Seorang sutradara perempuan pasca nasionalis yang berkesadaran politik mengajak dua sutradara kurang kesadaran politik ke toko buku untuk membeli buku 'Kekerasan Budaya Pasca 1965'.
“Bagus nih pemetaannya. Jadi kita kebayang oh ini apa-apa aja yang terjadi,” kata si Pasca Nasionalis.
Kurang Kesadaran #1 malah mengambil buku lain, Sejarah Alkitab.
“Hiiiy, lo mau baca itu?” tanya Kurang Kesadaran #2.
“Yang nulis Karen Armstrong kok,” kata si Kurang Kesadaran #1.
“Oh,” kata si Kurang Kesadaran #2 sambil mengambil sebuah buku tentang Cina di Indonesia.
Si Pasca Nasionalis anak petani yang dulunya aktif di radio kekiri-kirian, karenanya dia membeli Buku Pasca 1965.
Si Kurang Kesadaran #1 anak tentara orde baru yang seumur hidup dicekoki kalau Alkitab itu Firman Allah yang gak pernah dilihat sisi historisnya. Padahal Alkitab sudah menjadi dasar banyak sekali peristiwa politik dunia yang tidak selalu membanggakan.
Si Kurang Kesadaran #2 anak pengusaha Cina generasi ke tiga yang bapak ibunya terpaksa ganti nama biar terdengar lebih Indonesia.
Si Kurang Kesadaran #1 tetap membeli buku Pasca 1965. Tapi sesampai rumah yang duluan dibaca malah Sejarah Alkitab dan langsung habis dalam semalam.
Semua punya cerita. Semua punya kegelisahan. Tidak harus bersama-sama.