"Gue gak suka The Great Beauty,"
kata Mama Hipster.
Gue langsung panik karena selera gue nggak
di-approve Mama Hipster. Apakah ini akan mengurangi kehipsteran gue di hadapan
doi? Padahal gue udah pake Macbook Pro lho.
Untungnya The Great Beauty menang Best Foreign
Film di Golden Globe. At least Hollywood Foreign Press setuju ama gue.
Atau gue yang setuju ama Hollywood Foreign
Press?
"Yang ini beneran bagus nih? Gak
karena lesbian kan?" tanya Mama
Hipster sambil mengkopi Blue Is The Warmest Color dari HD gue.
"Ini menang Cannes kok," jawab gue
sambil agak panik kalau dia gak suka lagi.
Kenapa gue harus panik kalau Mama Hipster gak
approve selera gue? At least dewan juri Spielberg dkk kan setuju.
Atau gue yang setuju ama Spielberg dkk?
OMG. Ini adalah tanda-tanda kalau gue masih
butuh approval dan gak berani punya selera sendiri. Selera gue masih tergantung
apa kata Mama Hipster, Hollywood Foreign Press, Steven Spielberg, dll.
Gue masih the same 17 years old girl yang gak
berani bilang kalau gue suka nonton Buffy The Vampire Slayer.
Padahal sebagai sutradara, gue harus menjadi
filter. Filter yang terlalu banyak membutuhkan approval gak akan bisa menyaring
pilihan-pilihan yang sesuai dengan visinya. Gue gak akan pernah menjadi the
voice of my generation and build my city on rock n roll.
I am just another winner from some so called
award.
Mungkin bukan hanya gue. Mungkin ini kutukan
seluruh generasi yang lahir tahun 80-an di Indonesia. Bahkan Agnez Mo saja masih butuh approval
Timbaland.
This approval business gets me exhausted. If I really love my decision, I won't need
anyone's approval. I will spend more time on what is important... like making film,
for instance.
Dan menonton Buffy The Vampire Slayer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar