Di
antara tempe-tempe Jogja yang dibukus daun segitiga, tiga filmmaker gak puasa
bercerita.
Yang
satu sadar dia tidak bisa idealis. Dia memilih jalan strategis biar bisa
berkarya sambil tetap menghidupi anak istri. Caranya dengan bikin film setahun
3 film dengan rasa beda-beda. Yang satu rasa arthouse. Yang satu rasa penonton
ratusan ribu. Yang satu rasa campur-campur, festival bisa bioskop bisa.
"Biar
gak ada yang bisa nge-klaim aku tuh apa," katanya.
Teman
yang lain ingin mengikuti jalannya, ingin mapan secara finansial, ingin kejar
setoran. Ia baru saja bercerai dengan istrinya yang selama ini menjadi breadwinner sementara dia mengambil
peran jaga anak di rumah.
"Kalau
gue jadi lo sih gue balik ke Banyuwangi, kelola tanah keluarga lo, sambil
bangun komunitas atau festival di sana," usul gue.
Mumpung
dia punya aset dan mantan istri yang bisa nyari duit. Jalan strategisnya bisa berbeda. Tidak semua orang harus bikin film di industri. Kita butuh
jenis film lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar