Minggu, 16 Februari 2014

Approval


"Gue gak suka The Great Beauty," kata Mama Hipster.

Gue langsung panik karena selera gue nggak di-approve Mama Hipster. Apakah ini akan mengurangi kehipsteran gue di hadapan doi? Padahal gue udah pake Macbook Pro lho.

Untungnya The Great Beauty menang Best Foreign Film di Golden Globe. At least Hollywood Foreign Press setuju ama gue.

Atau gue yang setuju ama Hollywood Foreign Press?

"Yang ini beneran bagus nih? Gak karena  lesbian kan?" tanya Mama Hipster sambil mengkopi Blue Is The Warmest Color dari HD gue.

"Ini menang Cannes kok," jawab gue sambil agak panik kalau dia gak suka lagi.

Kenapa gue harus panik kalau Mama Hipster gak approve selera gue? At least dewan juri Spielberg dkk kan setuju.

Atau gue yang setuju ama Spielberg dkk?

OMG. Ini adalah tanda-tanda kalau gue masih butuh approval dan gak berani punya selera sendiri. Selera gue masih tergantung apa kata Mama Hipster, Hollywood Foreign Press, Steven Spielberg, dll.

Gue masih the same 17 years old girl yang gak berani bilang kalau gue suka nonton Buffy The Vampire Slayer.

Padahal sebagai sutradara, gue harus menjadi filter. Filter yang terlalu banyak membutuhkan approval gak akan bisa menyaring pilihan-pilihan yang sesuai dengan visinya. Gue gak akan pernah menjadi the voice of my generation and build my city on rock n roll.

I am just another winner from some so called award.  

Mungkin bukan hanya gue. Mungkin ini kutukan seluruh generasi yang lahir tahun 80-an di Indonesia.  Bahkan Agnez Mo saja masih butuh approval Timbaland.

This approval business gets me exhausted. If  I really love my decision, I won't need anyone's approval. I will spend more time on what is important... like making film, for instance.


Dan menonton Buffy The Vampire Slayer.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar