Setengah botol besar minyak kelapa sawit gue tuang ke penggorengan untuk menggoreng selusin tahu putih. Gak bisa kurang, karena badan tahu harus terendam semua. Setelah selesai, gue coba masukkan ke tempat minyak biar bisa dipakai lagi, malah melimpah keluar. Tambah satu tempat minyak. Masih meleber memenuhi table top.
Sebanyak ini minyak hanya untuk selusin tahu.
Gue tangkupkan handuk kaki agar minyak gak menetes ke bawah table top. Gue gosok table top dengan berlembar-lembar paper towel. Disusul dengan berbusa-busa sabun. Dan berkali-kali bilasan air.
Masih terasa licin di tangan.
Gosok lagi.
Begini susah membersihkan minyak dari table top dan wajan. Bayangkan membersihkan minyak dari dinding usus dan terowongan darah.
Belum lagi membayangkan bagaimana minyak ini dibuat. Berapa hutan ditebang. Berapa si amang terbakar. Berapa bayi tersedak asap.
Kenapa minyak kelapa sawit masih dibiarkan?
"As long as 20 percent of the population keep snorting that shit, it's better if we keep it in order," kata seorang agen CIA memberi pembenaran kenapa CIA malah terlibat mengatur perdagangan obat terlarang.
Memang bukan minyak kelapa sawit, tapi logikanya sama.
Selama masih ada orang yang menggoreng pake minyak kelapa sawit, produksi minyak kelapa sawit akan terus berjalan. Legal ataupun tidak.
Waktunya untuk tidak lagi menggoreng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar