Seekor kelinci ingin jadi polisi walaupun Mama Papa menyuruhnya menjadi petani seperti 250 saudaranya. Seekor rubah ingin jadi pramuka walaupun semua mamalia bilang rubah cocoknya jadi penipu. Seekor domba ingin jadi walikota walaupun warga lebih memilih dipimpin singa.
Lewat cerita sederhana soal kelinci pengen jadi polisi, Zootopia bisa ngomong soal rasisme dan prejudice tanpa menuding. Bahkan gue bisa bersimpati pada si antagonis.
Gue cuma pengen bikin film dengan cerita sederhana kaya gini. Tapi skenarionya ditulis dengan baik, tanpa ada elemen gimmick yang gak membangun cerita. Karakternya menarik dan bisa mengingatkan gue sama orang-orang sekitar. Endingnya memberi harapan kalau kita bisa jadi apapun tanpa sok bijaksana.
Tulisan gue endingnya pasti lebih dark sih. Bukan "from zero to hero".
Bukan juga "from zero to zero".
"From zero to zero but somehow it's enough" sepertinya sudah menjadi impian hati ini ketika mengetik. Gue menulis untuk memberi diri gue harapan.
Gak bisa ya satu draft langsung kaya Zootopia?
Buat orang kebanyakan mau kaya lo? Nggak deh. Harus berulang-ulang biar semua kecentilan dan kesokbijaksanaan hilang dari permukaan jadi kita bisa menyelam lebih dalam.
Cus menyelam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar