"Biar gak boring, kayanya harus lebih
banyak action. Gak ngobrol doang," kata gue mengomentari belasteran talk
show/ sit com yang kami kerjakan.
"Bintang tamunya gak bisa satu. Harus
lebih," katanya.
Yang muncul pertama kali di kepala gue adalah:
more money dong?
"Kita bikin play yuk," katanya di
lain malam.
"Yang kaya barusan aja. Fokus di koreo
dan cerita. Propsnya gak macem-macem jadi murah," sambut gue antusias.
"Booo gue tuh mikirnya langsung yang
glamour gimana gitu lo kok langsung mikirin budget sih?"
Inilah karmanya kalau selalu jadi director/
producer. Budget selalu muncul pertama
di setiap angan-angan, menghambat gue dari menciptakan gambar-gambar indah dengan
production value Great Gatsby.
Apa gunanya spektakuler di angan-angan kalau
gak jadi kenyataan?
Tapi gue bukan lagi some indie filmmaker
making no budget movie. Mise en scene seharusnya sudah lebih diprioritaskan.
Kalau gue menyutradarai Selamat Pagi Malam,
mungkin budgetnya bisa turun sampai 70%. Tapi hasilnya gak akan seindah
sekarang.
Memproduseri Selamat Pagi Malam malah banyak
mengajarkan gue tentang directing.
Nambah budget 30% sebenarnya bukan
rintangan kalau membuat filmnya semakin terlihat mahal.
Bikin film gak gampang dan mahal. Sekalinya
dikasih kesempatan, gak boleh asal jadi.
Selama ini gue merasa filmnya jadi aja udah
syukur. Makanya ketika ditonton sekarang
Demi Ucok dan cin(T)a secara teknis berantakan. Gue anggap ajang pembelajaran.
Beda dengan Lucky. Lucky menyetir dari
Tangerang ke Mampang di jam pulang kantor setelah ngajar 10 jam. Dilanjutkan
dubbing sampai jam 2 pagi. Di detik-detik terakhir, Lucky masih gak mau asal
jadi. 3 scene Voice Over dijadwalkan
di-take nanti.
Kalau gue, mungkin gue akan menyelesaikan
semua malam itu juga. Kualitas
belakangan.
Sebenarnya gue pengen bikin film keren dengan
gambar-gambar indah dan putis. Gue jatuh cinta ama sinema kan karena kecantikannya.
Setelah pengalaman Selamat Pagi Malam, gue
yakin Dongeng Bawah Angin akan jadi film yang indah. Gue gak akan tergesa-gesa
dan bersyukur filmnya asal jadi.
Tapi indah di luar apakah indah di dalam?
Adakah yang indah dari kisah ibu dan anak terakhir di bumi, menanti
keluar dari kotak hitam yang mengambang di gurun beracun yang dulunya hutan?
Absolutely.
Tapi pemerannya 2 aja, biar murah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar