"Lu harus tuh urus sebelum 30 September. Kalau nggak, naik lagi jadi 3%. Kalau gue kemaren cuma bayar 0,5%. Bisa dicicil lagi tiga kali," kata Mamak 1.
Mamak 2 dan Mamak 3 hanya tertawa-tawa tak gentar. Yang satu istri pensiunan polisi. Yang satu istri pensiunan tentara. Seumur hidup mereka tahunya pajak bisa diatur.
Mamak 1 Cina, janda seorang pengusaha Surabaya.
"Kalau nanti mau jual rumah dan kita belum lapor, bisa-bisa kena penalti 200%," kata Mamak 1 menambahkan. Mamak 2 dan Mamak 3 tetap tertawa-tawa.
Mungkin mereka kira ini masih zaman Suharto.
Gue hanya menyetir tanpa ikut berkomentar. Malam ini premiere Tiga Perawan, dan gue ditugasi mengawal Tiga Mamak ini sementara anaknya mau red carpetan. Tempatnya di gedung orang Golkar. Sponsornya pun group orang Golkar.
Mungkin memang kita masih di zaman Suharto.
"Lu yang urusin lah, Tid. Mamah-mamah mah biasanya cuek ama yang beginian," kata Mamak 1 cemas. Gue mengangguk mengiyakan. Walau bukan mamah-mamah, gue pun cuek tax amnesty.
"Ah itu tax amnesty salah sasaran. Masa kita yang kena? Yang gede-gede itulah dikejar," kata Mamak 3 sekilas sebelum melihat Titik Puspa lewat. Langsung ngantri minta poto.
Mamak 2 dengan Tara Basro walaupun gak tahu itu siapa. Anaknya yang minta.
Premiere malam ini lebih meriah dari film-film lainnya. Ada penari, band, dan karpet merah. Mungkin karena memang budget-nya lebih besar dari film biasanya, walau tadi di panggung si Produser bilang gak ada duit promo.
Mungkin dengan tax amnesty ini, akan banyak premiere karpet merah di film Indonesia. Mungkin gak ada pengaruhnya karena salah sasaran. Mungkin gak ada pengaruhnya karena duit film justru duit gak kena sasaran.
"Tid, fotoin mami dong!" kata Mamak 3 yang sudah tiba gilirannya berfoto dengan Titik Puspa.
Klik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar