Senin, 09 Agustus 2010

Zaman Berburu Dan Mengumpulkan Produser

Tak juga lelah hidup nomaden, aku kembali ke zaman berburu dan mengumpulkan produser.

Muda. Committed. Qualified.

"Gue aja," kata Nina.

MUDA. MUDA. MUDA.

Nina bete. "Kenapa harus muda?"

Pengennya sih bertumbuh sama-sama mengarungi bahtera perfilman Indonesia. Kalau produsernya tua, pastinya gue nurut-nurut aja disuruh apa pun.

Inferior complex.

"Berapa bulan?" tanya Nina lagi.

Launching, Desember 2011. Ditambah banyak bla bla bla after launching seperti : DVD, TV, dan bla bla bla lainnya. 2 tahun deh.

Nina freak out, seperti orang Jakarta lainnya. Bikin film 2 tahun? Hueh. Haram bagi kebanyakan filmmaker Jakarta.

Ternyata gua gak butuh yang sekedar muda. Gua butuh yang gila juga.

"Lo produserin sendiri aja," kata Tumpal.

PR produser adalah cari duit, cari sponsor, cari kru, dan cari pemain. Dan semuanya sudah gue lakukan.

Nggak semuanya gue yang nyari sih. Kebanyakan dateng sendiri tanpa dicari.

Contoh: gue lagi mencari cara agar bisa ketemu penemu Miss Green Tea. Tiba-tiba di suatu Sabtu hujan-hujan, mbak-mbak tak dikenal yang mengaku mau bikin tesis cin(T)a membuntuti gue. Mau aja gue angkut ke mobil buat jadi joki ke senayan city. Tak disangka doi mengenal PR si Miss Green Tea.

Contoh #2: Gue merayu seorang teman agar resign dan bergabung di team promo. Berhasil! Doi resign. Eh taunya ditarik lagi dengan klien berbeda. Satu klien: Blackberry =D

Terlalu banyak kebetulan alam untuk gue mengakui semua PR udah gue lakuin sendiri.

Maybe I already have a producer. The best one indeed.

God.

"Lo cuma butuh line producer bagus , dan assistant director bagus," kata Tumpal lagi.

Obviously. Setidaknya jangan kaya cin(T)a. Line producer merangkap catering, supir, dan mbak sapu-sapu. Assistant Director gue merangkap boomer dan bantal guling.

Tapi gue tetep butuh partner. Setidaknya yang bisa gue ajak ngobrol kalau shooting mulai menunjukkan wajah aslinya: inferno.

"Itu sih lo butuh penasehat spiritual, bukan produser," kata Tumpal lagi.

Produser itu kredit penting yang diperoleh banyak orang dengan perjuangan mulai dari assistant director, line producer, sampai tukang sapu. Tentunya kalau bokap lo tajir ya ada beberapa langkah terlewati, tapi tetap produser itu kerja keras. Kalau cuma buat masang nama dan gak ngapa-ngapain, lebih baik produserin sendiri.

Tumpal mulai menyebutkan nama berbagai line producer, DoP, dan astrada muda yang berkualitas dan cukup gila untuk diajak bikin film 2 tahun. Sambil mendengarkan, gue merasa rendah diri dan bangga.

Rendah diri karena ternyata banyak sekali yang gua gak tahu. Berani-beraninya anak cupu kaya begini bikin film panjang.

Bangga karena gue diberkati dengan teman-teman hebat. Kalaupun gue bodoh, setidaknya ada yang menghalangi dari terjun bebas dan menyengsarakan diri sendiri.

Jadi gue kembali memasuki zaman berburu dan mengumpulkan produser dengan penuh percaya diri. Tak ada lagi ketakutan dan percaya diri palsu yang mempermalukan my Great Producer.

Anyone will be lucky to be my producer.

Muda. Committed. Qualified. Berdada Bidang.


Mungkin gue butuhnya pacar, bukan produser.

1 komentar:

  1. lo butuh orang yang bisa lu omel2in kalo lagi cranky bulanan, perlu orang yang mau diajak makan tiap 2 jam.. perlu orang yang cukup sabar mencari jodoh buat lo...

    BalasHapus