Minggu, 05 Agustus 2012

Wedding Organizer - The Series

"Ada yang sehari kawin, trus besoknya cerai. Si cewenya nangis-nangis, takut udah hamil soalnya malemnya udah begituan ama cowonya. Si cowonya balik ke Singapur, pagi-pagi cuma pergi, trus ngirim email minta ganti rugi biaya perjalanan dia dan keluarganya dari Singapur. Berapa belas juta gitu..."

"Yang bayar kawinannya?"

"Cewenya."

Tiga filmmaker mengendus potensi serial.

"Ada lagi yang ditampar mertua di pelaminan. Itu mah langsung cerai saat itu juga. Gak besoknya. Padahal akad, semua udah. Ini teh pas lagi resepsi."

"Ada lagi yang dateng ke MC minta mo nikah bulan depan. Eh, minggu depannya dateng lagi, udah ama cewe yang beda. Tapi tanggal dan tempat kawinannya tetap sama. Eh besoknya si MC didatengin cewe lamanya tapi sama cowo baru. Minta si MC juga mc-in nikahan dia di tanggal yang sama."

Kalau dikasih treatment kaya Emergency Room, drama di kawinan akan lebih menegangkan daripada di ruang operasi. 

Kenapa Orang Amerika gak pernah bikin serial Wedding ya?

"Mungkin karena wedding di Amerika yang nikah 2 individu, bukan 2 keluarga."

Good point. Di Indonesia, 2 keluarga kalau mau bersatu harus perang dulu di sebuah battlefield bernama wedding reception. Lebih epik dari Perang Padri. Tanpa darah dan pedang, tapi lebih menusuk.

Pemeran utamanya Wedding Organizer aja. Cewe.  Jadi nggak mau kawin karena keseringan liat yang cerai.

"Banyak sih yang make kita dua kali. Harusnya buat yang ke dua dikasih diskon mereun nyak?"

"Trus lo masih mau kawin?"

"Kawin mah mau. Tapi gak usah acara-acaraan lah," katanya ragu-ragu.

Lebih seru kalau gak mau.

Published with Blogger-droid v2.0.6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar