Selasa, 03 Mei 2011

Sijarajiri

Gue gak suka perusahaan keluarga. Nepotisme bau suharto. No space untuk other people berkembang.

Tapi bikin PT gak bisa sendiri. Butuh KTP tambahan. KTP terdekat tak lain tak bukan ya saudara sendiri: Mama Singa dan Si Jara-Jiri yang gak pernah mandi.

"Biiii ! Kenapa jas aku ada garisnya? Kan udah aku bilang berkali-kali jangan nyetrika jas-ku. Ada garis. Aku nggak suka," teriak SIjarajiri di pagi hari.

Ini nih komisaris PT Kepompong Gendut.

"Udah! Aku gak mau datang ke kawinan Todo," amuk Sijarajiri.

"Lo kaya anak kecil banget sih? Masa gara-gara jas doang lo gak pergi?"

"Yang mau kawin aja gak jelas mau kawin atau nggak. Kakak yang mau kawin malah ke Perancis. Kenapa aku yang harus sibuk?"

"Ya berarti alasannya itu. Bukan karena jas."

"Ya karena jas juga."

Bibi datang menghantarkan pesan dari Mak Gondut yang terbaring sakit di kamar, "Non, kata mami temenin beli jas aja ke mal."

"Nggak. Aku nggak mau ke kawinan," jawab Sijarajiri kepala batu.

So much for perusahaan keluarga.

"Kau yang nyetir," kata Sijarajiri masih ngomel ama jas.

Gue menyetir dengan nurut, menuju kelurahan Wastu Kencana setelah hari sebelum ya gagal mendapat domisili di Kelurahan Bali.

Sama saja.

Apa gue bayar saja mereka?

Sijarajiri gak mau bayar. Lebih baik gak punya PT daripada jadi tikus.

"Kita coba Sukarajin!"

"Kata si Atun tetangganya rese. Mereka gak suka ada PH di situ."

"Trus ada yang lain? Yang tanah mami satu lagi udah kabupaten. Harus Kotamadya Bandung, kalau nggak kita harus bikin akta lagi."

Gue menuruti Sijarajiri dengan pesimis. Masih tersakiti sisa-sisa pahit hati menghadapi tikus-tikus RW.

Pak RT belum pulang. Pak RW nyuruh ke Pak RT dulu.

"Ya udah kita ke tetangga dulu," kata Sijarajiri.

"Udahlah kita sewa ruko aja," jawab gua malas berurusan dengan manusia-manusia tikus.

"Nanti lama lagi. Kau mau bikin film Juli kan?"

Gue menurut ogah-ogahan.

Ternyata boleh.

"Tuh kan boleh! Yuk kita ke tetangga 2."

"Ah yang jalan Bali juga tetangganya tanda tangan semua. RW - nya yang tikus."

"Kau jangan disamainlah! Belum dicoba kok kau nyerah," bentak Sijarajiri.

Gue ngekor, takut dibentak lagi.

Ternyata boleh.

Malamnya ke Pak RT, ternyata boleh.

Gue diam saja, senyum-senyum mengawasi, melihat-lihat Sijarajiri beramahtamah dengan tetangga.

Perusahaan keluarga? Maybe there's a reason for it. Cause they are the one who stand by you menghadapi tetangga singa dan menghindari pejabat tikus.

Tuhan. terima kasih atas birokrasi negaraku yang berbelit-belit. Gue jadi tahu ternyata Sijarajiri boleh juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar