Minggu, 16 Februari 2014

Women and Their Calling


"Saya sudah bilang sama keluarga saya. Kalau saya sampai mati, gak boleh ada keluarga saya yang menuntut," katanya menceritakan keputusan kontroversialnya menutup Dolly.

Pertama kali gue dengar kalau walikota berjilbab ini ingin menutup tempat prostitusi, yang terbayang adalah kisah seorang wanita self righteous yang suka berbenah taman dan menganggap PSK - PSK hanyalah another hama yang perlu dibasmi agar Surabaya menjadi kota yang indah.

Tapi menyaksikan wawancaranya hari ini yang dipenuhi air mata, she is either a very good actress or a very good major.

And I don't think she's that good of an actress.

Dia tidak articulate. Banyak kata-katanya yang tidak menjelaskan keputusannya dengan jelas.

"Saya gak tega, Mbak," jawabnya ketika diminta melanjutkan kisah anak-anak SMA yang dijadikan PSK. Tapi ekspresinya menjelaskan semuanya kenapa dia belum juga mundur jadi walikota padahal banyak yang menekannya.

Dia kasihan dengan anak-anak SMA yang dijual jadi PSK, pelacur  yang umur 60 masih melacur, dan anak SD para pelanggan si nenek.

"Anak saya kadang saya gak urus. Tapi saya percaya kalau saya ngurusin Surabaya, anak saya pasti diurus Tuhan," katanya.

Karena mengurus Surabaya dia percayai adalah panggilan Tuhan.

Walaupun dia terlihat terbeban, beruntunglah dia karena panggilannya disertai 150-an penghargaan nasional/internasional, satu jam di talkshow TV nasional yang re-run berkali-kali, dan trending topic twitter ber-tag #saveRisma.

Beda dengan para background singer di film 20 Feet From Stardom.  Bakat mereka membuat kontestan Indonesian Idol Jumat malam beserta juri-jurinya terdengar amatiran dan jauh dari status bintang. Tapi mereka tetap 20 kaki dari menjadi bintang.

"It needs a certain ego and the ability to constantly put yourself on display to become a solo artist," katanya.

Tapi mereka tetap menyanyi karena percaya kalau ini panggilan mereka.  Walaupun kadang-kadang harus jadi PRT demi bertahan hidup. Apalagi teknologi digital saat ini membuat produser tidak lagi merasa perlu ngebayar background singer.

Untunglah mereka tetap menyanyi. Karena ternyata sebuah lagu rock n roll bisa mempengaruhi satu generasi biar gak lagi merasa superior dengan membasmi Vietnam.

Dan mungkin juga pengaruhnya sampai ke Bapak gubernur Jakarta yang konon penggemar Metallica.

"Menurut survey, anda dianggap sebagai saingan nomor satu Jokowi dalam bursa calon presiden," kata si pembawa acara.

"Kok panggilan dibikin lomba toh, Mbak? Wong itu berat lho ngurusin masyarakat. Kok malah dilomba-lomba," katanya polos sambil bersedia dibelah dadanya kalau si mbak gak percaya dia gak mau jadi presiden.

"Saya tahu siapa saya. Saya gak punya apa-apa. Gak punya kepinteran. Gak punya kekayaan. Ya segini aja porsi saya," katanya.

Gue yakin memang dia tidak akan jadi gubernur atau presiden. Tapi gue menghormati dia. Tak lebih rendah dari gubernur atau presiden manapun.

"You have to know who you are. What you are worth and never settle for less," kata salah satu background singer  yang memutuskan untuk bersolo karir.

Siapa gue? Apa panggilan gue?

Walaupun menang beberapa award, dan kata majalah Tempo film gue paling bagus tahun 2012, gue masih gak berani bilang kalau gue sutradara. Gue cuma anak nekat yang bikin dua film rata-rata  dan kebetulan beruntung karena film lain lagi gak bagus.

Tapi melihat si emak-emak walikota ini, mungkin percaya diri sebenarnya tidak dibutuhkan untuk menjawab panggilan.

Hanya perlu percaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar