Itulah salah satu judul artikel tabloid anak koran terbesar di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I tahun 2016 hanya 5 persenan karena pemerintah berhemat. Jadi diharapkan masyarakatlah yang belanja lebih banyak biar pertumbuhan ekonomi kita sama dengan tahun lalu.
Apa artinya pertumbuhan ekonomi 5% itu?
Kalau saja tak kubaca itu buku 'Capital In The 21st Century', gak ngertilah aku kalau pertumbuhan 5% itu udah gede banget. Cuma terjadi di saat-saat negara lagi membangun. Sekarang pun gak ngerti-ngerti amat sih.
Hanya bayangin aja kalau negara ini rumah. Pas kita bangun rumah, tentu banyak sekali perubahan. Otomatis belanja kita gede. Kalau diindeks, pasti angkanya gede.
Tapi setelah rumahnya jadi, kita butuh apa lagi? Ya paling perabot, dan printilan-printilan, makanan, hiburan... Belanja kita menurun. Indeks juga turun. Bukan berarti kita gak sejahtera.
Bayangin kalau rumah kita udah jadi dan belanja kita tetap sebesar ketika kita bangun rumah? Mau jadi apa rumah kita? Overfloaded ama barang yang gak kita perlu.
Di saat kita sudah menyaksikan mas-mas ambisius di Wallstreet hanya bikin negara bangkrut, sementara di Canada yang bankir-bankirnya cuma ngurusin pensiun dan hidup secukupnya malah baik-baik aja... kok bisa ya ada yang masih menyarankan kita mengikuti gaya hidup ekonomi yang jelas-jelas udah gagal? Kenapa kita masih merasa ekonomi yang cuma bisa jalan kalau kita belanja belanja belanja itu satu-satunya gaya hidup?
I have enough.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar