Senin, 04 Juli 2016

Festival Film Internasional Di Bandung


"Kita harus punya festival fillm internasional di Bandung," kata seorang filmmaker Bandung yang seperti filmmaker Bandung lainnya tidak ada yang ngeh dia Bandung. Dianggap sekotak sama Jakarta.

Berbeda dengan filmmaker Jogja yang gampang terdeteksi. Selain karena ksennya yang kelewat beda, mereka sepertinya selalu rindu pulang. Tiap  Desember banyak yang sudah mengosongkan jadwal biar bisa ke Jogja menonton/ membuat berbagai festival macam JAFF, FFD, dan banyak lagi.

Bandung beda. Bandung punya tak kalah banyak filmmaker sukses, tapi belum tentu orang tahu dia Bandung. Juga tidak ada kerinduan menyediakan waktu khusus kembali ke Bandung karena tiap hari juga bisa. Apalagi kalau nanti ada kereta cepat.

Sebenarnya Bandung potensial menjadi tempat berkarya. Musik. Fashion. Kuliner. Tapi bukan film.

Sudah sering gue dengar pengen bikin festival film internasional. Ada pemerintah banyak duit tapi kurang pengetahuan. Ada mahasiswa idealis tapi kurang perencanaan. Ada komunitas clueless yang nonton film aja gak suka-suka amat. Tapi dia beda. Dia punya pengetahuan dan jaringan yang sepertinya bisa mewujudkan festival ini.

Tapi gue selalu curiga dengan yang terlalu besar.

Sebelum gue terjerumus lagi di program-program ambisius cowo-cowo kebanyakan ego, gue harus menanyakan ke diri sendiri. Emang gue butuh festival film?

Ada satu masa gue senang sekali menonton film di festival karena gue bisa nonton film-film keren yang gak bisa gue tonton kalau gak di festival. Semenjak internet membuka kesempatan nonton semua film, legal maupun tidak, gue jadi kehilangan semangat nonton di festival. Festival cuma jadi ajang networking, bukan nonton film.

"Kenapa sih lo mau bikin festival film?"

"Bandung semakin ekstrim kanan. Kalau ada festival film kan kita bisa memperlihatkan banyak dunia lain yang lebih menarik daripada membeda-bedakan orang," katanya.


Tentunya cuma di dalam angan-angan gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar