dia terheran-heran kenapa masih ada orang yang masih mau investasi film di Indonesia. Tidak ada jaminan. Tidak ada kejelasan. Dan tidak ada aturan.

Mungkin semuanya cuci uang. Atau sekadar display kekayaan. Bukan untuk cari uang.

“Terus terang sebenarnya saya kenal dengan banyak investor yang tidak keberatan 10 atau 20 M. Tapi kalau business model-nya seperti ini ya siapa yang berani?” tanyanya.

“Kalau mau yang jelas mungkin harus jual ke luar negeri ya?” tanya gue mencari solusi. 

Sementara produser luar beramai-ramai hendak menyasar Indonesia, kita malah kabur ke luar?

Indonesia dengan 250 juta penduduk, surga bagi yang mau jualan produk. Tapi kita minderan, selalu merasa yang datang dari luar lebih berkualitas. Berani bayar tinggi untuk produk luar negeri. Produk dalam negerinya ditekan setengah mati. 

Sebenarnya gue hanya butuh 200 ribu cewe Indonesia yang cukup punya harga diri, berani punya selera sendiri, tau menghargai produk dalam negeri, dan mau menonton film gue. Hanya 1% dari penduduk Indonesia ini yang peduli pun gue sudah bisa hidup dengan cukup dan kembali membuat film lagi. Uang yang masuk dibuat film lagi  sehingga setiap tahun film terus bertambah dan semakin tahun semoga semakin baik.

100 penonton x 5 jam tayang x 30 layar bioskop x 14 hari sudah cukup.
  
Adakah 200 ribu cewe keren di Jakarta?










Tidak ada komentar:

Posting Komentar