Rabu, 04 Agustus 2010

Cupu-Cupu Istimewa

Dengan sedikit pemaksaan dan intimidasi, akhirnya gue berhasil menjadi plus one Cina Coon di ajang 50 most eligible bachelor suatu majalah ibu kota.

Jadi plus two karena Saira Jihan juga nafsu ingin berburu suami. Dua dokter muda yang bukan selera gua pun diproyeksikan ke masa depan. Gak papalah. Beda target market. Jadi Saira boleh ikut serta.

Plus three karena blasteran kelinci diajak juga. Walaupun langsung digusur Lila sebelum dia merelakannya.

Next step: menemukan kostum yang cozy untuk berburu suami.

Teringat aku terakhir kali menghadiri acara yang dipenuhi species homo selebriti, baik yang doyan laki maupun perempewi. Gue memasuki arena red carpet dengan penuh percaya diri, bermodal undangan platinum: undangan terpenting di ajang ini. Di depan gue lampu Blitz wartawan bergelimangan menanti.

Gue lewat.

Lampu blitz tiba-tiba padam.

Gue berlalu.

Lampu blitz bergelimangan lagi.

Monyet.

Walaupun dengan undangan platinum, aku ternyata tetap seorang anak cupu.

Temen gue yang liat gue di TV, nyempil di belakang Darius , langsung SMS:

"Tot, lo kucel banget!!!"

Inilah akibatnya karena semalam naik kerete ekonomi, gak bawa baju, modal minjem baju ucu, terpaksa dipeniti kanan kiri.

Rendah diri berkepanjangan.

Cupu.

Kali ini aku tak boleh cupu lagi. Aku harus tampil tak cupu, demi divinely beautiful and beyond.

"Yang ini gimana?" tanya Tisa yang didatangkan khusus dari Sidney. Niat hati wisata belanja, apa daya sampai di Bandung malah disandera jadi stylist pribadi karena dina dellyana sibuk seminar.

"Jangan yang keliatan terlalu niat banget. Harus keliatan gak niat dateng tapi gak cupu," jawabku menebar visi diri di Jumat malam nanti.

"Kalau yang ini?"

"Jangan yang kaya jok mobil."

Tisa sekarang ternyata cupu juga. Padahal di suatu waktu di tahun 2000, Tisa ini pernah cantik, tentunya sebelum terjamah pendidikan ITB. Sudah lulus 5 tahun dari ITB, masih juga cupu permanen. Pantes gak punya temen di Sidney.

Setelah another jok mobil, gordyn, dan lemper, sampailah kami kepada sebuah baju Mango F O .

Not too casual. Not too niat. Not too cheap.

300 ribu.

Beli nggak ya?

QQ...

QQ...

Maaf mami, bukannya mau ngabisin duit mami. Tapi ini demi kita bersama, Mi. Kalau anakmu tersayang dapet jodoh kan mami juga yang senang. Terpaksa kartu kreditmu kugunakan.

Tinggal tambah iket pinggang setebal ban untuk menyamarkan lemak perut , siap tempur!

Eit!

Gak ada lengannya. Kedua lenganku terekspos lepas, terlalu besar. Terlalu kenyal.

Kembali rendah diri.

Terbayang aku kembali menjadi anak cupu, duduk di pojok sendirian menikmati waffle dan es krim coklat gratisan. Gak ada yang ngedeketin karena tangannya kegedean.

Cupu...

"Tapi kan kita cupu istimewa," kata Tisa.

Kartu kredit digesek.

No turning back.

Semoga ada lelaki berdada bidang yang menyadari betapa lezatnya tangan ini, betapa empuknya untuk ditiduri. Anyone will be lucky to have me.

Nyummm.

1 komentar:

  1. Posting2 Kak Samm koq ttg jodoh terus yaaaa.. hahahhaha.. nice story.. :))) kocak. Bs bikin buku ni Mba.. Judulnya.. "Sutradara Berburu Suami" :D

    BalasHapus