Walaupun berurusan dengan pemerintah membuat pantat lebih berat, ketika diajak ke kota ini gue langsung berangkat. Sebuah kota kecil di ugak ujung pulau Jawa yang sepuluh tahun ini tiba-tiba terkenal ke selutuh dunia karena karnival fashion-nya. Mungkin ada yang bisa dipelajari dari mereka.
"Yah itu kan eksklusif mereka aja, Mbak. Kita ya nonton aja," kata mahasiswa ke sekian. Didukung dosennya.
Bayangan indah tentang sebuah festival setahun sekali yang mampu mengangkat ekonomi sekitar buyar. Efek domino indahnya seni yang dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat ternyata memang sudah tersisa cuma jadi jargon orde baru.
"Bukannya mereka pake talent lokal?"
"Iya tapi ya tetep mereka-mereka aja."
Kotanya masih saja kota kecil yang tak mengenal inovasi. Kota yang melahirkan penemu 4G LTE, mengasingkannya ke Amerika, dan puas dengan sinyal yang H dan E melulu.
Untung aja punya rokok kopi dan coklat.
Apakah profesionalisme dan partisipasi masyarakat selalu seperti air dan minyak?
Sepertinya kalau gue bikin festival, bakal begitu juga.
Ini pasti Jember. 😂😂
BalasHapus