"Kalau Agya pakenya 3 liter, Pak. Satunya 125.000," kata si Mbak Bengkel pada Papi.
Tiga liter oli bekas pun dialirkan keluar dari bawah, ditampung dengan baskom plastik yang dulunya pernah jadi minyak, dan ditarik keluar hendak dibuang ke...
Dibuang ke mana?
Jangan bilang sungai belakang Kayumas.
Ternyata ke tanah belakang.
Sama aja.
Oli adalah species minyak-minyakan yang melumasi besi-besi mesin yang bergesekan, mengalirkan remah-remah metal sisa gesekan biar gak ngerusak mesin. Jika oli bekas malah dibuang ke tanah, jadinya merusak tanah.
Biarlah tanah rusak. Nanti kita pindah saja ke Mars.
Sampai air minum kita tercemar metal, harapan hidup kita turun dari 65, dan Mars cuma bisa dibeli Tuan Tanah Amerika dan Cina, barulah kita sadar. Tapi keburu metong.
Tidak hanya oli. Minyak. Oli rem. Dan hidrokarbon lain yang diperlukan untuk membuat satu agya mungil ini mondar mandir mengantarkan gue dalam kotak bebas panas Jakarta. Entah berapa sampah ditelan alam demi kenyamanan gue.
Dikali jutaan mobil dan motor impor yang sudah semakin gak mampu ditampung jalan Jakarta.
Kenapa gue masih pakai mobil?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar