"Bilanglah ama si Chica itu, kalau bukan Mami yang bayarin jangan mau rombak rumahnya," kata Papi tiba-tiba. Padahal minggu lalu bilangnya 'ya papi ikut mami aja, kalau dia mau bangun ya biarlah'.
Tentunya gue gak bilang ke Chica. Sudah setengah jalan semua dikerjakan, baby-baby dipindahkan, demi bisa bangun kamar Papi Mami di belakang, masa mau dibatalkan cuma karena Papi lagi gak suka ama Mami. Alasannya entahlah. Mungkin bukan karena Mami, mungkin Papi frustasi sendiri karena semua rumahnya belum ada yang bisa dijual. Renovasi rumah seperti membuang-buang uang.
Papi langsung nelepon Chica. Alasannya beda lagi. 'ngapain kau bangun-bangun kalau sertifikatnya belum nama kau.' Dijawab dengan bijak oleh Chica 'ya yang penting niatnya buat nyenengin Papi Mami'. Chica mengira Papi terharu dengan jawabannya.
"Si Chica bilang memang dia yang mau bangun. Ya suka-suka dialah," kata Papi menyimpulkan pembicaraannya dengan Chica.
Gue mengangguk-angguk mengiyakan, lalu lanjut briefing tukang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar