Kamis, 03 Maret 2016

Lupa

Gue menunggu dia sejam lebih di luar aula screening-nya. Sudah enam tahun mungkin kami tidak berjumpa sejak dia memproduseri salah satu film gue.

"Eh... anak Tebet!" katanya menyambut gue.

Kayanya dia lupa nama gue.

"Mbak!"

Gue memanggil seorang penulis di lain kesempatan.

"Eh kok di sini?"

Lalu dia menjelaskan kenapa dia harus ke salon ini. Media tempatnya bekerja tidak punya stylist, karena sebenarnya medianya bergantung pada majalah. TV, internet, koran, dan lain-lain hanya sampingan. Begitu detail seakan-akan gue gak pernah difoto untuk majalahnya dan diwawancara di TV-nya.

Kayanya dia lupa nama gue.

"Mbak!" seru gue kepada penulis lain di kawinan teman.

Kami cipika cipiki. Sepertinya dia lupa nama gua. Padahal dulu tiap ke Bandung dia ngajakin makan.

Gue kira gue wunderkind yang gak akan pernah dilupakan orang.

"Mbak Atid, apa kabar? Lagi di Jakarta?" sapa seorang millenials berjenggot yang sepertinya filmmaker.

"Hei! Iya nih."

Gue lupa nama dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar