Jumat, 15 April 2011

Kedai Kopi Deden

Deden mau bikin kedai kopi. Papi pusing.

Jauh-jauh sekolah ke Amerika, pulang-pulang mau jualan kopi?

Sebagai ketua Resign Club sampai 4 periode mendatang, gue membela kedai kopi.

"Kan lagi musim, Pi..."

"Saya juga dulu jurusan Teknik Industri, om," kata si asisten bos besar yang sekarang bisnis restoran.

Papi tenggelam di kursi, tidak lagi memperhatikan presentasi anak bungsunya yang sedang merayu takdir film ke dua. Pikirannya melayang ke anaknya yang lain.

Warung kopi???

Padahal kedai kopi Deden sudah dinanti banyak costumer setia: keluarga besar mafia wars, businessman muda tak berdasi, dan ABG sakaw wi-fi.

What is a better blessing than knowing what you wanna do in life?

Papi tetap tenggelam.

Jadi ingat ketika gue pertama kali bilang ke Papi, gue mau resign. Papi gak bilang apa-apa, tapi mukanya cukup mengatakan betapa khawatirnya papi. Papi tak tega membayangkan tahun-tahun ke depan, anaknya akan dipenuhi tangisan dan kesusahan.

Tahun-tahun ke depan, anaknya dipenuhi tangisan dan kesusahan.

Best years in my life.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar