Senin, 12 November 2012
Diana
Minggu, 11 November 2012
Maknyes, eh... Tia Said
"Eh kenalin, ca. Ini Caca Nina. Dia artis ca."
"Nina."
"Ini Caca Atid. Dia sutradara kenamaan ca. Filmnya menang piala Citra tahun 2008."
"2009."
"Oh iya. 2009, ca! Lo tau gak cinta cinta yang cina itu?"
"Yang mana ya?"
"Caaa di depan sutradaranya pula. Malu deh eike."
"Gue bikin film lain juga kok. Cita-citaku Setinggi Tanah lo pernah denger gak?"
"Eugene dah ganti kelamin ya?"
"Ca! Gue tuh dah minta diorbitin gak ngorbit ngorbit juga ca. Gimana ya biar gue jadi artis kaya caca?"
"Caca apaan sih?"
"Caca itu the now bo, Bo!"
Bo.
Jumat, 09 November 2012
Venny Tania
"Gue sebenernya pengen jadi artis."
"Nama lo sih dah cocok. Venny Tania. Kaya penyanyi dangdut."
"Dia namanya lebih gokil nih (menunjuk sebelah). Kaya teroris."
"Imam Samudera ?"
"Bukan. Satu lagi."
*blank
"Yang dari A."
"Aburizal Bakrie?"
"Hahaha. Terorisnya yang bom bali bo."
*tetap blank
"Ali Imron."
"Bisa tuh lo bedua jadi pilim. Penyanyi dangdut pacaran sama teroris."
"Gue yang maen dong?"
"Trus penyanyi dangdutnya gak laku gitu karena gak punya toket."
*tertawa sambil menangis perih di hati dan membusungkan dada
"Jadi sekarang kerjaan lo apa?"
"Gue kaya jurnalis gitu deh. Di majalah yang segroup ama Nylon."
"Majalah apa?"
"Ah lo pasti nggak tahu deh."
Ali Imron: "Tapi bentar lagi dia mau pindah mbak ke Kompas."
"Bah! Hebat kali!"
"Jangan dibilang-bilang dulu. Ntar gak jadi, malu."
Ooops.
Juno
"Sekolahnya sih pindfah-pindah ya Mbak... Di Perth juga sempet, bisnis, broadcasting... Ya gitu deh."
"Emang lo mau jadi apa?"
"Awalnya ke sini ya ditawarin katanya ada kesempatan jadi news anchor. Asik sih di sini. Udah sempat kadang-kadang masuk berita pagi juga..."
"Juno nama asli?"
"Asli dong, Mbak."
"Boleh dong, Mbak kalau ada film baru?"
"Asal lo mau buka baju."
"Walah, Mbak, Janganlah. Aurat."
*ketawa
"Lagian nanti pacar saya marah. Asmirandah..."
*ketawa lagi
Bintang Purnama
"Anak Opung cowok atau cewek?"
"Dulu dia kerja di BPK. Udah bagus kerjanya. Malah keluar. Katanya gak dipakenya otaknya di sana."
"Cowok atau cewek, Pung?"
"Ya cowoklah. Namanya juga anak."
*mengangguk-ngangguk (kalau cewek namanya boru)
"Kayaknya ada pacarnya. Tapi Cina. Kakak-kakaknya empat udah nikah. Bagus-bagus semua.Hanya memang cuma satu yang di HKBP. Anak-anakku memang gak ada yang di HKBP. Berantam terus. Aku, ya karena udah tua inilah, barulah aku ke HKBP. Dulu yang di Van Deventer kiannya kami."
"Opung udah berapa tahun ngejahit?"
"Aku udah 73" *senyum-senyum bangga "Gak keliatan ya?"
"Iya. Opung awet muda banget."
"Karena sering aku berenang. Minimal sejam. Dulu di Setiabudi. Sekarang di tempat kalian itulah, yang punya tentara. Hanya mahal kali. 50 ribu. Dan kotor. Udah renang, harus pake sabun antiseptik. Hanya enak airnya hangat."
"Sering berenang situ, Opung?"
"Padahal udah botak dia. Kenapa gak mau juga dia kawin ya?"
"Kenalin sama aku aja, Pung."
"Maunya dia yang 25."
Rabu, 31 Oktober 2012
Based On Future Events
Itulah karakter Glo di Demi Ucok.
Waktu ditulis di akhir tahun 2009, gue gak ngerasa itu gue. Karena setelah release cin(T)a, gue langsung bikin film lagi lho. Gak kaya si Glo.
Empat tahun kemudian, di Januari 2013 yang indah, film ke dua gue keluar.
Damn.
Am I writing my future?
Satu per satu kejadian yang gue tulis di Demi Ucok mulai terjadi. Tinggal belum diusir dari rumah. Be careful what you write.
Demi Ucok: based on future events.
Selasa, 23 Oktober 2012
The New Big Thing
"Cinema is a losing battle"
Kata seorang sutradara/ dosen film suatu sore setelah lelah mengajar dan melewati kegilaan traffic Serpong-Blok M jam 6 sore.
"Gue lihat murid-murid gue. Mereka gak lagi nonton bioskop. Sekalinya ke bioskop ya kalau ada Spiderman 3D. Mereka nonton film ya download. Gue masih beli DVD aja diketawain, berasa tua banget."
Begitu juga teman-teman kita. Seharian kerja, pulang macet. Nyampe rumah maunya tidur atau nonton DVD/ cable/ donlod-an/ karaoke/ bobo.
Kalau bukan temen, gak akan bisa dia bela-belain ngelewatin Sudirman jam pulang, bayar 25rebu, dan duduk 2 jam, buat cuma nonton film Indonesia.
"Ah film Indonesia. Mending nonton Taken 2."
Cinema is a losing battle.
Nunggu tanggal tayang bisa setahun. Udah tayang, keuntungan bagi 3 ama Bioskop dan Pajak. Dan herannya, masih ada saja yang pengen bikin film?
Karena sinema lebih bergengsi? Karena pengen punya film yang masuk festival Cannes?
Who cares?
CInema is a losing battle. If you wanna make money, you have to think.
Think!
Peredaran film lewat Internet seperti yang banyak dilakukan di Amerika belum cocok untuk Indonesia. Internetnya lambat, dan orang-orang lebih prefer yang gratisan daripada harus Pay Per View.
Tapi akhir-akhir ini Internet Indonesia semakin cepat. Murid-muridnya bisa nonton film sepuluh menit di Youtube dengan bebas nunggu. Buat apa datang ke bioskop kalau mereka bisa nonton film di mana saja?
Harus film yang mendatangi mereka.
Mungkin film di internet ini bukan lagi pendukung the big thing: sinema.
Mungkin webseries ini the new big thing.
Bikin 12 webseries durasi 10 menit sama saja denga bikin film 2 jam.
Tapi gimana dapet duitnya kalau nontonnya gratisan?
That's new wave marketing. Milioner jaman sekarang gak lagi dapat duit dari jualan core product. Gratisin aja core productnya. Dapet duit baru dari sampingan.
Google. Facebook. Angry birds. You name it.
Cut all the crap! CAri langsung sebenernya selama ini filmmaker bisa dapet duit dari siapa.
Dulu filmmaker tradisional dapet duit dari Bioskop dan TV.
Siapa sumber duit Bioskop? Penonton.
Siapa sumber duit TV? Iklan, baik produk atau layanan masyarakat.
Cut the crap, ayo nyasar langsung ke penonton dan perusahaan. Straight to their hand. Straight to their Ipad Iphone dan peniru-penirunya.
"Daripada lo minta investor lo invest 5M untuk film bioskop yang belum tentu ditonton orang, mending kita minta investor lo ngasih 1 M dan nyobain sistem distribusi yang lebih masa kini."
Webseries. 12 menit x 10 episode.
Gimana dapet duitnya?
Perusahaan : Tiap episode tentunya open to all product placement. Kalau iklan sebelum episode mulai, masih susah.
Penonton : jual merchandize, poster, kosmetik, notes, tas, pakaian, gals, dan produk yang mereka butuh
So what is big now?
Maybe the smaller the bigger.
Rabu, 12 September 2012
Another Chapter
Dulu kita bertiga mengarungi Jakarta, mencoba menyebarkan cin(T)a. Sekarang yang kita ingat cuma tawa. Bahkan derita pun kita tertawakan.
Kini dia jadi guru, lalu sepatu. Dia menikah dan mengasuh Boni.
"Kadang gue ngerasa ditinggalkan sih, Tid," katanya sedikit sedih mengenang cuma tinggal gue yang masih berfilm ria.
Guru diam saja, tapi diamnya mengiyakan.
"Lo bahagia gak?"
Gue menggeleng. Dan mereka tertawa bahagia.
Monyet.
Baguslah, Setidaknya ketidakbahagiaan gue menjadi kebahagiaan buat mereka.
Tapi gue bohong kok, gue bahagia. At least 2 jam bahagia,ketika ketemu mereka. Bernafas mindful breathing dan berterima kasih atas kehadiran mereka walaupun chapternya sudah berbeda.
Teman datang dan pergi. Akhirnya kita sendiri.
Hanya 2 jam pun tetap disyukuri.
Rabu, 15 Agustus 2012
Anakonki Do Hasangapon Di Ahu
"Bukan Hamoraon?" tanyaku.
"Sama itu sebenernya," jawabnya sambil memperlihatkan tulisan asli Nahum Situmorang, penulis lagu Anakonki Do Hamoraon, eh Hasangapon di Ahu.
Penulis lagu Anakonki ternyata gak punya anak, jadi hasangapon copyrights lagu ciptaannya jatuh untuk anak orang lain. Anak saudaranya.
Sementara lagunya mengilhami banyak wanita berpikiran sempit menilai wanita lain dari kemampuannya beranak. Beranak laki-laki. Anak perempuan gak dianggap anak.
Dan mengilhami banyak pria Batak untuk kawin lagi.
Demi hasangapon. Demi anak laki-laki.
It's 2012, and stories like this still happens.
"Udah nggak banyak sih yang kaya gini. Angkatan kakek n bokap kita masih. Tapi product-product broken home-nya ya generasi sekarang."
Bitter daughters.
Perempuan-perempuan yang melihat bapaknya kawin lagi karena ibunya cuma bisa beranak dia, the failed product.
"Jangan dilihat dari sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah: orang tua Batak selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya, di atas kepentingan dirinya sendiri."
Kalau simbol keberhasilannya adalah anak, bukankah segala yang untuk anak sebenarnya untuk dirinya sendiri?
Should we see the worst in our father?
Selasa, 14 Agustus 2012
Penghakiman
Tidak pernah ada orang yang merasa salah. Not even Al Capone. So why wasting your time correcting anyone?
Resep sukses Dale Carnegie untuk menghindari jadi judgemental: "If I were you, I would have done the same thing."
Dan tiba-tiba semua orang menjadi benar. Tidak ada lagi perselisihan.
Even Hitler goes to heaven, kata God versi Conversations with God.
Sulit untuk mengerti kalimat ini, apalagi ketika gue berdiri di barisan orang benar.
Ketika gue terjatuh dalam dosa, pelan-pelan gue mulai mengerti kalimat ini. Semua rancangan-Nya indeed rancangan kebaikan. Bukan hak gue menghakimi Hitler.
Saat itu, gue bersyukur jadi orang berdosa, karena gue jadi gak berani menghakimi orang lain.
For a while.
Sekarang gue kembali menghakimi.
"Bagi alkitab tak ada abu-abu. Cuma ada hitam atau putih," kata pendeta itu sambil menghembuskan asap rokok batang ke sekian.
Asap rokoknya terus memenuhi paru-paruku, dan nasihat alkitab memenuhi telingaku.
Bukankah kata Alkitab juga tak boleh membunuh? Gak dibilang kalau pelan-pelan, boleh.
Aku mengkibas asap rokoknya, hilang bersama nasehat alkitabnya.
Apakah aku sudah menjadi anak bebal yang gak bisa menerima nasehat?
Institusi ini terlalu besar untuk kudebat. Aku hanya seekor domba sesat.
They said we'll rot in hell, but somehow I don't think we will.
Hari ini aku diam saja.
Sabtu, 11 Agustus 2012
happily ever after
"There is no such thing in theorigional version!"
Cinderella was a lunatic,, talking to animals.
The sisters cut off their toes and heels to fit into the shoes.
They ended up having both their eyes picked by birds.
"The real storyof Cinderella is very gory. And we all ended up with this fairy tale of love and prince charming."
No wonder it doesn't exist.
Disney gets a whole generations fooled.
Jumat, 10 Agustus 2012
The Curious Project
The whole Serangoon Road is built in this land, not too far from the real Serangoon Road, without the real prostitutes, without the real tight ass inspectors, without the real traffic noise, but with real stager to put your crew, lighting, and whatever... You name it.
"When we finished the series, we were thinking not to bring the set down. It can be turned into something else."
Ini bukan set pertama yang gue lihat, dulu pernah tapi somewhere di Universal Studios. A whole different world. Kalau Hollywood ya bikin film di studio. Gak mau di lokasi asli.
Tapi ini Indonesia. Masih untung bisa bikin film. Mana pernah kepikiran ngabisin duit bangun set. Apalah artinya perijinan preman dan suara-suara seliweran dibandingkan uang jutaan dollar yang kami tak punya untuk bangun set.
Terlalu mahal.
Bisa bikin film aja udah syukur.
"Kalau kita mau bikin Curious Grandmas dengan proper, ya harus 1 juta dollar."
Cuma harga satu episode TV mereka sih.
Tapi film pertama gue 100 juta. Naik sepuluh kali lipat ke 1 M. Seharusnya kalau mau konstan naik 10x lipat ya sekarang 10M.
Tapi bikin film gak bisa menuruti deret aritmatika. I am not ready for this. I am not experienced enough. I am too provencial to go international.
Maybe they need a more mature and experienced producer.
Gue lebih baik menikmati indahnya Selat Malaka, perpaduan keindahan alam dan arus lalu lintas laut super sibuk, bergelantungan di hammock menikmati foreground pohon kelapa dengan background kapal-kapal tanker di kejauhan, menikmati resort yang biasanya hanya dinikmati orang singapura dan korea.
"This is not about you."
Tiba-tiba that voice menghentak gue dari hammock.
Sepuluh M doang... It's nothing for me. I want it made. The grandmas need this movie.
Not because of me. This grandmas is a strong tough beast. It doesn't need any funding. It doesn't need any award. It doesn't need me.
We have a beautiful ending, and this story needs to be told.
If they can make 1 million dollars TV episode, why am I so bothered with a 1 Million dollar movie?
Fear.
"Gue gengsi banget kalau ditolak."
Jadi inget papi, pengumpul coPro terbanyak di Demi Ucok. Ketika ditanya kenapa papi gak malu minta-minta seratus ribu ke orang-orang, papi cuma jawab:
"Kan buat nona kecil papi, ngapain malu?"
This is not about you.
Then the fear disappear.
This is for our moms. Maminya Lucky. Maminya Daud. And all the housewives that dedicate all their life for their family and deserved much more from us.
I am now curious.
Rabu, 08 Agustus 2012
Cubes
Bayangkan ada sebuah lukisan gurun, dan ada sebuah kotak.
The cube is you.
Mr. Floating Glass Cube bertemu another Mr. Floating Glass Cube, mahkluk-mahkluk tanpa rahasia yang suka berangan-angan. Tak heran mereka langsung bertukar tips and trik male escort mana yang layak disewa dengan harga memuaskan.
Bayangkan ada sebuah tangga.
The stair is your friends.
Teman-teman mereka berdiri sendiri, tegak lurus tanpa ditopang mereka.
Bayangkan ada bunga di lukisan.
"What? Mana ada bunga di gurun?"
"Ya bayangin aja."
"Gak usah ada ajalah."
"Gue juga gak usah ada aja."
The flower is your offspring.
Emang mereka gak perlu punya anak. Gak bisa juga. Dua-duanya homo.
Bayangin ada kuda.
"Ih gak oke banget ada kuda. Kuda gue rasi bintang aja deh di langit."
"Gue ada deh, tapi jauh2 dai kotak. Hitam, kuat, and nyebelin. Sok."
Kuda itu pasangan harapanmu.
"Buahahahahaha... Pasangan gue rasi bintang? Not even real."
"Gue emang selalu tertarik ama asshole sih. Makanya mendingan gue gak pacaran."
Mereka kembali berbagi tips and trik male escort se-Jakarta yang ternyata itu-itu saja tapi tak habis-habis dicoba. Baru halaman 16 mereka sudah memutuskan disambung nanti saja.
Bayangkan angin di lukisanmu. Sepoi-sepoi? Tornado?
"Gue gak ada."
"Gue juga gak ada."
Angin itu melambangkan masalah di hidupmu.
No wonder they call them gay. Because they are gay.
"Kalau bisa bayar, ngapain punya pacar?"
No drama.
Now I understand why they do not call lesbians gay.
Senin, 06 Agustus 2012
On Distribution
"Indonesia itu selalu ketinggalan beberapa tahun. Jadi lo gak perlu susah-suah nyari inovasi. Lo tinggal google, lihat di Amerika dan China lagi pada ngapain tahun ini, tinggal lo ikutin aja tahun depannya."
But Kickstarter doesn't work in Indonesia.
"Ya tentunya harus diseusaikan dengan culture Indonesia."
Culture Indonesia yang dipengaruhi Internet slow motion, bajakan High Resolution, dan On Line Payment perjuangan.
That's the culture yoou need to adjust to.
Jadi lupakanlah Video On Demand. Selama Kota Kembangbelum jualan kembang dan masih DVD bajakan, dan nyetir ke sana masih lebih cepat daripada streaming film 2 jam, lo gak akan bisa makan dari mengharapkan demand.
"Lebih cepat kok."
Saingan berikutnya ya download-an gratisan.
Damn.
Jadi gimana caranya kita jualan film?
"You tube udah bisa ada iklan. Lo bikin aja fim-film pendek 4 menitan. Kalau udah banyak yang nonton, lo bisa naro iklan di video atau channel lo."
Tantangan berikutnya adalah waktu: DVD Hollywood bertabur review dan jempol Ebert menumpuk belum tertonton dari Lebaran tahun lalu. Why would we watch some random indie channel?
Maybe solusi negara ini bukan online. Bikin pemutaran reguler biar orang terbiasa nonton.
Pada jaman dahulu kala, di saat bikin film indie mulai merasuki arwah mahasiswa-mahasiswa salah jurusan, Sally bikin acara patontontonton dengan konsep sesama filmmaker saling menonton. Lama-lama acaranya berhenti karena susah nyari film.
Nyari penonton juga sih. Orang udah cape nonton film gambar goyang2 gak berkonsep dan cerita gak original gak menghibur.
"Di Banyuwangi sekarang tiba-tiba banyak filmmaker baru dan di sana mereka rajin pemutaran. Dan yang nonton film emak-emak dan bapak-bapak!"
Aha.
Tinggal mikirin cara biar bisa nyebarin film ke pemutaran di pelosok tanpa harus takut filmnya dicopy dan berakhir di Kota Kembang lagi.
Bikin sistem DCP cinema 21 versi rakyat. Hard Disc harus ada lock-nya dan ga bisa dicopy.
Ternyata sarjana-sarjana terbaik ITB sudah diekspor ke luar negeri. Belum ada yang rela research Hard Disc indie.
Sambil menunggu keajaiban, mungkin kita bikin workshop film aja gimana? Mungkin orang sekarang gak mau nonton film gue. Tapi kalau nonton film sendiri, mungkin semangat.
That might be a good way to trigger. Lama-lama kan orang pengen nonton yang lain juga.
Voyeur.
Insecurity
Penyebab ke tiga perpisahan selain Facebook dan Twitter, ternyata: insecurity.
"Gimana gue mau ngajak dia kawin kalau dia kaya gitu?"
"Gimana gue gak cemburuan kalau dia gak ngajak-ngajak gue kawin juga?"
"Mungkin nanti gue balik lagi kalau gue dan dia udah lebih dewasa."
"Gue sayang ama dia. Tapi mungkin nanti saja, kalau kita lebih dewasa."
"Berduaan bukannya ngomongin visi ke depan, malah berantem terus."
"Ngapain diterusin kalau udah gak ada trust."
Andai saja... Andai... salah satu strong enough untuk menahan ego dan bilang, I will be with you no matter what... The other one will not be insecure. And they will live happily ever after.
Tinggal mencari cara gimana dealing with the Facebook and the Twitter.
Love is always worth it. Insecurity will leave you empty handed.
"Unless ada kesalahan ontologis: udah kawin atau ngajak pindah agama," katanya.
Then you are better off with her Facebook and Twitter.
Coffee and Sugar
Put some sugar on me
So you can't taste the real me
I am not the best you can have
They are somewhere in Europe
Put more sugar on me
Show them you love them more
By making me more less me
Put some sugar on me
Minggu, 05 Agustus 2012
Wedding Organizer - The Series
"Ada yang sehari kawin, trus besoknya cerai. Si cewenya nangis-nangis, takut udah hamil soalnya malemnya udah begituan ama cowonya. Si cowonya balik ke Singapur, pagi-pagi cuma pergi, trus ngirim email minta ganti rugi biaya perjalanan dia dan keluarganya dari Singapur. Berapa belas juta gitu..."
"Yang bayar kawinannya?"
"Cewenya."
Tiga filmmaker mengendus potensi serial.
"Ada lagi yang ditampar mertua di pelaminan. Itu mah langsung cerai saat itu juga. Gak besoknya. Padahal akad, semua udah. Ini teh pas lagi resepsi."
"Ada lagi yang dateng ke MC minta mo nikah bulan depan. Eh, minggu depannya dateng lagi, udah ama cewe yang beda. Tapi tanggal dan tempat kawinannya tetap sama. Eh besoknya si MC didatengin cewe lamanya tapi sama cowo baru. Minta si MC juga mc-in nikahan dia di tanggal yang sama."
Kalau dikasih treatment kaya Emergency Room, drama di kawinan akan lebih menegangkan daripada di ruang operasi.
Kenapa Orang Amerika gak pernah bikin serial Wedding ya?
"Mungkin karena wedding di Amerika yang nikah 2 individu, bukan 2 keluarga."
Good point. Di Indonesia, 2 keluarga kalau mau bersatu harus perang dulu di sebuah battlefield bernama wedding reception. Lebih epik dari Perang Padri. Tanpa darah dan pedang, tapi lebih menusuk.
Pemeran utamanya Wedding Organizer aja. Cewe. Jadi nggak mau kawin karena keseringan liat yang cerai.
"Banyak sih yang make kita dua kali. Harusnya buat yang ke dua dikasih diskon mereun nyak?"
"Trus lo masih mau kawin?"
"Kawin mah mau. Tapi gak usah acara-acaraan lah," katanya ragu-ragu.
Lebih seru kalau gak mau.
Two Bottoms and A Stone Butch
"The pleasure of sex is not physical. It's psychological," kata seorang bottom saat ditanya apa enaknya dimasuki benda asing dari lubang pantat.
"I'd rather dimasukin, daripada gue yang masukin. Kalau ada stuffs di kondom pas gue keluarin kan jijay."
"Bukannya kata lo dimasukin sakit?"
"But I find pleasure to make him happy. Gue biasanya fake-fake in aja muka gue, biar dia lebih turn on."
"Gue sebel banget tuh kalau dia udah keluar trus gue ditinggalin sendirian, belum selesai," kata another bottom.
"I don't mind," kata the submissive bottom.
If sex is not physically enjoyable, why do you guys became gay?
"Gue mau muntah liat toket."
"I hate vagina."
"I just cannot get it up wih girls."
"I hate sex with guys. Girls are better, but I keep falling in love with boys."
It's just preferences. Some prefers boys. Some prefers girls.
Some prefers ears.
"Gue gak suka ada yang gigit-gigit kuping gue. Kaya mau dimakan. Tapi pas kuping dia digigt, eh dia melenguh keenakan. Ya gue gigit aja terus."
Some prefers feet.
"Gue cuci-cuci dulu kaki gue, jangan sampe dia jiji."
Some prefers rimming.
"Jijik banget, pas gue rim masa keluar tai gitu, padahal udah gue cuci-cuci sebelumnya. Dan dia gak nyadar."
Some prefers di-rim.
"Enak banget booo. Makanya gue bottom aja deh terus. Daripada gue harus jilat-jilat pantat orang."
Some loves corpse.
"Mungkin karena the need to dominate ya? Mayat kan ga bisa ngelawan?"
Some loves taik.
"Two girls and a cup. Kalau gak kuat, jangan nonton."
Some loves fisting.
"Emang bisa ya dimasukin?" the stone butch menatap kepalan tangannya sendiri.
"And you? What do you prefer?"
The two bottoms stare at the butch, waiting for an answer.
Silent moment.
*sigh
"I don't know. I never had an orgasm."
"Just look at yourself in the mirror. Explore."
"I did. Some people just had it really deep, gak keliatan. I guess I am one of those."
"Ya coba teken-teken aja sendiri."
"Malas."
"Maybe you need to try it with a guy."
"Kalau cowo udah mau klimaks, gue suruh mandi aja. Pake aer dingin. Males."
"Iyh egois banget lo."
"Well, waktu itu sih gue kira gue menghormati keperawanan ya, but I guess I was simply lesbian. I was not turned on by him."
"But you never had orgasm with girls?"
"Nggak."
And she was asking why they all became gay. Maybe she needs to ask herself first.
Maybe gay should not be called sexual preferences. Because it was not always sexual.
Sabtu, 04 Agustus 2012
Nurturing Kepompong
"Kalau lo masih baru, ya jangan mikirin duit dulu. Kan lo bisa dapat banyak link untuk proyek ini."
Cuma 65 juta untuk 10 menit profil something-nya Bank Indonesia karena sudah entah tangan ke berapa baru sampai ke gue. Duit emang gak seberapa, tapi banyak link potensial. Kapan lagi ngewawancara Gubernur BI?
"Lo kan maunya bikin film. Mending lo bikin film aja. Kecuali mereka mau profile-nya bentuknya film."
Gak bisa. Script-nya udah jadi.
Dan tentunya basi.
"Jadi setiap kali film tayang di channel kami, kami akan memberi filmmaker revenue sharing sebesar sepertiga dikali jumlah biaya berlangganan dikali jumlah pelanggan di luar pelanggan basic dikali persentase jumlah penayangan film anda dibandingkan dengan jumlahpenayangan keseluruhan film-film di channel kami."
"Jadi satu film sekali tayang dapet berapa, Mbak?"
"1,6 juta."
Rupiah! Jualan karpet aja untungnya 5 juta.
"Lo mau gak bikinin video klip gue?" tanya si anak kaya yang mau bayar berapa aja.
Dan mendengarkan lo ngomong lebih dari 5 menit? Mending gue jualan karpet.
"Lo tuh terlalu sombong."
"Gue yakin duit yang nyamperin gue, bukan gue yang nyari duit."
"Lah itu kan duit dah nyamperin lo, malah lo tolak?"
Apakah 'listening to my gut' make me an arrogant person? My first instinct tells me to say 'no'.
Tapi kenapa sekarang gue ragu?
Setelah gak dapet 10 ribu coPro, walaupun 'somehow it's enough', kenapa gue malah tidak lagi mendengarkan my first instinct? Fear kembali lebih menguasai gue. Takut gak punya duit.
"This is not about you."
"I know."
"This is not your work."
"I know."
"I only want you to do what you have joy doing."
"I know."
"Then why are you afraid, oh you who doesn't believe?"
"I do believe in you."
"Then be still."
"Gue gak bisa diem aja."
"Ah lu. Katanya TOEFL lu 635? Emang still artinya diem aja?"
"Oh iya."
"Be still and know that I am."
"What are you?"
"Ih berisik. Udah nurut aja deh."
"Iyeee... Iye..."
"Good."
"You know what?"
"What?"
"It's 'you who DON'T believe' by the way, bukan DOESN'T."
"Cerewet."
"Kan TOEFL gue 635."
"Unfortunately, my dear. Gue gak melihat rupa, gak ngelihat harta, dan gak ngelihat TOEFL."
"I love you."
Brooklyn Van Java
"Gue ke Bandung packingnya cuma lima menit," kata the fashionista Jakarta yang lemarinya penuh jas bertuliskan nama-nama pria tak kukenal.
Who the hell is Tri Handoko?
"The people here is so chill. Gue gak perlu dandan-dandan kalau mau keluar. I can just wear this shabby T shirt."
Gue menatap baju gue: kaos lima puluh ribuan yang gue beli diskon 50% di factory outlet pake kartu kredit mandiri mami natal tahun lalu. His shabby T shirt looks hipper than my factory outlet couture.
"No wonder kita gak dapet-dapet duit buat film kita," katanya sambil menatap hopeless baju dan sepatu crocs gue which I proudly wear for 9 months straight karena gak rusak-rusak.
Untuk bisa dianggep di Jakarta, I need a new Balenciaga bag, Motorcycle: edgy, makes me look worth 5M, and gak terlalu mahal.
"Gak sampai 20 juta kok!!!"
If I have 20 juta, mending beli susu anak Fatwa.
My school girl look won't get me money for our movie. I need to dress like a real producer: The power bitch with Birkin bag.
Mungkinkah ini karena Bandung? You do not need 20 milliiion bag to survive here.
Bandung is a good place to breed a freak. Orang-orang yang gak takut beda dari yang lain. Atau gak tahu dia beda?
The good thing about being a freak is that you can have your own style and be comfotable with yourself because you do not know how it feels to have people's attention on you. So you end up being yourself: the freak, and fine with it.
Or was it me who is terlalu kulit badak?
Gue melihat sekitar.
Kiri Kate Spade. Kanan Massimo Dutti.
Damn.
"Ya udah nanti kita ubek-ubek lemari Mak Gondut. We'll se what she got. OK?"
Demi 5 M.
Jumat, 03 Agustus 2012
Psalm 23
'The Lord is My Shepherd' tertato permanen di lengannya.
Nguik nguik. Gue mulai mendekat penasaran. Siapakah mahkluk homo bertuliskan Mazmur besar-besar di tangannya ini?
Pertama kali dia ngaku homo ke pastornya, si pastor cuma bilang satu hal:
"Be a good gay."
Jadilah dia berbeda dengan homo-homo lainnya yang langsung pahit hati mendengar kata agama, apalagi Tuhan. Bukan karena mereka benci, tapikarena mereka terlalu sering disakit. Jadi lebih baik membenci duluan.
Thanks to seorang pastor yang gak hobi mengutuk, seekor domba homo gak lari dari gereja.
"A lot of people can hate me, but God doesn't hate me," katanya tenang.
Sebab Tuhan besertaku.
"I am now married to my fimmmaking," katanya on the subject of pacar.
Dulu dia posesif dan selalu demanding ama pacarnya. Dia kemudian sadar kalau itu hanya sebuah pelarian karena ada ruang kosong di hatinya yang tak terisi sampai frustasi. He was so frustarated with his filmmaking and he threw it to his boyfriend.
Karenanya dia harus menjawab keinginannya sendiri duu. Bikin film.
Sekarang dia punya pacar, tapi bukan prioritas dibandingkan film. Dan dia gak lagi posesif.
Apakah gue harus mencari that hole in my heart? Katanya sih seharusnya diisi dengan Tuhan ya bo.
God is love. So find what you love doing. For me, it's movie making.
Gue langsung membayangkan Seekor domba gendut yang nangis-nangis sendirian setelah jalan di lembah kekelaman. Tiba-tiba sebuah tangan besar dan hangat membaingkan gue di rumput hijau tebal yang empuk. Domba gendut tidur seharian sambil tersenyum.
Domba gendut bermimpi tentang sebuah cahaya yang datang sore-sore dan membuat bulunya semakin memutih.
I want to tell your story all my life.
4 hours passed me by
Jam 6: alarm BB berbunyi.
Jam 10: bangun, idupin 'Get Up and Go' di BB dngan sedikit penyesalan what have I done this last 4 hours.
Harusnya renang. Harusnya beres-beres kamar. Harusnya baca. Harusnya nulis blog. Harusnya gak mikirin yang gak perlu.
Nguik.
What have I thought for 4 hours?
Newsweek and how it could give America another chance to be the greatest country in the world?
Should I call Anita Sarawak?
Majalah Fovea kok bilang2 sih gue gak punya cewe?
Pengen bikin cerita tentang selingkuh?
Harusnya kemaren gak makan Mc Darmo dan sambal biar ga jerawatan.
Bisa nggak ya bikin PH di Bandung aja? Gak usah ke Jakarta.
Should I call her?
Dan another Should Woulda Coulda yang membuat 4 jam ku berlalu di tempat tidur.
How many times did you move on but not leave?
Ah sudahlah. Good things will set me free.
Yuk bebas yuk cyin.
Rabu, 01 Agustus 2012
Girls
"It reminds me of Demi Ucok," katanya setelah menonton Tiny Furniture.
Lene Dunham, 25 years old, bikin film pake 5D dibintangi emak dan kakaknya. Ceritanya tentang dirinya sendiri yang setelah lulus kuliah berjuang di New York pengen jadi penulis tapi gak nulis-nulis. Setelah dua tahun, tunjangannya di stop emaknya.
"So she has something to write about," kata emaknya.
And the story begins.
Terdengar mirip Demi Ucok versi New York.
Bedanya doi masuk Tribeca, menang di mana--mana dan sekarang she has her own HBO show yang dibintangi, di-direct, dan ditulis doi sendiri.
Versi HBO, judulnya ganti jadi Girls. Ceritanya tentang cewe-cewe first jobber di New York dan masalah hidupnya yang gak jauh-jauh dari pekerjaan dan selangkangan.
It's like 'Sex and The City' versi si chubby yang pengen nulis. Di kamarnya ada poster Sex n The City. Who knows sekarang dia yang merajai HBO setelah Carrie dan teman-temannya terlalu tua untuk have sex in the city.
Kalau Sex and The City bikin gue pengen pindah ke New York dan punya teman-teman seperti Carrie Bradshaw, Girls membuat gue melihat kanan kiri dan menyadari New York ternyata gak jauh beda dari di sini.
They're in New York, but I know these people. They're around me.
Cewe gendut yang pengen jadi penulis, bangkrut, dan gak nulis-nulis.
Cowo yang terlalu baek sampai cewenya gak bisa cinta lagi ama dia.
Cewe yang pengen putus ama pacarnya, tapi pas pacarnya punya pacar duluan malah nangis2.
Cewe yang selalu berusaha baik dan ramah tapi malah ganggu.
The lovable jerk yang ternyata insecure dan haus kasih sayang.
Watching all this insecurities... It's like giving a mirror to my face.
Kalau lo berani jujur dan mau mendengarkan sekitar lo dan menertawakan diri lo sendiri, you don't need 3D effects and IMAX to get people to enjoy your story.
Moviemaking is like standing naked in front of people.
Lene Dunham literally shows off all of her fat belly to us with no hesitation. And I watch her with no hesitation.
"Anak gue naksir banget ama dia," kata tante-tante hipster beranak remaja hipster.
Gosh. This might be a new age for chubby actresses.
*goyang2 perut, menggoda
Anyone?
Selasa, 31 Juli 2012
New Chapter
Teng teng teng!
Bunyi jam nenek dua belas kali, beriringan countdown twitter @demiucokfilm, menandakan Juli telah berlalu. Selamat datang Agustus 2012.
Agustus tahun lalu gue lagi dibayar 600 dollar per hari dan disayang Bang Ucok dan Kak Ria.
Tahun ini berbeda.
No better or worse. I just knew me more and more each day.
7 bulan dan 10 hari yang lalu, gue memulai mencari 10 ribu coPro untuk film Demi Ucok. Hari ini, gue siap memulai chapter baru bersama 2300 coPro,a lot of new friends, and a lot of stories to tell.
What story to tell first?
Most of them mending jadi novel, so I can hide behind some other name, pretending it wasn't me, and get paid.
And has something to give you for your birthday.
Aha.
But some stories need to be shared tanpa malu-malu, for my own sake. Biar gue bisa mendaki lagi, to the place where I can shout 'maaf' sincerely.
What do I learn most from the strangers I met?
Bertemu orang semakin hari semakin menyesakkan. Tiap ketemu orang baru, gue berusaha membuat mereka menjadi coPro dengan wacana dan paksaan. It's tiring.
Marketing is tiring.
I spent all my beginner's luck di cin(T)a. Dengan manajemen seadanya dan melangkah berbekal faith and joy saja gak cukup untuk mendaki bukit di tengah gaung social media dan Cherry Belle.
"Makanya jadikan diri lo gunung, biar lo gak perlu marketing, " hentak seorang strangers, mengembalikan gue ke dunia mimpi, di mana tidak ada yang tak mungkin. If you can imagine it, you can do it.
Sebuah pepatah Batak berkata: gunung cuma ngomong ama gunung.
Jadi percuma lo menawarkan diri ke sana sini. Hanya akan membuat lo kehilangan jati diri dan tetap gak dilirik gunung lain.
Tapi, sayangku, gunung gak dibangun semalam kecuali lo bernama sangkuriang dan berayah binatang.
Gunung dibangun tahap demi tahap.
Lapisan terbawah adalah nyali, faith, the 'kutau yang kumau'... Go out and dance!
Lapisan berikutnya knowledge.
Lalu networking.
Infrastruktur.
Product.
Terakhir: Brand.
Kalau lo mau nyari musisi Batak kontemporer, who you would look fo?
Viky Sianipar.
Gak banyak yang tahu tadinya dia mau jadi another Padi or Sheila on Seven. Untung dia rajin mengembangkan knowledge, jadi dia bisa tahu kalau dia terarik ke area yang belum disentuh musisi populer lain... Di mana lo harus tahu sejarah dan budaya. Barulah dia bisa punya brand viky sianipar.
In my case, the product came first before knowledge. Makanya setelah cin(T)a gue sibuk keliling ke mana-mana untuk mendapatkan knowledge on how to make film.
Di Ucok, si product juga jadi dulu, baru gue networking nyari copro.
No wonder semuanya belum maksimal.
But that's okay. Banyak jalan ke gunung. Kadang lo emang harus jatuh, daki, jatuh, daki, and jatuh lagi. Untung banyak lemak melindungi jadi tulanku tetap kuat mendaki.
Semoga Demi Ucok bisa mendatangkan infrastruktur yang gue butuhkan untuk bisa membiuat produk yang berkualitas. Sekarang gue baru di tahap Networking.
Networking?
Setelah berbagai mingle2 di festival, networking terdengar semakin membosankan. Gue gak dapet apa2 but a bunch of name cards.
Perlukah kita networking?
Pas cin(T)a gue gak kenal siapa-siapa. You don't need to know people. If you want something so bad, people will be attracted to you.
So what's the point of networking?
"Networking itu bukan kenalan. Tapi lo merhatiin apa yang dibutuhkan orang, dan lo bantu mereka, karena suatu hari lo juga pasti butuh dibantu mereka."
Lagi-lagi it's the art of 'how can I benefit you?'
Stop acting like you are the center of the universe. You are not a wave, you are part of the sea.
Lo dikenalin ke sekian banyak orang bukan untuk membuat mereka jadi coPro.
No.
Kalau cuma buat duit 1M, you can get it from one person easier. Gak butuh 7 bulan 10 hari.
You know more people, so you can link more people. Lo bisa menyatukan simpul-simpul yang belum bertemu.
Then networking is no longer tiring. It's liberating.
Networking itu berbagi.
Jadi inget cerita hamba yang ditingga. Tuannya dan dikasih talenta. Yang dikasih100 talenta pergi melipatgandakan talentanya dan membuat tuannya senang. Sementara yang talentanya cuma dikasih satu, malah ngubur talentanya di tanah. Marahlah si Tuan. Talentanya yang cuma satu diambil dan doi end up gak punya apa-apa.
Today I don't wanna burry the little talent that I have anymore. Sebelum tuanku pulang, harus segera dibagi.
I wanna tell you a story.
Mari berbagi.
Minggu, 10 Juni 2012
taik
Halo semuanya :D
Perkenalkan, aku taik. aku kasar dan menjijikkan.
Padahal cuma keran tangan pacarku dipegang taik lain, aku jadi taik.
Eh, dia bukan taik. Aku yang taik. Dia baik.
Aku taik jijik.
Pantas gak akan ada yang tahan sama aku.
Aku kasar dan menjijikkan.
Ayo cepat-cepat disiram.
Sebelum yang lain bau taik.
Kamis, 07 Juni 2012
garis-garis mendatar
"Kalau gendut kayak kau, jangan pake baju garis-garis horizontal... Tambah besarlah kau," raung Mak Gondut saat ditanya nonton MNC apa nggak.
"Pink pulak lagi. Kau pakai warna biru tua!" suruh Mak Gondut sambil mulai mengeluarkan koleksi jas biru tua dan warna-warna non babi lain dari lemarinya.
Padahal kemaren gue sudah siap-siap untuk memilih duduk jauh-jauh dari Olivia Jensen, ketika host malah menyuruh gue duduk di antara 3 cewe lidi.
Gak bisa menolak. Lagi live.
Babi.
Untung Sammaria punya jurus duduk agak mundur sedikit, sedikit tipuan visual, jadi Sammaria walau pake pink tidak terlihat terlalu babi di antara Arumi Bachsin, Olivia Jensen, dan Brenda Naura.
But Mak Gondut doesn't think so.
"Gimana kau mau laku?" raung Mak Gondut.
"Mbak Sammaria ini keras. Perfeksionis. Kalau ada yang masuk di kriterianya, pasti langsung gak mau," kata bintang tamu lain si peramal cinta.
Bah bah bah
Macam ada aja yang bisa kupilih. Kalau ada, udah dari dulu aku kawin, bang.
"Makanya jangan pake baju garis-garis," sambung Mak Gondut membantah analisa kenapa gue gak laku-laku juga.
"Ada itu Hasibuan. Udah nelpon dia?" sambung Mak Gondut. Gak peduli kalau gue dah nyerocospanjang lebar tentang project yang gue produseri baru saja terpilih masuk Project Highlight di Pifan.
"Kalau mau garis-garis, pake yang manjang ke bawah atau nyerong ya!" sambung Mak Gondut lagi, mengeluarkan koleksi jas, mengantisipasi kesempatan jualan berikutnya kalau2 anaknya masuk TV.
Jualan anak, bukan jualan jas.
"Kalau pake jas yang biru ini, gak apa-apalah kalau pake garis-garis."
Lumayan nambah blazer buat ke Pifan.
Selasa, 05 Juni 2012
Bikin Film Seminggu Satu
Script Budget Casting Reading Rehearsal Crew Hunting Recee Storyboard Breakdown Schedule Location Scout Set building Blocking Lighting Shooting Acting Editing Sound Graphic Scoring Soundtrack Makkkkkk....
Untuk satu scene 15 detik, persiapan berbulan-bulan, budget berjuta-juta, make up berjam-jam, panas-panas, action... Take beberapa kali tergantung kapasitas aktor, and... Cut!
Kok hasilnya gitu doang?
Ah gini sih gak usah pake Red.
Moviemaking is all about waiting... waiting... and waiting...
Waiting for the money to come
Waiting for the make up department to finish
Waiting for the set to be done
Waiting for the camera to roll
Waiting for the director to say ok
Waiting for someone to find you
Waiting...
Waiting...
Waiting...
If we minus all the waiting, maybe we can do it all in one week.
Tapi kan kita bikin film sama manusia, bukan sama robot. It takes time to share your vision to theirs.
Unless you do it all by yourself. Or with those love you enough to shut up and trust whatever you said.
Minus the waiting and the talking, mungkinkah kita bikin film seminggu satu?
'Bikin video klip sehari lima juga mungkin' kata seekor mahkluk TV yang jam 1 pagi masih produksi.
'Sehari satu juga mungkin' kata abang-abang sinetron stripping.
Kalau gitu pertanyaannya diganti, mungkinkah kita bikin film seminggu satu tanpa Arumi Bachsin?
Tanpa Arumi Bachsin, you don't have the money, the crew, and the equipment to support your vision.
Mungkinkah?
Kalau Robert Rodriguez bisa, kenapa kita nggak?
Tahun 1991pula.
It's 2012. With all the ipad, and the iphone, and the google, and the youtube... There's nothing We cannot do. Kalau mau.
Yuk ah yuk.
Bikin film seminggu satu: Moviemaking doesn't have to be that painful. Relax!
Minggu, 03 Juni 2012
menanti teman hidup
Ternyata lagu indah itu dibuat Tulus saat doi gak punya calon teman hidup. Dia yang indah meretas gundah ternyata masih dinanti saat ditulis. Saat itu tidak ada yang membawa sejuk, memanja rasa, dan selalu ada untuk Tulus.
Optimis sekali lah kau, Bang.
Jadi mahkluk sepertiku pun masih bisa berharap lah ya dapat seseorang yang di dekatnya aku lebih tenang dan bersamanya jalan lebih terang. Yang akan tetap bersamaku jadi teman hidupku dan berdua hadapi dunia.
Gak usahlah kau milikku milikmu, nanti malah tambah posesif kita. Yang penting emang satu tujuan. Let it flow aja arungi derasnya waktu.
Bila di depan nanti, banyak cobaan untuk kisah cinta kita, Jangan cepat menyerah karena kita punya Dia. Selamanya akan begitu.
Jadi hari ini aku duduk manis menanti jiwa yang selalu aku puja. Dengan sedikit bantuan MNC TV, on air jam 11 malam. Moga-moga ada yang gak keberatan melihat gue terlihat keberatan di samping Olivia Jensen dan Arumi Bachsin.
Be Still
"Kak, trailer Demi Ucok diputer di JPCC. Moga-moga coPronya nambah, " bbm sepupu manisku yangbukan jemaat JPCC.
I am wondering whose work this is.
Thank you:D
Sex is an art
If you want to have sex as an art, there are 3 things you need to avoid.
1. Never have sex with a virgin.
Awkward.
2. Never with somebody else's wife.
Karma.
3. Never pick up a girl from a party drunk.
No art comes from unconscious mind.
Take her out to dinner, treat her well, and make love to her.
Then sex became an art.
Katanyaaaaa...
Sabtu, 02 Juni 2012
Get Up And Go
Lo jangan bilang suara gue masih bisa better deh. Gue dah maksimal.
Mak! I've heard you better before! Jauh!
Iya itu kan dulu. Sekarang gue dah tua. Dah ga pernah latihan vokal.
Heh, Monyet! Dua tujuh tua, gue apaan?
Lo kan sutradara. Makin tua makin mahal. Penyanyi mah 27 udah telat banget.
Gue jambak juga lo. Kalau suara gue kaya lo, ga bakal gue pake ngeluh.
Banyak kalik yang suaranya kaya gue.
Siapa?
Lea Simanjuntak.
Suara Lea Simanjuntak banyak? (Sambil menjambak)
Monyet. Rontok ntar rambut gue. Gak cakep lagi.
Udah tau cakep bukannya jadi penyanyi.
Banyak kalik yang mukanya kaya gue.
Denada iya sih.
Maksud gue Sophie Novita ya! (balas menjambak)
Sophie Novita kan tenar. Lo kok masih di sini?
Heh! Syukur gue belon tenar. Kalau nggak, mana mau gue maen film lo.
Oh iya. Untunggg lo belon tenar.
Gue kecepetan kawin kali ya?
Denada ama Sophie Novita juga dah pada kawin. Lo kegendutan kalik.
Bukannya penyanyi favorit lo pantatnya juga gede? (goyang pantat)
Nina Simone? Iya. Seru banget kalau doi dah goyang pantat.
(goyang-goyang pantat)
Alah lo beraninya di sini. Kalau udah di panggung, gak berani.
Gue gugup kalau diliatin orang.
Tapi akting lo bisa?
Akting kan jadi orang lain.
Ya kalau lo nyanyi, lo pura2 jadi orang lain aja.
Hahahaha tips biar bisa nyanyi: don't be yourself? Bah.
Kan seru kaya Whitney Houston, berasa teater. Semua tunduk di jari.
Kalo lo berasa gampang, kok gak lo aja yang nyanyi?
Takut ah.
Tuh kan! Makanya jangan ngomong doang. Serem kalik nyanyi depan orang.
Ah pas kemaren rekaman di studio juga suara lo gak keluar. Padahal ga ada yang nonton.
Gak tau, Bo. Tiap mau nyanyi, suara gue kaya gak mau keluar gitu. Padahal dulu gue rekaman bisa sekali take.
Yang lagunya kaya Nike Ardilla itu? (tangan menggapai mentari)
Monyet.
Ya iyalah sekali take. Kan lo ga suka lagunya. No pressure. Kalau yang ini kan lo suka.
Hahaha... Fear and love emang selalu dateng sepaket ya, seperti kata lo?
Itu kata Neale Donald Welsch, bukan kata gue.
Iya kan gue taunya skrip film kita lo yang nulis.
Kalau ngerjain yang kita cinta, pasti takut. Jangan diikutinlah takutnya.
Ya udah lo aja yang nyanyi!
Ya udah gue aja. Sana gih kawin aja lo!
Udah yeeee!
Nah, udah kawin lo takut apa lagi? Udah ada suami nyariin lo duit.
Mulainya gimana?
Bukannya lo dulu juara pesta paduan suara HKBP se-Indonesia?
Itu kan gereja. Suara gue gak komersil. Apa gue nyanyi lagu gereja aja ya?
Comfort zone lo banget ya gereja? Keluar ajalah.
Lo bikinin gue lagu deh.
Lagu gue gak cocok buat lo. Terlalu simple. Suara lo kan divine.
Lo tuh selalu deh bilang suara gue divine. Banyak kalik yang kaya gue.
Iya sih... Emang banyak yang suaranya kaya Lea Simanjuntak. (sinis)
Monyet.
Ya udah lo upload ke you tube kek. Ikut Indonesian Idol kek. Tidur ama produser kek.
Mungkin belum waktunya. Seperti kata lo: Semua indah pada waktunya.
Itu kata Salomo. Kalau kata gue: Get up and Go!
Eh itu kata Dina ya! Bukan lo! Ngaku-ngaku!
Hahaha itu kata Maradilla, bukan Dina.
Oh ya? Tumben Dina mau ngasih liriknya ditulisin orang lain.
Dina kan sekarang udah bahagia, gak posesif lagi ama karyanya.
Pantesan liriknya lebih optimis, gak breath of your saga lagi. Hahaha!
Gue bilangin Dina lho.
Masa bodo. Bring it on! Gue gak takut ama Dina.
Atau biar Dina keki, lagu Get Up and Go kita bikin versi acapella aja. Pasti lebih bagus. Pake beatbox.
Eh keren tuh. Bisa kita bawa roadshow, ga perlu bawa2 Dina. Rempong doi ke mana-mana merah susu buat Kinnar.
Boleh deh.
Asal rame-rame, gue mau. Gue gak mau kalo solo.
Bukannya suara lo solo banget ya?
Suara gue Batak ah, gak Solo.
Ha... Ha... Ha...
(jambak) Heh kamprettt!
Heh, rambut gue ntar rontok. Gak cakep lagi!
Ih plagiat!
Biarin! Gue aja deh yang rekaman. Abis yang suaranya bagus gak pada rekaman. Gue aja deh.
Iyhhh kasian kali orang-orang harus dengar suara kau.
Ya makanya selamatkanlah! Nyanyi lo! (jambak)
Kalau gak berhasil?
Ya kita buka panti pijet aja.
Gak bisa mijet.
Ya udah kita coba nyanyi lagi.
Kalau gak berhasil?
Ya coba lagi.
Murah ya rekaman?
Kita kan kaya.
Sombong! BB lo aja minta emak.
Just sing, babe.
(diam)
Kalau nggak, gue yang nyanyi nih.
Ah iya deh. Gue nyanyi. Daripada orang-orang budeg dengerin lo.
It's gonna be okay.
Rabu, 30 Mei 2012
every little steps
"Nanti kita roadshow... Trus masuk ke channel movies... Atau jadi copro aja semua karyawan... Atau mau talkshow? ... Mau kota apa? You name it. TV lokal kita ada di semuanya... Kita butuh content... Dan konsep kalian menarik sekali... "
Sebuah pintu pelan-pelan terbuka.
Pelan-pelan? Kebuka lebar, nona.
"cin(T)a udah pernah ada TV yang beli?"
Pintu lain terbuka.
"Mau PIN BB Julia Perez?"
Sekarang jendela.
Dan semuanya terbuka bukan karena gue kenal siapa atau bapak gue siapa.
Suatu sore yang mendung, Sunny Soon pergi sendirian naik kereta ke UI membawa 10 poster. Sementara Mama Sammaria di Medan bertemu pejabat ini dan orang kaya itu yang katanya akan mendatangkan uang berjuta-juta. Kerjaan gak penting biar Sunny aja.
Setelah nanya sana-sini, minta izin sana-sini, akhirnya Sunny menempel poster di halte bus dan stasiun kereta. Kalau di gedung, izinnya harus per fakultas.
Tes. Tes.
Hujan semakin mengancam.
Sunny Soon berlari-lari kencang ke sebuah gedung bernama Fokasi UI yang kepanjangannya pun dia tak tahu apa. Tadi ada yang bilang bagus kalau tempel di sana.
Plok. Sunny cepat-cepat menempel, takut keburu hujan. nanti Sunny gak bisa pulang. Masih banyak kerjaan. Bisa-bisa Mama Sammaria marah-marah kalau gak beres.
Poster itu ditempel walau mungkin sebentar akan dicabut lagi.
Mana Sunny tahu kalau sebelum dicabut, posternya sempat dibaca petinggi TV.
Sekali tempel, dua tiga pintu terbuka.
His every little step counts.
His every little step teaches Mama Sammaria there is no such thing as little steps. Just move your butt, even at the time it seems like worthless.
Yuk nempel poster yuk.
Selasa, 29 Mei 2012
better
I went to sleep hoping tomorrow is a brand new day
But I wake up and live the same day over and over
So I start today with a prayer
Cause even if it is the same day
I will never be the same again
Senin, 28 Mei 2012
enough for everyone
Take it easy, my friend.
Let me tell you life's biggest secret: there is enough for everyone.
You will be so surprised
how can it be? With all the blink blink and the ferrari
But life tell you what
There is enough for everyone
If you know this, you don't need no manolo to walk on the water
Need no prada to keep on your master card
Cause there is enough for everyone
Just take what you got and start your journey
Open up your heart to the grace of others
And bless others with your grace
Then you wont mind to be crucified at 33
Cause you have enough of life to share
And all the amazing stories
With the father and mother of the earth
So today I decided to take nothing but my heart
Hopeflly I'll finish with less pimple and body fat
To be the best me I can ever be
So help me God
And Klinik Estetika
And Marie France Bodyline
Amen
Minggu, 27 Mei 2012
sing
Sing like no one is listening.
Not that easy, babe. terutama ketika lo ngarep someone is listening. Someone with a voice divine enough to sing your song so people will listen to your song ... Tanpa terganggu suara cempreng gue.
"Lo tuh kaya melly goeslaw. Bikin aja. Ga usah nyanyi," kata mama singa, bankir tak berbudaya, selera pendengar rata-rata, yang sayangnya pendapatnya selalu benar adanya.
Gue coba minta orang lain nyanyi, tapi gue malah put more pressure on them.
Tempo terlalu cepat. Emosi gak ada. Can you sing like you mean it?
If you know how to sing so well, kenapa gak lo cobain nyanyi sendiri?
Gak berani.
You are better than this.
Kalik aja kalau lo nyanyi, temen2 lo yang suaranya divine tapi gak nyanyi2 juga jadi pada tertantang untuk nyanyi.
Atau ada someone out there yang terusik untuk ngegantiin lo nyanyi.
If that person exist, I think I will be the happiest girl in the world.
But there are no if's. You have no one but yourself.
Just sing, babe.
It's gonna be ok.
count on me
Okay now you have tried your ways
And look where it has gotten you. You were a dreamer and you no longer believe in your dreams.
You know from the beginning, I will provide for you. And I will bring you all the glory you need.
Which is none, but somhow it's enough.
And still you lean on everyone else but me. To that giant company who will give you money. To that famous director and her socialite friends. To some rich guy and his jealous wife. To his knowledge on how to market a movie.
That will take you nowhere but to the place they had gone before.
The place where dream is for fools.
So are you dare to make a fool of yourself and follow my way?
Be still and know and I am God.
I don't want you cry no more.
You are made for the sun.
Be still.
bibik
Bolongan kecil di tembok itu jadi harapan terakhirnya. Potongan pria-pria berbaju loreng hilir silih berganti melintasi lubang. Diirinngi tawa.
Tawa.
Aktivitas asing baginya semenjak dia kembali ke Indonesia.
Tiga tahun jadi TKI di Malaysia, tak pernah dia disiksa. Tak pernah dia disetrika. Tak seperti kata berita.
Majikannya baik. Yang diurusnya seorang balita berusia 3 tahun yang semakin hari semakin lucu. Sekarang pasti sudah jadi perawan.
Bukannnya dia tak mau kembali pada mereka. Tapi ibunya baru saja meninggal. Ia ingin pulang kampung, mumpung masih di Indonesia.
Tapi tiket sudah dibeli. Sumina harus tetap terbang. Toh ibumu sudah mati. Tak perlu lagi didatangi. Nanti perusahaan merugi.
Sumina meremas kertas di tangannya dan melayangkannya sekuat tenaga melewati dinding tinggi. Sebuah kertas berisi permintaan tolong ke tentara di sebelah dengan harap-harap cemas.
Tentara di kampungnya seram-seram. Maksa dia pakai bunderan di vagina. Agar anaknya gak nambah lagi. Tapi hari itu tentara menjadi penyelamat bagi Sumina. Sebuah tambang menguntai dari sebelah. Sumina memanjat dan diantarkan tentara ke Kalideres.
Perusahaan mendatangi desanya dan menuntut ganti rugi. Sumina tak punya uang. Paspor dan bagasi Sumina ditahan sampai Sumina bisa bayar.
Ya sudahlah lebih baik Sumina di rumah saja, jaga anaknya yang sudah tiga. Tak lama, lahirlah si kembar. JAdilima mullut yang harus disuapi. Tapi tak apa-apa.Sumina tak perlu kerja. Masih cukup suaminya jualan rujak di Jakarta.
Sampai 3 bulan kemudian, si suami ditabrak orang kota dan gegar otak.
Biaya rumah sakit dibayar, tapi si suami tak lagi sama. Jualannya tak lagi bisa mencukupikehidupan Sumina dan 5 anaknya.
Si Sulung di Palembang, Suami si nomor dua malu punya ibu pembantu. Si nomor tiga dapetnya oang kampung situ juga, gak ada uang.
Sumina kembali bekerja demin 700 ribu sebulan.
Sumina tetap tertawa,
"Kok bibi bisa tertawa?"
Hati ya harus kosong, biar muka tetap tertawa. Tips and trik Sumina menghilangkan derita.
Gue pun ikut tertawa.
A Movie He Wants To Make
"We love the script," they said.
This comes from a company who produced 60 something movies worldwide.
"When I first heard the premis, I told them to set up the meeting right away."
This comes from the Weinstein of Singapore.
"I tell you ya, your project is the only one with genuine investment interest in it."
This comes from the festival guy who matchmakes many filmmakers and moneymakers. Even without the awards, people can smell the fun and the fortune in our project.
And all not because of me or the freakin diorama. It's all because of the script.
"His writing is really visual... and fun."
But still he doesn't think he is good enough.
Even after his first feature length script get into the competition in Berlinale.
But he is good. Even after the shabu-shabu and the constant typhoid and the death of his mother. Still he thinks he is not good enough.
If I had his talent, and his heart... I woulda been making the best movies in the world. I would want to live after 40.
"Badan gue tambah parah," katanya. Life after 40 seems a lot further, as he wish. He wants to die gorgeous. Not old and weak and wrinkly.
I would tell him to take care more of his body so he can still live longer and keep me company. Life is a lot more fun with his witty remarks, good heart, and warm shoulder. Even if it's weak and wrinkly, the shoulder will neverlose its warmth.
But I tell him "More reasons to make the mother movie of yours NOW" instead.
He laughs. Quietly.
He is 31.
Happy Birthday, Babe
I missed your birthday.
So I don't expect a birthday card from you this year.
But you are not me. You won't forget my birthday just because I forget yours.
It's here, even if it's 20 days late.
"What? Padahal gue kirimnya express lho. Kok bisa baru nyampe?"
Padahal kartu itu lo bawa-bawa seminggu di tas. Maunya nulis pendek, tapi tiap mikirin gue lo jadi melankolik trus terbengong-bengong lama deh.
Geer;D
Bentar doang ... Pas inget lo lagi di New York sama suami lo, gak jadi geer lagi.
I was wondering, how does it feel to be married to someone yang bukan love of your life?
"When it's good, it's never really good. When it's bad, it's never really bad," kata lo di umur 29.
Tapi untuk seorang arsitek umur 31, that might be what you need. A quiet and peaceful life in a beautiful place like Melbourne, with occasional trip to Beijing and New York. Not a passionate love affair with secret occasional rendezvous in a hotel in Hongkong... Or Germany.
I was wondering, will I feel the same when I was 31?
I am 29 years old. A quiet and peaceful life in Melbourne no longer looks as bad as when I was 23. But somehow my feet leads me to a more passionate life. A passion that might get me into more pain and suffering.
"In case you need a refugee, come to Melbourne. My door is always open."
Thanks, babe.
Gak sekarang tentunya. Situ lagi di New York.
In case you are in New York, that's okay. Whatsapp will always be enough.
In case you have no whatsapp, that's okay too. You are always here kok.
Aiyhhhhhh
So be it the grand confession or finding my Portia, you are rooting for me.
Now life seems a lot easier with you and whatsapp around.
Sebentar Lagi...
Hari ini dia bikin coklat.
Bentuknya tai. Rasanya yummi.
"Gue jualin deh," kata salah satu ahli kaskus. Harapannya kembali bersinar. Mungkin sebentar lagi cerah.
Dengan tekun dia membuat coklat semalaman. Mungkin ini personal legend-nya.
Kemaren aktor.
Kemarennya lagi penyanyi.
Kemarennya lagi designer grafis.
Semuanya potentially brilliant.
Semuanya belum sampai ke brilian, sudah pindah haluan.
Mama mulai takut. Takut dia akan end up kaya papanya. Banyak bakat, tapi gak fokus. Semua mau, akhirnya semua nggak.
He doesn't know what he wants to be, but one thing for sure: He doesn't wanna be his dad.
Dia harus fokus. Tanganku ingin menarik tangan kreatifnya dan mengarahkan mata baiknya ke tempat yang semestinya.
Tapi apa tempat yang semestinya? The land where one pursues one's dream passionately?
Matanya bersinar girang kok.
What do I know? Mungkin ini memang proses yang harus dia lewati. Who am I to judge his ways?
If I were him, I woulda done the same thing.
Tangan gue gak jadi menarik, malah melipat dan diam. Berharap, semoga benar sebentar lagi cerah.
Kalaupun nggak, setidaknya pasti ada satu yang beli coklatnya.
Nyummm.
Wanita Jilbab Itu
"Kaka... Kaka... "
Aiyhhh. Suara annoying itu lagi.
Gue menoleh sebal. Siapa yang berani panggil gue kakak? Gue 29, situ 22. Cuma beda 7 tahun. Gak usah sok muda deh.
Gue jutekin, dia tetap tersenyum lebar, pamer gigi-gigi berantakan berpagar behel warna warni dan eye liner di balik kaca mata tebal. Inget betty laFea season 4, plus jilbab.
"Dia tuh Tracy Flick."
Tracy Flick adalah seorang karakter ambisius yang akan melakukan segala cara agar jadi ketua murid di high school-nya. There is always a Tracy Flick in every click.
Ah tapi dia gak blonde dan gak kaya raya. Rumahnya di gang belakang pasar sederhana. Lebih cocok Betty Lafea.
"Tapi dia ambisius banget. "
Well, she is. Emang dia selalu jadi ketua sih di forum filmmaker kota kembang. Udah bertahun-tahun gak ganti-ganti. Entah karena dia gak lulus-lulus atau emang addicted jadi ketua.
Pertama kali gue offer gaji 3 juta dan dia malah minta share dari profit film, gue tersinggung. Temen-temen gue yang udah bareng gue dari film pertama aja gak ada yang berani minta gitu.
Maybe she is a Tracy Flick.
Tapi Tracy Flick gak ditinggal ayahnya. Mamanya gak harus hidup dari bikin kosan dan katering. If I were her, I woulda done the same thing.
Bahkan gue akan minta 5 juta!
"Gue gak kaget kalau one day dia bakal ninggalin kantor lo."
She is a hard working girl and deserves the best. Kalau dia akhirnya cabut trus bikin sendiri, I will be the most proud boss in the world.
"Kaka... Kaka... "
Gue menoleh tersenyum.
There is a reason there is always a Tracy Flick in every click.
Tracy Flick makes the world go round, and kepompong gendut masih berjalan.
Thank you, Tracy Flick.
Eh... Betty season 4.
Ayah
Ayah buat gue namanya Papi. Bagi mami, dia Bang Mondang. Bagi om-om tentara, dia Pak Juntak. Bagi tante Botox kaya raya mantan teman sebangkunya, dia si Gius. Bagi tante janda temannya maen guli dulu, papi si Abang.
Namanya entah siapa.
"Pokoknya itulah, yang adek si Manarsar, yang rumahnya di belakang sana,di Pasar Empat."
Papi dilahirkan bukan di Medan, masih di kampung dekat Danau Toba di mana harimau belum dikebunbinatangkan.
Papi dilahirkan di saat Indonesia baru merdeka. Bapaknya pegawai pos. Mamaknya anak kepala negeri. Di Sigumpar tahun 47, siapapun yang bukan petani pastilah terpandang.
Papi mengaku selalu rajin membantu ibu. Rajin belanja. Rajin memasak. Uang di rumah dia yang megang. Bukan abangnya, bukan adik perempuannya yang ada 7. Tak heran cuma Papi yang diingat Opung ketika dimensia merubah semua orang jadi Belanda di matanya. Hanya Papi si Mondang yang tetap dia sayang.
Sangkin sayangnya papi pada Opung, mami pun protes.
"Cuma mamaknya yang dipikirkannya. Istrinya nggak. "
Katanya.
Padahal papi masih masak. Masih nyapu. Masih mandiin Bobot dan Boni. Masih cari uang. Tapi masih kurang.
Dulu papi lebih baik lagi. Semuua gara-gara pelatihan tentara di suatu masa ketika pangkat papi belum berbunga. Kata komandannya, papi cocoknya jadi bapak rumah tangga. Gak cocok jadi tentara.
Semenjak itu papi dilatih untuk nyuruh-nyuruh. Semua perintahnya gak boleh dibantah. Bahkan gorden diatur papi.
Mami terpaksa nurut, walaupun gorden ungu gak cocok ama sofa merah. Demi karir papi.
Saat papi jadi siswa, di brain-wash tentara biar mampu mimpin negara, gue lahir. Gue gak tahu sebaik apa papi dulu. Papi versi komandan yang semua perintahnya dituruti, tetap manis dan baik hati.
Wajahnya serem sih.
Kalau ketawa, gak cocok.
Papi yang gue ingat adalah komandan yang dihormati orang. Gue gak jadi ditilang kalau bawa nama papi. Nginep gratis kalau bilang ke temen papi. Dikasih Barbie ama om-om Cina teman Papi.
Tiap papi pulang kantor, nona kecil diajak 'beli-beli' naik mobil papi. Nona kecil duduk di depan, masuk toko makanan dan bisa beli apa aja yang nona kecil mau sementara papi menyetir pelan-pelan, memastikan kotanya aman dan premannya gak macam-macam.
Sekarang papi udah pensiunan, botak, dan ketinggalan topi melulu. Gak pernah lagi ngajak 'beli-beli' karena nona kecil mintanya gak lagi bonbon, tapi mobil.
Tapi papi masih punya waktu.
Papi keliling menemui teman-teman lamanya, bawa map dan flyer. Nyari coPro untuk nona kecil yang butuh 1M untuk filmnya.
"Laen kali gak usahlah lo bikin film pake copro-copro gini," kata anak sulung Papi, gak tega liat bapaknya bolak balik Jakarta dan ditolak-tolak orang.
"Ah kalau kerjain kayak gini mana ada capek," kata wajah seram Papi berusaha manis.
Tetap seram.
Kok Papi bisa gak malu?
Demi nona kecil katanya. Buat apa malu.
Nona kecil terharu. Habis ini nona kecil mau bikin film tentang ayah dan anak. Big budget. Gak pake copro-copro an.
Judulnya Raja Kata. Tentang memaafkan. Tentang seorang anak yang gak bisa maafin ayahnya.
I have a lot of those stories around me. Bitter son. Bitter daughter. Tapi bukan gue.
Gue gak tahu rasanya punya bapak kawin lagi. Gak tahu rasanya ditinggalin demi anak istri lain. Gak tahu rasanya punya mimpi gak disetujui ayah sendiri. Gak tahu rasanya punya keinginan dan gak dipenuhi papi. Gak tahu rasanya pengen ngebunuh ayah sendiri.
"Lo sih gak bitter. Papi yang banyak bitter ama lo."
Ah masa sih? Bukannya gue nona kecil yang selalu disayang papi? Yang udah dicariin duit, tapi ongkos papi pun gak pernah diganti. Yang udah selalu ditelpon, tapi gak pernah nelpon papi. Yang bahkan pas papi operasi, malah pergi ke Jakarta entah ngapain.
Papi senyum manis, bukan berarti papi hepi.
Coba dengerin papi. Tiga hari aja.
And maybe you will know what forgiving is dibalik wajah seram papi.
Tiga hari...
Sabtu, 26 Mei 2012
Tears
I read my own writing and felt like somebody else. Was I ever been that joyful? Was I ever that bitter? Was I ever that brilliant? Have I ever been that selfish?
Was I ever that girl?
I used to sing like no one hears. Dance like no one watches. Love like never been hurt. Live like heaven is on earth.
Write like no one will read.
But I no longer dance, no longer sing. No longer write cause I know someone will read. And they will think of me as a dissappointment.
No longer love cause I know how much it hurts.
No longer live cause I know heaven is not on earth.
So I tried to cry cause I am not supposed to like this me.
But I cry no more cause I know I will be one day dance again.
Even with the bitterness and the tears... I will dance like no one watches.
I will sing like no one listens.
And I will write like no one will be dissappointed in me.
So one of these days, when it rains, I will dance and dance and dance...
So I won't feel the tears falling on my face.
Sabtu, 10 Maret 2012
Psalm 51
But I feel like I will only bring you shame
I wanted to feel joy and share your blessing
But I feel like someone else deserves more
I wanted to weep and crush my bone
But you smile and want tears no more
I want to give you a broken spirit
But I have no longer have it
Does it mean I am not that sorry for my sin?
Or is it you being super nice?
That whenever I fall,
you just cleanse me with my tears
And suddenly I am fine
Broken yet smiling
Knowing you
How come I ever ask for more?
I wanna dance and sing again
So people will know how great you are
And sinners will praise your name
If there was such a thing as sin.
Teach me how to love you more.
Selasa, 06 Maret 2012
How can I benefit you?
How, mak.... how?
"We'll give you cool rewards exclusively designed for Demi Ucok, with personalized touch: your name on it," jawab kami manis.
No response...
"We'll give you 5% of the madu," jawab kami lebih manis...
Sedikit riak...
No response...
"Sekarang middle up people udah gak peduli ama reward merchandize atau duit. Yang kita butuhin aktualisasi diri," kata lebah dosen di salah satu sekolah bisnis dan manjemen di sebuah institut teknologi di bandung yang bertamu ke kepompong.
"Jadi apa yang bisa kita tawarkan agar lebah lain bisa aktualisasi diri?"
Either we are so cool that other lebah pengen banget jadi geng kita...
Which we are not.
Or we give them something that they can relate to.
Ah pusing kali aku. Gak ngerti aku merketing, Palingjuga cuma bikin lebah lain denger buzz-nya, not enough to get them to put honey on us. How can we get them to be us?
Enough. Mungkin pertanyaannya harus diganti. Lo gak bisa juga jawabnya. Malah stress sendiri.
Today we start our day with a question: "How can I benefit you?"
Uang kami tak punya. Gengsi pun kami tak ada. Selain tips kecantikan, apa yang bisa kuberikan padamu, lebah-lebahku?
All I have is the movie, in hope that you would relate to it.
Tapi gak bisa full. Kalau gak si bioskop 21 gak akan mau muterin filmnya. Tambah miskinlah aku.
"Ya kau potong-potonglah jadi video 2 menit-2menit," kata sutradara terkenal yang ngakunya gak tau cari duit tapi briliant.
Dan homo.
So, lebah-lebah Batak? How can I benefit you?
Gue bisa ngasih lo video pendek tentang 'nikahan batak didesain biar orang batak kapok kawin. Cukup sekali seumur hidup'.
Sounds familiar?
Atau gue bisa ngasih lo video pendek seorang emak yang akan ngasih anaknya apa pun tanpa harap kembali, asal.... kawin kau sama Batak.
Sounds familiar?
Gak cukup ya? Ya udah gue gak usah kasih apa-apa deh. Biar mamakku aja yang paksa kau. Dulu kan udah dicarikannya kau jodoh.
Atau I can give you Geraldine Sianturi and her adorable jutek face and divine voice.
Apa? Dulu pacar lo pernah direbut doi? Hah? Nyebelin banget tuh anak?
Di film ini dia gendut kok, jadi lo tetep bisa sumsum madu demi bisa liat doi gendut di layar 9 meter.
Lebah-lebah wanita mandiri dan perkasa, how can I benefit you?
I can give you the new clip of 'Homogenic - Get Up and Go'. Dijamin lo pasti langsung tersenyum dan tambah ceria menjalani aktivitas lo yang segudang kapuk itu.
Untuk lo yang sudah beranak satu atau menjelang dua, gue punya video klip Homogenic lain. Mungkin abis liat ibu2 muda keren dan modis gendong anak tersenyum bahagia dalam sebuah pesta kebun disiram matahari sore, lo akan tambah bersyukur ama keluarga kecil bahagia lo.
Untuk lo yang masih mengejar mimpi dan gak peduli punya keluarga kecil bahagia, lo bisa tetap semangat setelah gue kasih lo video Glo mengejar mimpi dan gak mau cari aman dengan kawin.
So all you the cool ladies out there, I have anything you want. Cool itu pilhan.
Orang-orang yang mendukung kami sejak cin(T)a, how can I benefit you?
Oh you want nothing from us? Liat kami bikin film lagi aja udah senang? Bantuin yaaaa biar ntar tetap bikin film lagi.
In the meantime, I will give you Cina and Annisa reunited.
Gue akan kasih lo film pendek Emit, tentang 'If I could turn back time, I would never fall in love with you." A short simple movie about how to lose someone you love that you'd rather not to have it in the first place.
Atau sebuah film pendek lain yang belum ada judul tapi isinya 'If I could turn back time, I would always fall in love with you."
Tentang the worst mistake you made, tapi kalau waktu bisa diulang tetep akan lo lakukan juga. It was so beautiful. You were alive.
Or I will simply give you a short teaser of cin(T)a epilog... lo liatin deh tuh Cina dan Annisa kembali gak sengaja ketemu di Singapur. What will happen?
Kalau masih kangen juga, gue kasih deh lo teaser Cina dan Annisa berubah jadi Niki dan A Cun di fDemi Ucok. Beda banget ama karakter mereka di cin(T)a. So fun to see them evolve.
Atau kalau lo emang gak peduli ada wanita bernama Saira Jihan and all about Sunny Soon, gue kasih lo video klip Sunny menyanyi.
Yes, he has a lovely voice.
Yes, better than Delon.
Yes, you can so support him here.
So, queers all over the closets, I am not calling you to come out yet. How can I benefit you?
What? You wanna see 7 Deadly Kisses?
Nggak bisa. Unless lo ke Polandia, Rusia, atau Italia bulan depan.
Atau kalau lo stucked di Indonesia, mungkin lo bisa datangi gue and tawarkan how you can benefit me=D
So back to the question, how can I benefit you?
I have Niki (Saira Jihan) the cool pregnant lesbian yang menganggap cuma ada dua jenis cowo di dunia: those who wanna fuck me and those who wanna fuck men.
So those who wanna fuck men, Mama Pupa have plenty of love for you here. But Mama has to go and get Demi Ucok done first. So you'd better get those honey of yours here.
Pak pejabat, how can I benefit you?
Akan kubawakan kalian proposal dengan gaya orde baru yang tentunya isinya huruf semua dengan desain seadanya=D Asal bapak dan ibu senang, aku pun senang, semua senang... yeyyyyy=D
Teman-teman kreatifku, how can I benefit you?
Hmmm... I can give you a fun and entertaining short movie tentang cowo yang terobsesi ketemu Jupe. You guys understand obsession, right? Kalau nggak, gak mungkin kalian mencipta. Paling bisanya ngonesp and ngonsep doang. Gak pernah kejadian.
Atau gue akan kasih lo iklan Google-Google-an tentang seorang dreamer bernama Glo. I hope she's not the only one. She has you.
Aren't you?
And I will update you all the progress in this blog, ga pake tutup2an ga pake dibagus2in. So you don't have to go through the painful mistake I did. Bisa lebih bagus deh karya loooo=D
Dan untuk kalian wahai cast n crew Demi Ucok, how can I benefit you?
Ah tak usahlah kutanyakan itu. Kalau laku Demi UCok, laku juga kalian. Jadi gak usah sok diem2 sibuk2 malu2 gak mau promo deh. We love this film and we are proud of it.
For the memeory of how happy we were doing this film, and how happy we will be looking back... gak perlulah gue speech panjang lebar ke kalian. Kusimpan aja untuk .... untuk siapa ya?
Ah emang gak perlu gue speech.
Conclusion...
So this art of 'how I can benefit you' leaves me a lot of homeworks to do. Dozens of videos to make. More words to say.
But it gives me joy=D
Daripada mikirin cara marketing yang gue juga gak ngerti. Pusing...
So this is what I can give you. I hope it serves you well=D
Jumat, 02 Maret 2012
2 Months of Humiliation
Yang paling penting adalah Mak Gondut senang lihat filmnya. Kru bahagia.
I have a good feeling we are so gonna go high=D
Dimulailah perburuan gue mencari 10 ribu orang yang mau ngasih gue 100 ribu biar Demi Ucok bisa release di bioskop April 2011.
Di bayangan gue, I will make history. Biar gue ajarin tuh orang2 yang mengeluh susah cari duit kalau nyari duit itu gampang. Banyak cara. Lo doang yang loser, kebanyakan drama.
www.demiapa.com dikonsep untuk jadi komunitas. Dikasih personality test dan database manusia berdasarkan kepribadian. Web kita ngasih manfaat lebih buat kalian. Gak cuma buat tahu kami dan dimintain seratus ribu. Lo bisa lebih mengenal diri lo sendiri.
Keren kan website kami?
Ternyata malah jadi bumerang karena web-nya jadi gak fokus. Tes Kepribadian-nya gak jalan, nyari cara buat ikutan coProduser pun sulit.
Now I know that I know nothing about psychology of a website.
Akhir Januari, coPro Demi Ucok baru 3% dari target.
Beda dengan kickstarter.com yang sudah punya sistem pembayaran credit card dan budaya masyarakat yang tidak gagap online. Di Indonesia, ternyata lebih banyak yang ikutan jadi coProduser Demi Ucok tidak lewat online. Harus didatangi satu-satu.
Di ujung Februari, masih 700an. Butuh 9300an lagi untuk sampai 10 ribu.
Di ujung Februarui, gue menjadi salah satu orang yang mengeluh susah cari duit. Nyari duit itu gak gampang. Gak banyak cara. Gue jadi loser kebanyakan drama. Mending nyari 1M dari 1 orang daripada dari 10 ribu orang.
*tarik nafas panjang...
Ya udah kita mauin deh tawaran si Bapak yang mau nge-blow up film ini. Lelah begging 100 ribu ke orang. Malu ditolak. Gak mungkin kita bisa ngumpulin 9300 orang dalam 1 bulan.
Atau kita turunin aja angkanya? Jangan 10 ribu, kebanyakan. Kita tayang pake format digital aja, terbatas di beberapa kota.
Ya udah panjangin aja waktunya. Kalau 2300 orang per bulan masih mungkin kan?
Hmmmm... gak terlalu bikin sesak nafas.
Ayo kita perpanjang perburuan sampai Juni 2012=D
Hhhhhh... agak lega dikit.
Tiba-tiba muncullah situs-situs lain. Ada patungan.net dan WujudlkanID.com
Ternyata memang susah ya nyari uang yang tidak menyetir orang? Bahkan untuk sekelas Riri Riza dan Mira Lesmana masih harus crowdfunding.
Ah andai saja mereka lebih cepat datang, seharusnya gue ikutan mereka aja. Gak perlu susah2 bikin web sendiri.
Tapi Demi Ucok beda dengan film-film lain yang melakukan crowdfunding untuk mendanai filmnya. Crowdfunding ini sudah menjadi bagian dari cerita di dalam film Demi Ucok itu sendiri. Si karakter Glo mencari 10ribu orang yang mau ngasih 100 ribu agar dia bisa mendanai film yang udah dia omongin dan gak pernah buat selama 4 tahun ini.
Dengan cerita yang integrated dengan cara pendanaan dan promosi, gue kira ini jadi cara baru promo yang unik dan menyenangkan untuk film ini.
The idea of communal funding is heart warming and brings smile to a hopelessly optimistic romantic.
Setelah 2 bulan, hhhh.....
Nafas lebih panjang...
No more smile on my face.
Tapi gue kembali tersenyum dan bersyukur gue memilih cara crowdfunding ini.
Jatuh bangun, gue jadi yakin online tidak lagi jadi andalan. Twitter, Facebook, dan Web hanya jadi tambahan.
It's the era of personal touch.
Kami harus kemballi ke pendekatan satu-satu dan bergantung pada hubungan antar manusia.
Sudah terbukti ada 2 film sepi penonton padahal jadi trending topic di twitter. Twitter and facebook can tell you things, but it doesn't move your heart (and your ass) to go and see a movie.
What will?
We don't know yet.
Banting setir, we'll go offline. Satu demi satu acara kecil kami datangi. Melelahkan dan lambat.
For now. Still waiting for the exponensial curve... the tipping point...
Kalau gak sampai tipping point?
Tetap bersyukur.
Gue melihat investasi yang lebih dari sekedar uang di tim gue. Mereka jadi lebih humble, hardworking, grateful, dan menyenangkan.
Prinsipnya:
Kalau gak menyenangkan, jangan dikerjakan.
Kalau kebayang akan gagal, berarti masih kurang sibuk.
Kesimpulannya:
nilai positif crowdfunding: filmmaker lebih mengenal penontonnya
Nilai negatif cowdfunding: cape... jiwa dan raga. Selling a film is all about humiliation.
Kalau lo bukan Riri Riza dan Mira Lesmana, crowdfunding ini bukan jalan gampang. Lebih gampang nyari 1M dari 1 orang daripada 10 ribu orang (sejauh ini udah ada 2 produser yang menawarkan untuk mendistribusikan Demi Ucok tanpa gue harus cape-cape crowdfunding)
Tapi gue akan jadi filmmaker memble yang gak percaya mimpi.
I am a dreamer and I am not the only one. At least gue tahu udah ada 725 lainnya.
Masa sih gak ada 9275 orang lain yang masih simpati ama mimpi dan para pemimpi?
Di draft akhir film Demi Ucok, karakter Glo akhirnya tidak berhasil mengumpulkan 100 persen dana untuk filmnya.
Film 'Demi Ucok' ini diakhiri dengan kalimat "somehow it's enough =D"
Enough dalam artian apa? Apakah Glo tetap berhasil bikin film dengan dana segitu? Apakah gak berhasil bikin film tapi Glo tetap puas? Enough seperti apakah yang dialami Glo?
Jangan diceritain dulu ya, nanti spoiler.
Kalau Sammaria? Akankah Sammaria berhasil mengumpulkan 10 ribu orang untuk filmnya?
Tuhan, jangan diceritain dulu ya. Nanti spoiler.
Tapi Sammaria sudah tahu semua hussle ini akan diakhiri dengan sebuah kalimat.
"Somehow it's enough..."
9275 coPro, come to Mama=D
Senin, 27 Februari 2012
no song
Song that glorify your name
My pride keeps telling me
How great I'll make you be
But then I just sing nothing
Write songs that sound like something
But then you just keep smiling
Cause all you want is nothing
From me
Cause you are great
And you love me
There is nothing I can do
There is nothing I don't do
To make it less
I was thinking to myself
Of ways glorifying your name
But all I glorify is myself
I was weeping and I was torn
Thinking of unworthy I am
But then you smile and say
It's okay
Cause you are great
And you love me
There is nothing I can do
There is nothing I don't do
To make it less
Sabtu, 25 Februari 2012
emotionally constipated
Ada yang memulihkan kehidupan.
www.TerangHidup.com
Too much book.
Too much movie.
Too much religion.
Too much voice.
Too much song.
Too much teranghidup.com
Too much people telling me how I feel, somehow it is hard to know what I really feel. Even harder to explain it in words.
I need the silence where I can hear your voice. The voice that never tells me what to do.
The voice that never tells me how to love how to act and how to be anything.
The voice that brings a smile to my face and brighten the skin without mercury.
The voice that makes every perih di hati worth having.
So what do you have to tell me today other than I love you?
And you keep silent cause there is no words needed.
Just feel the rain on your skin.
yesus dan yasmin ahmad
What happened to you when you were 27 ? Have you ever thought of killing yourself?
Have you had drugs?
Have you ever been in love?
Have you hated anyone?
Have you lied about your truest feeling?
Did you curse God?
Have you always been so cool?
Are you gay?
But they are just there, showing us the perfect path they chose. Died peacefully in the height of their true calling. No one knows what happened before.
All we have is the Davids, and the Jonahs, the Salomons, the Steve Jobs, and all the fucked ups that screwed up their life and still loved and blessed. Fuck Batsheba, weep emotionally, yet fuck 4000 something others afterwards.
yet blessed and loved.
not by your children, though.
am i not humble enough to know your way? after all this, how come i still have the pride not to go your way?
but you told me you want it my way. my way is your way. you and your beautiful blessing of free choice remind me more of how much a jerk i am.
yet blessed and loved.
yet blessed and loved.
I don't wanna love like david.
remuk
tolak semua inginku
tuhan hempas anganku
patahkan seluruh hasratku
tuhan hancur diriku
bentuk sesuai inginmu
tapi jangan tinggalkan aku...
dalam putus asaku
kukan puji namamu
dalam kesesakanku
kubermazmur bagimu
tuhan basuh hatiku
dengan air mataku
tapi jangan tinggalkan aku
tolong jangan tinggalkan aku
tuhan jangan tinggalkan aku
(untuk hati yang remuk redam dan lelah menangis)
Senin, 06 Februari 2012
Demi Apa?
"Kita kan bukan Bandung, kita Indonesia, bla bla bla," jawab gue setelah terlatih berbulan-bulan roadshow cin(T)a.
Berbeda-beda tetapi satu jua, cyin.
But now it keeps me thinking about the title. Kenapa judulnya Demi Ucok ?
Judul 'Demi Ucok' ini udah ada sejak 2006, di saat Kak Ria ulang tahun dan gue gak tau mau ngasih kado apa_since she has everything_jadi gue gambarin aja sebuah poster film bersutradara gue_since all I could is daydreaming_ jadilah sebuah poster film khayalan berjudul Demi Ucok.
It seemed like a perfect title for a movie. Dan tetap gue pake walaupun ceritanya tak ada yang bernama Ucok.
Karena Bang Ucok senang. Karena Kak Ria senang.
"Ucok ini adalah menantu impian Mak Gondut, sebuah keadaaan utopia di mana semua berjalan sesuai kata orang tua, dan anak gak punya ambisi lain selain menyenangkan orang tua," jawab gue diplomatis, berusaha menyambungkan Ucok dengan lagu tema trailer yang berjudul Utopia.
"Jago deh mbak ngelesnya. Harusnya jadi penyiar."
Yeah. Harusnya gue jadi penyiar. Bukan sutradara. I speak better than the real me.
Sekarang di saat Bang Ucok males namanya dipakai di judul film, Kak Ria merasa ini bukan tentang dia, film ini gak ada Batak-Bataknya, dan gak mungkin dipromokan lewat gereja karena ada adegan nikah beda agama dan lesbian hamil_ gue jadi bertanya kenapa film ini tetap harus tayang.
Kenapa gue masih percaya kalau film ini bakal ada yang nonton?
Or even worse. Gak cuma nonton. Gue percaya ada 10 ribu orang yang akan rela memberi 100 ribu dan menempelkan namanya di poster Demi Ucok. Kalau cuma untuk datang ke bioskop dan menonton sih gue cukup pede dengan film ini. Tapi untuk membayar dan naroh nama?
Why in the world would anyone do that?
Demi apa ?
Demi elo?
Elo tuh perusak rumah tangga orang, penyebab temen lo dapet E karena ngasih contekan ama lo, tukang ngerokok di musholla sekolah, pemalas yang gak pernah naik angkot, why would anyone spare their 100.000 for you?
Demi apa?
Demi film Indonesia?
Aiyhhhhhhh. Indonesia masih butuh makan, kok malah bikin film..
"Kita butuh harapan, gak butuh makan," says Niki, the pregnant lesbian character wisely. Sambil makan ayam.
Demi eksis?
Please deh. We have all the facebook and the twitter. Why would we need more programs consuming our time from reality?
Saat ini gue nggak tahu kenapa orang harus dukung film ini. bahkan gue gak tahu kenapa gue masih harus mempromosikan film ini. Apa lagi yang gue tawarkan selain hati? Dan hati, gue gak punya lagi.
Tapi gue masih dikasih kaki dan mata, jadi belum saatnya berhenti.
Demi kian.