“Mak Gondut tuh bisa jadi icon banget sih,” katanya.
Gue diam tidak menjawab.
“Karakternya unik soalnya. Gak ada lagi yang kaya dia.”
Baru setengah jam yang lalu gue nangis-nangis. Mak Gondut menuduh orang mengganti password facebook-nya. Padahal gue yakin ini akibat dia gaptek. Tapi memang dia tidak pernah mau menyalahkan diri sendiri. Selalu ada orang lain yang menyebabkan.
Lalu kenapa gue yang nangis?
Mungkin karena gue berharap emang Mak Gondut bisa jadi icon ibu yang penyayang dan segalanya demi anak walau rese? Tapi tidak. Dia hanya emak-emak rese biasa.
Padahal tadi siang gue udah yakin akan membuat Kepompong Mak Gondut dengan Mak Gondut sebagai bintangnya. Tapi malam ini gue gak mau lagi kerja sama Mak Gondut. Yang dia pedulikan cuma spotlight untuk dirinya sendiri. Mungkin ini waktunya papi yang dapat spotlight.
“Ya asal mami senang papi pun senang,” kata papi bulus sambil duduk-duduk di teras. Kebayang kalau bikin film tentang papi isinya cuma duduk-dduk di teras dan mandiin anjing. Gak menarik dibuat film tapi sangat menarik di kehidupan nyata. Gak banyak orang yang gak self centered kaya Papi.
Lihat aja Mami. Gue takut kalau gue bikin Kepompong Mak Gondut, dia semakin gila spotlight. Dan kebanyakan spotlight bisa membutakan.
“Ya namanya juga orang tua, atid. Ya gapapalah,” kata Indri menyuruh gue mengenang gue di masa bayi yang tentunya tak gue ingat.
Dulu gue diurusi dan seluruh dunia Mak Gondut berpusat di gue. Mungkin ini waktunya dia menikmati spotlight.
“Mami ini relalah demi kalian main pilim. Mami cuma bantu anak. Kalau judulnya Mak Gondut, mami perhatikan pasti laku,” kata Mak Gondut dengan pengertiannya sendiri.
Gue menghela napas panjang.
Be nice to your parent? Ternyata Demi Ucok aja gak cukup.
So help me God.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar