Hari ini kontrak pemain Dongeng Bawah Angin untuk segmen Dancing Gale ditandatangani. No turning back. Dongeng Bawah Angin akan tetap shooting dengan atau tanpa investor.
Teringat sebuah pentas drama musikal ambisius yang konon akan tampil di Jakarta Teater selama sebulan. Sebulan menjelang tampil, produsernya mengaku mereka tidak punya investor dan semua pentas dibatalkan hanya dengan kompensasi 50% fee yang baru akan dibayar pada 2015.
Gue tidak mau jadi produser seperti itu. Gue harus tahu bagaimana menghargai waktu dan mimpi orang lain. Bukan hanya merpati yang tak pernah ingkar janji. Produser pun seharusnya demikian.
Tapi bagaimana jika investornya menarik diri? Produser si drama musikal tadi juga mungkin tidak pernah berniat membatalkan karyanya sendiri. But shit happens. Investor bisa jadi mnarik diri, apalagi menjelang Pemilu 2014.
Papi menyarankan sebaiknya film ke tiga dan seterusnya dibayari sendiri. Kalau mau besar, harus berani ambil risiko.
Film pertama dan kedua gue dibayari orang lain dan selalu balik modal. Dengan hanya 'meminjamkan' sebentar 100 juta, dia udah bisa dapat rights cin(T)a. Dengan hanya 'meminjamkan' sebentar 1 miliar, yang lain udah bisa dapat rights Demi Ucok. Tahu akan balik modal, kenapa gak pake uang mami dulu?
Tapi gue takut, bagaimana jika gak balik modal? Investor Demi Ucok gak akan pusing kalau kehilangan 1 atau 2 M. Mami gue tahu uangnya tidak banyak. 2 M besar buat dia. Lebih baik dia pakai jalan-jalan menikmati masa tuanya, bukan dihabiskan untuk memuaskan ego anak bungsu.
Makanya jangan merugi.
Tapi bagaimana gue tahu tabiat penonton Indonesia dan cuaca Jakarta?
Ah itu bukan urusan gua. Ada sutradara lain yang sudah merencanakan semuanya. Tugas gua adalah mempersiapkan film ini sedalam mungkin tapi tetap bisa dicerna bankir2 tak berbudaya seperti Chica.
Today is another risk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar