Kamis, 06 Juni 2013

IQ 75

"The World will never be the same once you see it through the eyes of Forrest Gump."

Pertama kali gue melihat dunia melalui pandangan Forrest Gump, gue SMP kelas 1. Gue tertidur di bioskop murah dekat Pasar Kosambi yang sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Baru bangun ketika Jenny bercinta dengan Forrest Gump dan pergi begitu saja di pagi hari. Atid kecil tidak mengerti kenapa ada yang mau bikin film tak happy ending seperti ini.

19 tahun kemudian, gue kembali melihat dunia lewat mata  Forrest Gump lagi. Dua setengah jam berlalu penuh tawa haru dan diakhiri dengan gue pengen bikin film kaya gini.

Dunia di mata Forrest Gump sangat sederhana. IQ-nya 75. Forrest gak akan bisa masuk sekolah dasar biasa kalau saja Sang Mama tidak 'ee ee ee ee' sama Pak  Kepala Sekolah.

Forrest kecil tidak bisa berjalan lurus tanpa bantuan kawat kaki. Tapi Mama selalu bilang Forrest itu berbeda memang begitu seharusnya. Kalau Tuhan mau menciptakan semua orang sama, semua pasti diciptakan dengan kawat kaki.

Di akhir film, gue menyadari IQ 75 ternyata berkah luar biasa bagi Forest. Pikirannnya tidak cukup kompleks untuk menciptakan skenario buruk sangka. Dia hanya jalani hidup dengan hati lurus tanpa pretensi.  Tau -tau dia jadi bintang football kuliah, pahlawan perang Vietnam, juara pingpong sampai ke Cina, milioner udang, nabi berlari, sampai pemilik saham perusahaan Apple yang dikiranya memproduksi buah-buahan. Jualan 'buah' ini membuatnya tak pernah harus mencari uang lagi.

Terberkahilah semua yang ber-IQ rendah, karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka sombongkan.

Setelah melihat dunia di mata forrest Gump ke dua kalinya, Atid 30 tahun memang tidak lagi sama. Dunia terlihat lebih sederhana. Tidak perlu dipahami, hanya perlu dijalani.

Sayangnya IQ gue 161, sehingga semua yang datang pasti diproses dan dianalisis dan tak jarang menghasilkan kemungkinan-kemungkinan ke depan yang menakutkan.  

"Kerjakan saja apa yang sudah Tuhan berikan," kata Mama Forrest sebelum meninggal, tanpa mengutip khotbah-khotbah rumit tentang talenta.

Gue pengen bercerita seperti Forrest Gump.

Hi, I'm Sammaria. Sari Astrid Mananda Maria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar