"Udah kawin?"
"Belum, Om."
"Umur berapa?"
"Tiga puluh, Om."
Dilanjutkan sedikit tampang kasihan dan ditambahkan kisah anaknya yang umur 28 gak kawin-kawin dan malah mau ngambil spesialis bedah kecantikan.
Sejak papi semakin rajin keluar masuk sayap jantung Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, gue semakin sering bertemu om om tentara jantungan beserta dharma wanitanya yang selalu membuka pembicaraan dengan status perkawinan.
Dan gak mungkin dong gue bilang gue gak mau nikah. Kalaupun nikah maunya perempuan. Tambahlah nanti kerja para dokter jantung RSPAD akibat jantung-jantung mantan jendral mendadak nyut-nyutan. Jadi gue hanya tersenyum manis sambil pasang tampang perawan dua puluhan.
Sekarang aja kerja dokter-dokter itu udah banyak. Selain karena BPJS yang mengacaukan status quo yang sudab nyaman mereka jalani bertahun-tahun, Ibu-ibu jendral pasien mereka tetap anti peraturan walaupun suharto sudah lama pensiun.
Suster ambon bertampang garang mencoba melarang enam emak-emak istri pensiunan jendral yang ngotot mau masuk ke ruang jantung rame-rame. Gak mau sendiri-sendiri. Takut disuntik.
Akhirnya suster ambon menyerah juga. Emak-emak rame-rame memenuhi ruang dokter agus. Dari luar suara tertawa mereka menyemarakkan ruang tunggu RSPAD.
Di luar, Papi dan kawan-kawan seangkatan yang sekarang semuanya jantungan tertawa-tawa mengenang perang di Natuna.
Ternyata rumah sakit di umur 60-an bukan tempat yang menyedihkan. Malah jadi tempat reuni yang menyenangkan.
Kalau lo 30 dan single, gak semenyenangkan itu sih.
"Cepatlah kau kasih cucu buat bapakmu ini. Kasian udah tua dia."
Kembali senyum perawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar