Naik ojeg Matraman Cipete ternyata berkhasiat membuat paha zig zag dan pantat bahenol reloaded. Semua demi subtitle Selamat Pagi Malam. Subtitle Demi Ucok dia anggep gagal karena banyak yang gak nyampe maknanya, jadi dia ngotot mau bantuin meriksa subtitle sebelum Sabtu dibungkus.
Setelah ini masih harus melototin credit title akhir yang udah dua minggu gak bungkus juga. Selalu ada s atau d atau link i tunes yang tertinggal.
"Emang kaya gitu bok!" kata si teman menceritakan filmnya sendiri. Terlihat remeh temeh tapi penting bagi yang punya nama.
"Sayang ya dia terlalu cepat menikah," katanya menerawang sambil menonton salah satu pemeran Selamat Pagi Malam. Tanpa perlu bertanya siapa gue langsung mengendus cinta lain di balik tawanya.
Memang susah menyembunyikan rahasia dari dia. Satu Jakarta temannya. Makanya mungkin dia bisa jadi produser yang baik. Butuh media, tinggal telpon teman. Butuh uang, telpon teman. Butuh artis, telpon teman.
"Bawain yoga mat dong," telpon seorang teman yang sudah seharian pegal melototin suara SPM.
Tadinya mau pulang. Udah dekat kalibata.
Mulai membayangkan naik ojeg cipete matraman di tengah kemacetan malam.
"50 ribu ya, bang."