"Saya sudah bilang sama keluarga saya.
Kalau saya sampai mati, gak boleh ada keluarga saya yang menuntut,"
katanya menceritakan keputusan kontroversialnya menutup Dolly.
Pertama kali gue dengar kalau walikota
berjilbab ini ingin menutup tempat prostitusi, yang terbayang adalah kisah
seorang wanita self righteous yang suka berbenah taman dan menganggap PSK - PSK
hanyalah another hama yang perlu dibasmi agar Surabaya menjadi kota yang indah.
Tapi menyaksikan wawancaranya hari ini yang
dipenuhi air mata, she is either a very good actress or a very good major.
And I don't think she's that good of an
actress.
Dia tidak articulate. Banyak kata-katanya yang
tidak menjelaskan keputusannya dengan jelas.
"Saya gak tega, Mbak," jawabnya ketika
diminta melanjutkan kisah anak-anak SMA yang dijadikan PSK. Tapi ekspresinya
menjelaskan semuanya kenapa dia belum juga mundur jadi walikota padahal banyak
yang menekannya.
Dia kasihan dengan anak-anak SMA yang dijual
jadi PSK, pelacur yang umur 60 masih
melacur, dan anak SD para pelanggan si nenek.
"Anak saya kadang saya gak urus. Tapi
saya percaya kalau saya ngurusin Surabaya, anak saya pasti diurus Tuhan,"
katanya.
Karena mengurus Surabaya dia percayai adalah
panggilan Tuhan.
Walaupun dia terlihat terbeban, beruntunglah dia
karena panggilannya disertai 150-an penghargaan nasional/internasional, satu jam
di talkshow TV nasional yang re-run berkali-kali, dan trending topic twitter
ber-tag #saveRisma.
Beda dengan para background singer di film 20
Feet From Stardom. Bakat mereka membuat kontestan
Indonesian Idol Jumat malam beserta juri-jurinya terdengar amatiran dan jauh
dari status bintang. Tapi mereka tetap 20 kaki dari menjadi bintang.
"It needs a certain ego and the ability
to constantly put yourself on display to become a solo artist," katanya.
Tapi mereka tetap menyanyi karena percaya
kalau ini panggilan mereka. Walaupun
kadang-kadang harus jadi PRT demi bertahan hidup. Apalagi teknologi digital
saat ini membuat produser tidak lagi merasa perlu ngebayar background singer.
Untunglah mereka tetap menyanyi. Karena
ternyata sebuah lagu rock n roll bisa mempengaruhi satu generasi biar gak lagi
merasa superior dengan membasmi Vietnam.
Dan mungkin juga pengaruhnya sampai ke Bapak
gubernur Jakarta yang konon penggemar Metallica.
"Menurut survey, anda dianggap sebagai
saingan nomor satu Jokowi dalam bursa calon presiden," kata si pembawa
acara.
"Kok panggilan dibikin lomba toh, Mbak?
Wong itu berat lho ngurusin masyarakat. Kok malah dilomba-lomba," katanya
polos sambil bersedia dibelah dadanya kalau si mbak gak percaya dia gak mau jadi presiden.
"Saya tahu siapa saya. Saya gak punya
apa-apa. Gak punya kepinteran. Gak punya kekayaan. Ya segini aja porsi
saya," katanya.
Gue yakin memang dia tidak akan jadi gubernur atau presiden. Tapi gue menghormati dia. Tak lebih rendah dari gubernur atau presiden manapun.
"You have to know who you are. What you
are worth and never settle for less," kata salah satu background singer yang memutuskan untuk bersolo karir.
Siapa gue? Apa panggilan gue?
Walaupun menang beberapa award, dan kata
majalah Tempo film gue paling bagus tahun 2012, gue masih gak berani bilang
kalau gue sutradara. Gue cuma anak nekat yang bikin dua film rata-rata dan kebetulan beruntung karena film lain lagi
gak bagus.
Tapi melihat si emak-emak walikota ini, mungkin percaya diri sebenarnya tidak dibutuhkan untuk menjawab panggilan.
Hanya perlu percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar