Senin, 17 Juni 2013

Narasi Membumi

"Kayanya semua lebih ketawa kalau nonton bagian yang ada orangnya Tid, bukan yang animasi," kata editor mengingatkan.

Episode 1 dan 3 Demi Turki sudah memasuki tahap piclock yang membuat makan gue tidak lagi berantakan. Lebih tenang, lega dengan hasilnya.

Ceritanya menyenangkan dan mudah dinikmati. Pace-nya cepat dan banyak animasi lucu.

Gue berharap observasi editor ini cuma karena tadi nontonnya pake laptop tua pinjaman dengan speaker rebek. Kalau Fatwa Indri dan Ridla  bisa mendengar narasinya, mungkinkah mereka ketawa?

Apakah narasinya terlalu banyak? Apakah gue terlalu banyak bicara?

Apakah ego gue menghambat gue menyadari kalau narasinya kurang lucu ?

Atau Fatwa Indri dan Ridla yang terlalu rata-rata?

Gue yang gak bisa deliver cerita kok malah nge-judge mereka rata-rata?

Tapi kalau gak pakai narasi, gue gak kepikiran cara lain untuk membuat pace Demi Turki lebih cepat.

Episode 1 dan 3 sepertinya sudah menarik. Tapi episode 2, 4, dan 5 butuh materi tambahan untuk mengisi screen time, kalau gak mau ceritanya jadi draggy.

Bisakah gue menciptakan narasi yang lebih membumi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar