Seorang nenek khawatir cucunya belum kawin juga padahal umurnya sudah 29. Itulah motivasi yang menggerakkan cerita keluarga seorang nenek, duda, dan tiga anak daranya dalam film yang dibuat 60 tahun yang lalu ini.
Ternyata 60 tahun kemudian, masalah kita masih sama.
Dulu sang sutradara membuat film ini karena perusahaannya butuh uang. Film seperti 'Darah dan Doa' dan segala cita-cita membuat film dengan identitas bangsa ternyata tidak cukup untuk menghidupi perusahaan. Dia harus bikin film seperti film musikal Hollywood yang laku saat itu.
Ternyata 60 tahun kemudian, masalah kita masih sama.
Tapi ada yang berubah. Cowo-cowo klimis berkumis tipis tidak lagi dianggap ganteng. Dansa-dansa cha cha cha ala Amerika tidak lagi dianggap kekinian.
Sekarang yang kekinian Korea. Jepang. Eropa. Amerika juga masih sih. Hipster-hipster pecinta kebudayaan lokal pun pahamnya impor dari luar sana.
60 tahun lagi, masihkah kita inferior?
Tak sabar menanti 2076.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar