"I don't like directors. They always talk about their works," kata seorang sutradara cewe di sela-sela chinese food 10 dollaran.
Bapaknya sutradara. Mamaknya sutradara. Pacar mamaknya pun sepertinya orang film. Mereka semua ada di sini, di Hawaii, walaupun bukan buat liburan keluarga. Buat festival film.
Tujuh tahun kemudian, gue melihat dia lagi. Kali ini di Youtube. Di antara 9 filmmaker cewe lain yang dikasih duit oleh sebuah majalah untuk membuat dokumenter pendek tentang women of the year pilihan majalah mereka. Kali ini dia mendengarkan sutradara lain dengan penuh perhatian sampai giliran dia bicara tentang her woman of the year, seorang billionaire cewe muda yang sangat detail dibandingkan dengan semua orang yang pernah dia temui sebelumnya.
Gue mencoba menerka-nerka kenapa dia berubah. Mungkin tujuh tahun telah membuat dia lebih mengerti pentingnya basa-basi, bahkan sekarang dia full make up dengan rambut di-blow sempurna. Mungkin talk kali ini buat dia lebih menarik karena semua background-nya bukan film. Ada yang penari, actress, fotografer, psychologist/ theologist... hanya dia yang film. Mungkin kali ini sutradaranya cewe semua.
"How is it different to be a woman director in Hollywood?"
"You bring not only a different perspective to the table, but a whole different way of work. We were talking about how she (the billionaire) was involved in all aspects of her business. A man would never do that," kata seorang sutradara lain.
She worked with Steve Jobs before.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar