Selasa, 24 Agustus 2010

Little Salatiga

Imac ada 40. Z3 ada 3.

Gue goyang-goyang ekor. Dasar anak cupu lulusan sekolah yang komputernya windows jebot ndut-ndutan, terkagum-kagum melihat-lihat 2 kampus di negeri antah berantah bernama Tangerang Barat.

Ya eyalah. Kampus lo kan sepuluh juta udah ampe lulus. Di sini sepuluh juta paling 1 semester plus plus.

40 i mac.

Tak sabar ingin mulai kelas. Tapi hari ini belum mulai karena jadwalku digusur ceramah mentri yang berkunjung ke kampus, mengkampanyekan anti pornografi dengan semangat parnografi. Daripada dengerin doi parno, mending gue tour keliling kampus dipandu Bu Ina, kepala bagian sinematografi yang sebenarnya baru juga.

Dan kami menemukan 40 i mac.

Di 3 kelas.

Total 120.

Kalau sampai filmnya jelek, malu-maluin.

"We rely on you, " kata Bu Ina sambil menyusupi ide-ide bikin festival ke kepala dosen baru ini.

Gue pesimis. Ya elahhhh Buuuu. Masa mahasiswa kaya beginian mau bikin festival. Ini bukan Salatiga, Bu. Ini Jakarta.

Eh, Tangerang Barat.

Tapi Bu Ina masih tetap semangat dengan mimpi festivalnya. Biar anak-anak semangat, katanya. Gue cuma pesimis memperhatikan ibu paruh baya produk asli Salatiga yang sebulan lalu diimpor ke Jakarta.

Sampai Bu Ina menunjukkan karya mahasiswanya di Salatiga. Pementasan Midsummer Nights Dream. Full costume. Full panggung. Full penonton.

2400 penonton dalam 2 malam.

Semuanya dimulai dengan sebuah tugas kelas drama.

Aku terngaga.

Malu aku malu.

I have a feeling she is something more.

Karenanya gue mengirimkan rencana garis besar pengajaran gue kepada Bu Ina untuk direvisi secepatnya dan tak sabar memulai kelas pertama gue: 'mengenal diri sendiri'

"Besok malam aku pelajari ya, Bu. Malam ini aku mau persiapan manggung dulu untuk kelas besok," kata Bu Ina sok artis.

Bersama Bu Ina kita menggalang geng sinema. Ayo kita bikin festival. Digital. Pas-pasan. Cupu. Dan tanpa malu-malu.

Little Salatiga, we rely on you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar