Jumat, 12 Februari 2016

Emosi

"Matanya tidak terasa kalau dia merasa awkward, tak di tempat dia seharusnya. Terlalu pretentious."

Gue memperhatikan hasil editan gue. Sebenarnya gue juga merasa demikian. Hanya saja gue sudah terlalu terbiasa dengan acting mediocre, jadi tidak lagi kritis dengan performance.

"Dan coba olah lagi gaya visual menjelang akhir, biar penonton selalu disuguhkan visual baru. Gak begitu-begitu terus sepanjang film."

Sebenernya gue juga merasa demikian. Hanya saja gue sudah terlalu terbiasa dengan editing mediocre, jadi tidak kritis lagi dengan bahasa visual.

Gue menyetir di tengah hujan Bandung sepulang dari rumah dia. Apakah gue memang merasa demikian? Atau gue cuma ingin menyenangkan dia? Me and my parent issue yang selalu haus approval orang tua.

Emang kurang kritis deh. Paduan terlalu cepat puas dan malas.

Art is emotion. By the end of the day, yang harus gue tanyakan ke diri gue sepanjang ngedit hanya satu.

Do I care?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar