Jumat, 14 Maret 2014

Indon

"Di Indonesia ada gak sih yang beres?" tanya si lulusan Amerika yang sebal mengetahui DCP kami belum juga diproses padahal tadi malam jam 2 pagi sudah kami potong dan kami kira tinggal dicopy.

Gue diam menatap kemacetan Jumat malam.

"Iiiii.... ada gaaaaakkkk?" katanya meraung bencong.

"Ntar gue mikir dulu," jawab gue juga meraung bencong.

Cuma kepikiran dua. Yang satu perpustakaan teman. Yang satu biro arsitektur teman.

Dua-duanya pernah kerja di Amerika, Jepang, atau Eropa. Dua-duanya keturunan Cina. Dan dua-duanya bukan perusahaan besar sehingga si empunya masih bisa turun langsung mengawasi semua project-nya.

Sisanya, mediocre. Serabutan. Palugada. Gak bisa appreciate karya. Bahkan perusahaan-perusahaan besar yang seharusnya cabang perusahaan kelas dunia.

Bahkan dua sutradara yang gue suka filmnya. Ternyata dua-duanya berantakan.

Gue menarik nafas panjang, mencoba bersyukur masih punya pekerjaan yang bisa dilakukan. Tapi gak bisa begini terus.

Dongeng Bawah Angin harus cepat diselesaikan. Dengan benar. Dengan sabar. Biar gue gak ada waktu untuk mengeluh lagi.

Dan Jokowi pun nyapres.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar