Sebuah surat resmi dilayangkan ke para produser yang filmnya dibeli Kementrian untuk ditayangkan ke daerah-daerah. Katanya mau rapat untuk kemungkinan penayangan film mereka di sebuah TV streaming dalam rangka menyambut bulan pendidikan nasional.
"Nah sesuai petunjuk Pak Mentri, diharapkan keikhlasan dari para produser agar filmnya boleh ditayangkan gratis, tanpa tambahan biaya."
"Boleh dijelaskan lebih lanjut TV ini apa? Hubungannya dengan Kementrian ini apa?"
Si Ibu pemimpin rapat menyambungkan dengan koleganya yang seharusnya memimpin rapat. Sepertinya terjebak kemacetan entah di mana, dan enggan disuruh ngojek kemari, menemui produser-produser yang sudah dia kumpulkan.
"Ya pokoknya bilang saja ini gratis, tidak ada pemungutan biaya dari pihak TV-nya."
Produser lain berusaha menjelaskan bisnis film di era digital. Dia tidak bisa memberikan izin streaming sebelum ada kejelasan karena bisa jadi ada konflik dengan kontrak dia yang lain.
Produser lain mengira hari ini akan dipertemukan dengan orang TV-nya. Jangankan orang TV, si Bapak Enggan Ngojek pun tak kunjung datang.
Produser lain bilang dia mendukung program ini, asal ada kejelasan.
Si Bapak Enggan Ngojek kembali dihubungi lewat speaker phone.
"Ya pokoknya kaya Netflix gitu ini TV-nya. Hanya gak bayar. Gratis," katanya mengulang kata gratis untuk ke sekian kalinya.
Akhirnya diputuskan akan di-follow up secara tertulis lewat email ke masing-masing produser.
"Jadi udah boleh pulang?" tanya gue.
"Nunggu Ibu menutup rapat dulu."
Si Ibu masih di luar, entah ngapain.
Gue kembali duduk.
Makan jeruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar