Rabu, 10 Februari 2016

Anak Sapi

Penyebab global warming terbesar ternyata bukan bahan bakar fosil, tapi peternakan sapi. Bayangkan berapa banyak hutan harus ditebang untuk jadi padang rumput. Berapa banyak air buat ngasih minum sapi bertahun-tahun sebelum dipotong. Berapa banyak ladang soya buat ngasih makan sapi sampai gede. Berapa banyak gas berbahaya dihasilkan tai sapi. Dan banyak limbah peternakan sapi lainnya yang menjauhkan Bumi dari kehidupan yang logis.

Gue udah tujuh tahun sih gak makan daging sapi. Tapi ternyata gak makan daging aja gak cukup. Ketika gue makan semua produk peternakan sapi, gue sudah turut mendukung transformasi bumi menjadi peternakan sapi.

Susu. Coklat. Keju. Milkshake. Kafe Latte. Cappuccino. Mochachino. Roti. Teh tarik. Pizza. Dan sederet produk turunan sapi yang lezatnya tak terkira dan seharusnya tidak lagi gue makan kalau gue mau menjadi manusia yang lebih sadar lingkungan.

"Cow's milk is baby cow's growth food. It's used to grow a baby cow into a 400 pound cow. Look at yourself in the mirror. Are you a baby cow?"

Udah mirip sih.

Memang harusnya gue gak makan susu sapi.

Termasuk pulut mangga berlumur susu ini.

Dan roti maryam yang disirami susu kental manis.

Mulai besok pagi deh.

"Neng, mau kopi?" tanya si Bibi.

Gue mengangguk.

"Kopi item atau mocchachino?"

"Moccachino..."

Memanglah aku si anak sapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar