Selasa, 18 Februari 2014

Money en Scene

"Biar gak boring, kayanya harus lebih banyak action. Gak ngobrol doang," kata gue mengomentari belasteran talk show/ sit com yang kami kerjakan.

"Bintang tamunya gak bisa satu. Harus lebih," katanya.

Yang muncul pertama kali di kepala gue adalah: more money dong?

"Kita bikin play yuk," katanya di lain malam.

"Yang kaya barusan aja. Fokus di koreo dan cerita. Propsnya gak macem-macem jadi murah," sambut gue antusias.

"Booo gue tuh mikirnya langsung yang glamour gimana gitu lo kok langsung mikirin budget sih?"

Inilah karmanya kalau selalu jadi director/ producer.  Budget selalu muncul pertama di setiap angan-angan, menghambat gue dari menciptakan gambar-gambar indah dengan production value  Great Gatsby.

Apa gunanya spektakuler di angan-angan kalau gak jadi kenyataan?

Tapi gue bukan lagi some indie filmmaker making no budget movie. Mise en scene seharusnya sudah lebih diprioritaskan.

Kalau gue menyutradarai Selamat Pagi Malam, mungkin budgetnya bisa turun sampai 70%. Tapi hasilnya gak akan seindah sekarang.

Memproduseri Selamat Pagi Malam malah banyak mengajarkan gue tentang directing.  Nambah budget 30%  sebenarnya bukan rintangan kalau membuat filmnya semakin terlihat mahal.

Bikin film gak gampang dan mahal. Sekalinya dikasih kesempatan,  gak boleh asal jadi.

Selama ini gue merasa filmnya jadi aja udah syukur.  Makanya ketika ditonton sekarang Demi Ucok dan cin(T)a secara teknis berantakan. Gue anggap ajang pembelajaran.

Beda dengan Lucky. Lucky menyetir dari Tangerang ke Mampang di jam pulang kantor setelah ngajar 10 jam. Dilanjutkan dubbing sampai jam 2 pagi. Di detik-detik terakhir, Lucky masih gak mau asal jadi.  3 scene Voice Over dijadwalkan di-take nanti.

Kalau gue, mungkin gue akan menyelesaikan semua malam itu juga.  Kualitas belakangan.

Sebenarnya gue pengen bikin film keren dengan gambar-gambar indah dan putis. Gue jatuh cinta ama sinema kan karena kecantikannya.

Setelah pengalaman Selamat Pagi Malam, gue yakin Dongeng Bawah Angin akan jadi film yang indah. Gue gak akan tergesa-gesa dan bersyukur filmnya asal jadi.  

Tapi  indah di luar apakah indah di dalam? 

Adakah yang indah dari  kisah ibu dan anak terakhir di bumi, menanti keluar dari kotak hitam yang mengambang di gurun beracun yang dulunya hutan?

Absolutely.

Tapi pemerannya 2 aja, biar murah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar