Jumat, 04 Juli 2014

Mimpi Frustasi

Tadi malam gue bermimpi.

Shooting diselingi dengan DJ dan party. Si actress yang tadinya heran ada DJ akhirnya setuju karena dia bisa party sementara kita setting.

Gue menguping pembicaraannya dengan lawan mainnya. Dia ingin meneruskan kisah on screen mereka sehari lagi. Lawan mainnya ragu tapi mau. Sayangnya tidak ada adegan ciuman karena gue keburu pergi. 

Gue mencari taksi, mumpung taksi masih ada di Karawang walau dini hari. Supir taksinya menyebalkan, walaupun penumpangnya lebih menyebalkan. 

Entah kenapa gue minta diturunkan. Dia tidak mau kecuali gue membayar 200 ribu, sesuai ongkos yang dijanjikan membawa gue dari Karawang ke Jakarta.

Gue memfoto-foto semua identitasnya yang sudah tergaruk tak terbaca. Penumpang di belakang (Yes, I suddenly share the cab) bilang biarkanlah gue turun dan biar si bapak-bapak sok bijaksana ala Kolonel Sanders versi Jawa ini yang membayar semua ongkosnya, tak perlu dibagi.

Di pinggir jalan, gue bertanya angkotke mana ke pada segerombolan wanita bisu berjilbab. Angkot nomor 18 disusul metro mini jurusan Cibubui, semuanya dituliskan besr-besar dengan darahnya yang putih di dinding berjamur. 

Gue malah sampai ke sebuah padepokan Cina yang tampaknya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.  Gue disuruh ke kamar mandi dulu sebelum giliran diperiksa.

Kamar mandinya mewah, tapi ketika bilik-bilik itu dibuka, klosetnya  old school dengan kerak-keak jarang dibersihkan dan air stand by kekuningan. Setidaknya tidak ada tahi mengapung.

Gue sedang boker, seorang tentara seenaknya masuk dan memandangi gue tanpa nafsu.  Gue bilang kamar mandi cowo dii bilik sebelah. Dia celingak celinguk enggan pergi. Tidak ada nafsu, hanya angkuh. Terpaksa gue cebok di depan dia.

Keluar kamar mandi, gue melihat sudah ada goodie bags ulang tahun. Satu pasien sebelum gue keluar membawa kue ulang tahun dengan icing  mawar coklat. Kue satunya mawar pink. 

Gue tidak jadi diperiksa dan kembali ke kantor Kepompong Gendut. Entah bagaimana caranya. Seorang teman telah menunggu sambil  menangis.

Gue berikan laptop gue untuk menghibur. Gue keluar sebentar, mencari segelas air untuk dia. 

Begitu kembali dia langsung bertanya dengan kaget, masih di sela-sela tangisnya.

“Do you have sex with her?”

Moral of the story: Jangan lagi meminjamkan laptop ke orang. walau hanya dalam mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar