Editor Sakit Perut. Sutradara panik. TV sudah mewanti-wanti, Rabu harus sudah jadi.
Pertama kalinya gue mengerjakan TV, gue kira semua akan lancar. Isinya tentang gue yang pengen kurus, gue cuma perlu relax, jujur, dan keep a sense of humor in the shotlist.
Ternyata tak ada kata relax di TV. Kita berlomba dengaan waktu. 15 Juni harus tayang, episode 1 belum terjabarkan.
Siapa suruh bikin program personal di TV? Director lain bisa mengerjakan 1 episode dalam waktu 5 hari jadi. Gue gak bisa karena semua gue pikirkan dan jabarkan. Ini bukan proyek kejar tayang semata. Ini hidup gua dan saudara-saudara gua.
Terbiasa menulis film 80 menit berbulan-bulan, mengerjakan 2 episode x 24 menit dalam 3 hari bikin gue panik.
Ditambah editor sakit.
Dan komputer minta beli baru.
Di saat-saat menjelang deadline seperti ini, bukannya menulis, gue makan mengunyah keripik dan karbo tak kompleks lainnya sepanjang hari.
Profesionalisme dan masa depan gue dipertanyakan. Seharusnya gue mempersiapkan editor yang bisa menggantikan. Seharusnya gue bisa mengedit Avid. Jangan sampai tanpa jalan keluar seperti hari ini.
Atid, fokus. Kerjakan yang bisa dikerjakan. Sedikit demi sedikit. Mengunyah karbo tak bergizi tak menambah selesai.
Ah mungkin spesies personal kaya gue tak sebaiknya masuk ke TV.
Teringat pertama kali mengerjakan film cin(T)a, gue tertidur bermimpi shooting, terbangun teringat shotlist, dan terus berlanjut hingga setelah shooting berakhir. Gue berpikir gak akan lagi gue bikin film.
Dan sampai hari ini masih bikin film.
You are doing good, sayang. Don't be too hard on yourself, so you won't be too hard on your editor.
The worst thing you would get is not getting any TV job. And it is not the end of the world. Selama masih ada Youtube, lo masih bisa bikin film.
Just focus on what you wanna say.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar