Senin, 21 Maret 2016

Taik-Taik Politik

The Herald membeberkan bagaimana kotornya si Taik sampai bisa jadi Presiden Amerika. Pas banget ketika simpatisan sejenis ISIS menyandera seorang ayah menuntut pemimpin mereka dilepas. Untuk membebaskan si Ayah, semua fasilitas dikerahkan termasuk tempat di mana si Taik diam-diam menggunakan data NSA buat kepentingan kampanyenya.

Si Taik duduk di ruang tamunya, minum aspirin. Bersiap membayangkan dia akan dimasukkan penjara abis kalah pemilu. Mungkin inilah akhir serial House Of Cards. Gak mungkin penipu dan pembunuh terus menerus jadi presiden sementara orang-orang jujur malah disingkirkan dan dibunuh. Jagoan harus menang di akhir. Film harus memberikan harapan.

Tapi hati gue berharap si Taik menang. Jangan sampai gue diyakinkan kalau masih ada orang baik di politik.

Lalu istrinya yang gak kalah taik tapi hot datang dengan solusi. 

Fear.

"We do not submit to terror, we make terror," kata si Taik mengakhiri season ini.

Amerika mendukung Underwood perang setelah menonton si Ayah dibunuh atas nama Allah,  lupa kalau presiden mereka juga mungkin  pembunuh.

Sepertinya season 5 si Taik masih presiden.

Kenapa gue ingin si Taik menang?

Mungkin karena diam-diam gue yakin semua yang ngomong atas nama rakyat memang munafik. Mungkin karena bosan dengan film yang memberikan harapan sementara sekitar gue semakin menjijikkan. Mungkin pembuatnya memang mau membuat gue apatis trus gak mau mendukung aktivitas politik apapun.

Mungkin gue kebanyakan nonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar