Setelah 1 tahun 5 bulan menafsirkan diri dalam tulisan, akhirnya gue tiba pada hari yang berbahagia ini. Script Demi Ucok final di draft-nya yang ke 6. Siap dicacah dan diwujudkan dalam bit-bit digital dan keriaan.
Setelah melewati screening akhir Mama Singa, mewakili penonton rata-rata, 'Demi Ucok' dinyatakan lumayan bisa dimengerti oleh bankir-bankir tak berbudaya dan mudah-mudahan para penonton lainnya.
Eh, tapi adegan yang ini masih gak enak.
"Teh Atid, kapan bisa dikirim filenya? Biar saya print," sms Awal mengingatkanku kalau proses menulis ini harus berakhir.
This is it!
Jauh banget ama draft awal. No more Coki Sitohang. No more Kunyir Kunyil . No more lesbian kiss.
Tinggal tentang ibu dan anak.
Welcome aboard, the final character of Demi Ucok:
Glo: the dreamer yang gak pengen jadi kaya emaknya.
Mak Gondut: ibu rumah tangga yang hidupnya buat anaknya.
Niki: pregnant lesbian penjual DVD bajakan.
A Cun : penyanyi wannabe yang akhirnya kerja kantoran.
Tumpal: hela naburju impian Mak Gondut, nyari istri Batak demi request emak.
Nora: tante keren yang gak kawin, eh nikah, karena sibuk keliling dunia.
Manohara: anjing shitzu cantik 1.5 juta
Bobot: anjing kampung berbaju persib. Bajunya lebih mahal dari dirinya.
Pak RW: rela mengabdi pada masyarakat, asal ada 750 ribu.
Yasmin Ahmad: sutradara favorit Glo.
Kayanya nama Yasmin Ahmad harus diganti deh.
Green Tea Ahmad?
Dan gak ada karakter bernama Ucok di film Demi Ucok ini. Inilah akibatnya kalau judul udah ada jauh sebelum sinopsis ada.
Minggu pagi, gue ketawa-ketawa baca script yang gue tulis sendiri.
Emang gue lucu banget atau narsis banget?
Bang Gigit gak menjawab.
"Kalau dia diam aja, berarti gak bagus," kata Mama Singa mengadu domba.
"Ya perlu donggg yang kaya gue. Biar improve terus," tangkis Bang Gigit.
"Oh, jadi Bang Gigit gak mau dibayarin pancake?" ancam gue.
"Eh... bagus kok", revisi Bang Gigit mengikuti situasi terkini.
Dan gue percaya. Demi Ucok emang bagus banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar