Aku ingin menari.
Tapi aku memilih tidur
Dalam tidurku aku menari
Menari sampai pagi
Goyang kanan kiri
Seakan tak ada tomorrow
Hanya ada kamu dan itu-mu
Baru aku bangun lagi
Ingat pempek belum digoreng
Sambil menggoreng, aku menari
Dalam daster robek kebangsaan
Taio Cruz memenuhi kuping
Membawaku clubbing, pindah setting
Aku dan daster bergoyang seksi
Minyak meletup-letup ikuti beat DJ
Sendok goreng di kanan
Penggorengan di kiri
If you fall for me
I'm not easy to please
Imma tear you apart
Tell you from the start
Baby from the start
Menari like nobody watching
Goyang like nobody care
Tikus-tikus berbondong-bondong kabur
Menyadari dapur mulai bergoyang
I'm only gonna break break your break break your heart
I'm only gonna break break your break break your heart
Kecuali satu
Dia malah terdiam memandangku
Kumis lucunya bergoyang-goyang
Hidungnya mengendus
Tanpa kata-kata
Tatap-tatapan
I feel a chemistry
Tikus, apakah engkau seekor pangeran tampan?
Yang dikutuk di dapur kakakku?
Kudekati kau, tikus
Akan kucium agar kau kembali dirimu
Tapi kau malah kabur
Jangan takut, Kus
Aku bukan kakakku
Tak akan kugebuk kau
Asal jangan kau dekati pempekku
Pantat lucumu terpaksa kugebuk
Aku cinta kamu, tapi aku lapar
Lalu aku kembali menari
Menanti pempek mencoklat
Baby don't worry
You are my only
You won't be lonely
Even the sky is falling down
Menikmati playlist lagu disko norak
Mumpung gak ada sali menghakimi
Even if the sky is falling down
Lalu tertidur lagi
Bermimpi menari
Kamu dan aku
Pinggulmu bergoyang mengikuti aku
Down
Down
Like the economy
Down
Even if the sky is falling down
I was about to touch you
Down
Dan kamu down down down
down to the down
Tertidur sebentar lagi
Terpejam sebentar lagi
Dan kemiskinan akan mendatangimu
Tapi aku tidak peduli
Hari ini hanya ada aku, kamu, dan guling
Baby!
No need to worry
Even if the sky is falling down
Down
Darah turun ke paha
Ternyata ini bukan cinta, sayang
Ini emosi hari pertama
Besok aku tak butuh kamu lagi
Amin.
Selasa, 31 Agustus 2010
Senin, 30 Agustus 2010
10 Things I love About Teaching
1.pagi-pagi disapa satpam, "Mbak, parkir mahasiswa di sebelah sana." Tersipu-sipu.
2.kerja 200 menit seminggu, dibayar cukup hidup seminggu. sisanya hahahihi bikin film.
3.bertemu sesama lady gaga fans club.
4.bisa jp ke gamaliel&audrey next year. (makanya gue harus behave kaya dosen this year) --- http://www.youtube.com/watch?v=SNKiKmjeI2o&feature=related
5.bisa curi-curi energi dari berondong-berondong lugu penuh ide segar.
6.emak gue ada jawaban kalau ditanya anaknya kerja apa.
7.bisa karaoke tanpa dilempar tetangga: adam lambert, taio cruz, dan kesha... sepanjang jalan ke tangerang.
8.bisa minjem aneka buku film impor sepanjang semester gak harus dikembalikan.
9.ada alasan beli baju baru tiap senin.
10. I learn more.
2.kerja 200 menit seminggu, dibayar cukup hidup seminggu. sisanya hahahihi bikin film.
3.bertemu sesama lady gaga fans club.
4.bisa jp ke gamaliel&audrey next year. (makanya gue harus behave kaya dosen this year) --- http://www.youtube.com/watch?v=SNKiKmjeI2o&feature=related
5.bisa curi-curi energi dari berondong-berondong lugu penuh ide segar.
6.emak gue ada jawaban kalau ditanya anaknya kerja apa.
7.bisa karaoke tanpa dilempar tetangga: adam lambert, taio cruz, dan kesha... sepanjang jalan ke tangerang.
8.bisa minjem aneka buku film impor sepanjang semester gak harus dikembalikan.
9.ada alasan beli baju baru tiap senin.
10. I learn more.
Minggu, 29 Agustus 2010
Teks, Estetika, dan Selangkangan
Teks dan estetika. Dua mantra yang memandu para juri membaca film nominasi untuk diberi piala. Salah satu juri berbagi cerita dengan salah satu pemenang di sebuah kedai kopi di Kemang.
Teks: lo mau ngomong apa?
Estetika: lo ngomongnya gimana?
Teks tanpa estetika jadinya khotbah. Estetika tanpa teks jadinya sirkus, bukan film.
Dia menjelaskan kenapa film kami yang dipilih menjadi pemenang skrip terbaik. Padahal waktu penjurian terpaksa juri-juri disuruh nonton di rumah masing-masing karena audio film kami bikin budeg telinga. Padahal film kami hanya rekaman orang ngobrol sambil pindah-pindah setting. Padahal film kami sebenarnya lebih menang di cerita, bukan di skenario.
Malam minggu gue berubah jadi kursus kilat semiotika film A to Z dalam 2 jam. Kuliah warung kopi bagaimana membuat film yang baik ini ternyata bisa dirangkum dalam 2 kata:
kegelisahan.
kejujuran.
Dua hal yang membuat Sumanjaya gatal melihat OKB.
Membuat Teguh Karya gerah menjadi Cina.
Membuat Djenar mengeksplor selangkangan.
Membuat Nia Dinata diusik poligami.
gelisah dan jujur.
It sounds simple. Tapi kenapa begitu banyak bakat yang mencoba dan gagal?
Karena jujur itu menyakitkan banyak orang. Tidak ada yang suka digugat. Digugat itu menyakitkan. Dan menggugat itu juga membuka celah untuk disakiti.
Tapi melegakan.
Contohnya salah seorang cerpenis yang baru datang bergabung. Karyanya gelap, menyiarkan luka lama ke seluruh dunia. Tapi karyanya mengobati lukanya. Sekarang lukanya sudah kering, membuat dia menjadi pribadi jujur apa adanya yang bisa bilang "gue cerpenis, penulis cerita penis" di depan irjen film dan jajarannya tanpa malu-malu. Si Irjen yang jadi malu-malu.
"Gue orgasme pertama kali tuh ama cewe," katanya setelah pria-pria di dekade usia 12-14 tidak mampu memuaskannya.
Gue membayangkan gue di umur 14. Ciuman aja belum. Apalagi orgasme.
Cerpenis hidup tanpa penis selama satu setengah tahun. Akhirnya capek dan kembali ke penis setelah sadar kalau lesbi di Indonesia itu terlalu posesif.
"Ntar kabari ya lo doyannya laki atau perempuan," katanya nakal saat gue pamit pulang. Udah jam 2 malam, tampaknya obrolan belum menujukkan tanda-tanda berakhir. Anak cupu ini udah rindu kasur.
"Gue yang bayarin," katanya sambil berusaha menyelipkan lima puluh ribuan gue kembali ke kantong. Gagal menemukan kantong celana, diselipkanlah ke belahan dada.
Teks, Estetika, dan Selangkangan: membuat film begitu menggairahkan.
Teks: lo mau ngomong apa?
Estetika: lo ngomongnya gimana?
Teks tanpa estetika jadinya khotbah. Estetika tanpa teks jadinya sirkus, bukan film.
Dia menjelaskan kenapa film kami yang dipilih menjadi pemenang skrip terbaik. Padahal waktu penjurian terpaksa juri-juri disuruh nonton di rumah masing-masing karena audio film kami bikin budeg telinga. Padahal film kami hanya rekaman orang ngobrol sambil pindah-pindah setting. Padahal film kami sebenarnya lebih menang di cerita, bukan di skenario.
Malam minggu gue berubah jadi kursus kilat semiotika film A to Z dalam 2 jam. Kuliah warung kopi bagaimana membuat film yang baik ini ternyata bisa dirangkum dalam 2 kata:
kegelisahan.
kejujuran.
Dua hal yang membuat Sumanjaya gatal melihat OKB.
Membuat Teguh Karya gerah menjadi Cina.
Membuat Djenar mengeksplor selangkangan.
Membuat Nia Dinata diusik poligami.
gelisah dan jujur.
It sounds simple. Tapi kenapa begitu banyak bakat yang mencoba dan gagal?
Karena jujur itu menyakitkan banyak orang. Tidak ada yang suka digugat. Digugat itu menyakitkan. Dan menggugat itu juga membuka celah untuk disakiti.
Tapi melegakan.
Contohnya salah seorang cerpenis yang baru datang bergabung. Karyanya gelap, menyiarkan luka lama ke seluruh dunia. Tapi karyanya mengobati lukanya. Sekarang lukanya sudah kering, membuat dia menjadi pribadi jujur apa adanya yang bisa bilang "gue cerpenis, penulis cerita penis" di depan irjen film dan jajarannya tanpa malu-malu. Si Irjen yang jadi malu-malu.
"Gue orgasme pertama kali tuh ama cewe," katanya setelah pria-pria di dekade usia 12-14 tidak mampu memuaskannya.
Gue membayangkan gue di umur 14. Ciuman aja belum. Apalagi orgasme.
Cerpenis hidup tanpa penis selama satu setengah tahun. Akhirnya capek dan kembali ke penis setelah sadar kalau lesbi di Indonesia itu terlalu posesif.
"Ntar kabari ya lo doyannya laki atau perempuan," katanya nakal saat gue pamit pulang. Udah jam 2 malam, tampaknya obrolan belum menujukkan tanda-tanda berakhir. Anak cupu ini udah rindu kasur.
"Gue yang bayarin," katanya sambil berusaha menyelipkan lima puluh ribuan gue kembali ke kantong. Gagal menemukan kantong celana, diselipkanlah ke belahan dada.
Teks, Estetika, dan Selangkangan: membuat film begitu menggairahkan.
Jumat, 27 Agustus 2010
(T)erima kasih
Kamu memang menyebalkan. Kamu nyuruh aku menjadi kepala dan bukan ekor. Tapi kamu sedih kalau aku terlalu menikmati kepala dan melupakan ekor.
Jadi kamu maunya apa?
Kau mau apa yang aku mau. Hhhhhhh.
Aku minta wibawa, kau beri produser galak. Terkagum-kagum aku dibuatnya. Sekali lihat dia sudah tahu kalau aku delusional. Aku terlampau emosional. Terbawa cerita. Kok dia bisa tahu aku butuh sub plot baru agar ceritaku lebih nendang?
Pengen jadi the next dia. A long way to go.
Tapi kamu nggak mau aku kaya dia. You expected much more. Yeah right. Dream on.
Aku kan cuma sutradara wannabe yang terlalu cinta diri sendiri. Kalaupun aku dikaruniai duit hubby and daddy dia, belum tentu aku akan secerdas dan sesensitif dia.
Kamu senyum-senyum narsis, seakan bilang aku lebih hebat. Aku kan punya kamu.
Saat aku gak punya uang, kau beri aku 15 juta walau harus dibagi dua.
Saat makku pusing lihat aku gak menghasilkan, kau beri aku pekerjaan sehari seminggu. Sisanya aku tetap bisa bikin filmmu.
Saat makku belum cukup bangga, kau masukkan aku tv one, nyempil di belakang someone. Enough untuk mendiamkan emak-emak beberapa saat.
Karenanya aku nurut aja. Terserah kamu, aku mau jadi apa.
Kamu ini maunya apa?
Kamu mau yang aku mau.
Jangan dong. Aku tak tahu mauku apa. Kamu kasih tahu sajalah kamu mau aku ngapain.
Seperti dulu dan dulu. Aku mau ke advertising, kau gagalkan visaku. Terpaksa aku bikin film, sesuai maumu.
Eh apa itu mauku tapi aku takut? Kau cuma membelokkan aku ke jalan mauku.
Sekarang aku menunggu kau belokkkan lagi, tapi kau cuma diam sambil senyum-senyum menyebalkan. Menunggu aku mengambil jalanku.
Ah aku kawin sajalah. Biar mamakku senang. Temanku sudah berkawinan satu-satu.
Kamu nggak lagi senyum-senyum. Nggak melarang, tapi berubah sedih.
Can't I just be ordinary?
Tentu, katamu. Kau mau apa yang ku mau.
Bagaimana kalau hari ini kita belajar menuruti mauku?
Don't stop make it pop, Dj blow the speakers up
Tonight, I'mma fight till we see the satellite
Tik tok on a clock and put the party on stop no ouououaaa
Kamu hanya ngangguk-ngangguk setuju. Kesha rocks.
Ah kamu memang edan. Mungkin hidupku akan lebih gampang kalau kau dogmakan saja apa maumu padaku dalam sebuah buku. Tapi kamu biarkan aku mencari, terjatuh, bangkit, dan terjatuh lagi.
I am everything I am because you love me.
Semoga suatu saat aku bisa mencintaimu tanpa membajak Celine Dion.
Anything you want, babe.
Anything you want.
Jadi kamu maunya apa?
Kau mau apa yang aku mau. Hhhhhhh.
Aku minta wibawa, kau beri produser galak. Terkagum-kagum aku dibuatnya. Sekali lihat dia sudah tahu kalau aku delusional. Aku terlampau emosional. Terbawa cerita. Kok dia bisa tahu aku butuh sub plot baru agar ceritaku lebih nendang?
Pengen jadi the next dia. A long way to go.
Tapi kamu nggak mau aku kaya dia. You expected much more. Yeah right. Dream on.
Aku kan cuma sutradara wannabe yang terlalu cinta diri sendiri. Kalaupun aku dikaruniai duit hubby and daddy dia, belum tentu aku akan secerdas dan sesensitif dia.
Kamu senyum-senyum narsis, seakan bilang aku lebih hebat. Aku kan punya kamu.
Saat aku gak punya uang, kau beri aku 15 juta walau harus dibagi dua.
Saat makku pusing lihat aku gak menghasilkan, kau beri aku pekerjaan sehari seminggu. Sisanya aku tetap bisa bikin filmmu.
Saat makku belum cukup bangga, kau masukkan aku tv one, nyempil di belakang someone. Enough untuk mendiamkan emak-emak beberapa saat.
Karenanya aku nurut aja. Terserah kamu, aku mau jadi apa.
Kamu ini maunya apa?
Kamu mau yang aku mau.
Jangan dong. Aku tak tahu mauku apa. Kamu kasih tahu sajalah kamu mau aku ngapain.
Seperti dulu dan dulu. Aku mau ke advertising, kau gagalkan visaku. Terpaksa aku bikin film, sesuai maumu.
Eh apa itu mauku tapi aku takut? Kau cuma membelokkan aku ke jalan mauku.
Sekarang aku menunggu kau belokkkan lagi, tapi kau cuma diam sambil senyum-senyum menyebalkan. Menunggu aku mengambil jalanku.
Ah aku kawin sajalah. Biar mamakku senang. Temanku sudah berkawinan satu-satu.
Kamu nggak lagi senyum-senyum. Nggak melarang, tapi berubah sedih.
Can't I just be ordinary?
Tentu, katamu. Kau mau apa yang ku mau.
Bagaimana kalau hari ini kita belajar menuruti mauku?
Don't stop make it pop, Dj blow the speakers up
Tonight, I'mma fight till we see the satellite
Tik tok on a clock and put the party on stop no ouououaaa
Kamu hanya ngangguk-ngangguk setuju. Kesha rocks.
Ah kamu memang edan. Mungkin hidupku akan lebih gampang kalau kau dogmakan saja apa maumu padaku dalam sebuah buku. Tapi kamu biarkan aku mencari, terjatuh, bangkit, dan terjatuh lagi.
I am everything I am because you love me.
Semoga suatu saat aku bisa mencintaimu tanpa membajak Celine Dion.
Anything you want, babe.
Anything you want.
Kamis, 26 Agustus 2010
Crawled
Hari ini gue gak pengen menulis.
(Arti: Hari ini gue pengen menulis tapi takut menyakiti, lebih takut lagi disakiti)
Tapi akhirnya gue tulis juga karena kalau tidak dituliskan gue akan gundah gelisah dan beresiko gila. Diawali di sebuah obrolan siang-siang ditemani pancake dan nasi bakar. Seekor perawan gendut yang berharap selalu happy dalam hidup diusik.
"Setelah melakukan pertama kali, gue marah," katanya ketika menceritakan pengalaman ML pertama. Dilakukan saat dia 24, dengan lelaki yang dia cinta. Malah si pacar yang ngotot kalau mereka gak boleh ML sebelum menikah, berkebalikan dengan trend cerita film di jamannya saat Roy Marten masih bebas kumis.
"Nanti kalau kamu nggak jadi sama aku, kamu gak ada lagi yang mau," kata pacarnya khawatir.
"Kalau dia gak mau sama aku karena aku gak perawan, percaya deh. Aku pasti gak mau duluan sama dia," katanya sombong. Cantik. Terpelajar. And know what she wants. She wants to get laid.
Setelah 7 hari berdebat, mereka akhirnya bercinta. Setelah bercinta, dia marah.
"Karena sakit?" tanya gue.
"Karena terlalu indah," katanya menceritakan detik-detik ajaib antara ada dan tiada yang membawa ketenangan dan ketiadaan luar biasa. Bagaimana mungkin momen seindah ini dilarang oleh agama?
"Bukan dilarang. Hanya nggak boleh sebelum menikah aja," kata gue berusaha membela agama.
"Kenapa nggak boleh? Kan kurang ajar itu agama. Kok yang seindah itu dilarang-larang," katanya.
"Karena dosa?"
"Apa itu dosa?" tanyanya.
Perawan gendut gak menjawab, memilih mengunyah pancake peanut butter yang dilumuri saus karamel: the most sinful thing in the world for her. Ini baru dosa.
"Gue sudah berjanji pada diri gue untuk tidak melakukan norma apa pun yang diajarkan kepada gue karena takut dosa dan tanpa mempertimbangkan hati nurani gua," katanya.
Kegelisahannya akan agama dimulai pada saat dia mulai menstruasi dan dilarang sholat.
"Orang menstruasi itu labil dan butuh bimbingan. Justru pada saat menstruasilah seharusnya orang semakin banyak bercakap-cakap dengan tuhannya. Ini kok malah dilarang?"
Untungnya dia dilahirkan di kalangan orang tua yang terpelajar, ningrat, moderat dan tidak langsung mengadili kegelisahan anaknya dengan doktrin-doktrin neraka atau menghambat pertanyaan anaknya dengan jawaban yang mematikan kreativitas.
Dia dibiarkan berkelana, mencari sendiri, sambil tetap disayangi.
Dia tumbuh menjadi wanita mandiri yang memilih tidak menikah, penyayang, mencintai, dicintai, dan menikmati kehidupan seks yang istimewa.
At least, that's what's outside.
"Feminis!" komentar salah seorang lelaki yang hobi menggoda mbak-mbak Indomaret, memberi label padanya.
Dia juga menyebut diri feminis. Tapi dengan arti yang berbeda.
Feminis bagi si penggoda mbak-mbak Indomaret adalah ibu-ibu gendut 50 tahunan atau calon ibu-ibu gendut 50 tahunan yang single karena gak laku-laku. Feminis bagi dia adalah seorang wanita yang memilih berjuang demi harkat dan martabat wanita. Feminis bebas menganggap pernikahan sebagai pilihan, bukan keharusan.
"Wee.. Utdah sahlah jalan itu!!!" kata seorang kakek dalam bahasa Indonesia patah-patah mengomentari ide tidak menikah.
Gue hanya tertawa, walaupun tak sepaham. I don't fight unnecessary battle.
"Umur kukong berapa? tebak," kata si Kakek.
"62 ya?" kata gue pura-pura hanya untuk menyenangkannya. Apa lagi yang bisa kita lakukan pada kakek-kakek selain mendengarkan dan menyenangkannya?
Disambung dengan cerita berjam-jam tentang bagaimana susahnya merantau dari dusun Sumatera ke daratan Cina di tahun 52 yang ekonominya tidak lebih baik. Baru setelah 32 tahun kemudian Kukong bisa pulang ke Indonesia. Sekarang dia bolak balik Hongkong-Indonesia untuk berbisnis, meninggalkan anak dan istrinya di Kowloon. Full drama, minus tanda baca. Bahasa Indonesianya udah kecampur Cina.
Kukong cuma menolak bercerita ketika ditanya tentang kisah cintanya bersama si istri.
"Saya nggak suka cerita kisah cinta," katanya.
Matanya menyipit, menyembunyikan bola mata. Tapi sayang kepahitan itu terlanjur terbaca, tak mampu tersembunyikan kelopak matanya.
I am not taking any relationship advice from a person who never experienced love, too bitter to tell it after seventy something years of his life.
Orang memang berbeda-beda dan gue harus memilih apa yang paling gua.
"Di mana pun lo memilih berada, pasti selalu ada oposisi. Just stick to where you believe best," kata si feminis sambil menceritakan kisah cintanya yang tidak pernah diikat institusi.
Gue gak ingin menjadi dia.
Gue gak ingin menjadi si kakek.
Gue gak ingin jadi kaya orang tua gua.
Hari ini gue ingin menjadi diri sendiri.
Hari ini gue gak pengen menulis.
(Arti: Hari ini gue pengen menulis tapi takut menyakiti, lebih takut lagi disakiti)
Karenanya dalam rangka menjadi diri sendiri, gue tetap menulis.
I have a feeling, a sad but exciting one, kalau Jakarta dan sekitarnya tidak lagi bisa memuaskan gua. I don't wanna spend my lifetime with you, Babe.
Ya elahhhhh ribet amat sih gua? Pacar aja gak punya.
Dan email undangan dari festival Hawaii pun sampai.
Aloha!
(Arti: Hari ini gue pengen menulis tapi takut menyakiti, lebih takut lagi disakiti)
Tapi akhirnya gue tulis juga karena kalau tidak dituliskan gue akan gundah gelisah dan beresiko gila. Diawali di sebuah obrolan siang-siang ditemani pancake dan nasi bakar. Seekor perawan gendut yang berharap selalu happy dalam hidup diusik.
"Setelah melakukan pertama kali, gue marah," katanya ketika menceritakan pengalaman ML pertama. Dilakukan saat dia 24, dengan lelaki yang dia cinta. Malah si pacar yang ngotot kalau mereka gak boleh ML sebelum menikah, berkebalikan dengan trend cerita film di jamannya saat Roy Marten masih bebas kumis.
"Nanti kalau kamu nggak jadi sama aku, kamu gak ada lagi yang mau," kata pacarnya khawatir.
"Kalau dia gak mau sama aku karena aku gak perawan, percaya deh. Aku pasti gak mau duluan sama dia," katanya sombong. Cantik. Terpelajar. And know what she wants. She wants to get laid.
Setelah 7 hari berdebat, mereka akhirnya bercinta. Setelah bercinta, dia marah.
"Karena sakit?" tanya gue.
"Karena terlalu indah," katanya menceritakan detik-detik ajaib antara ada dan tiada yang membawa ketenangan dan ketiadaan luar biasa. Bagaimana mungkin momen seindah ini dilarang oleh agama?
"Bukan dilarang. Hanya nggak boleh sebelum menikah aja," kata gue berusaha membela agama.
"Kenapa nggak boleh? Kan kurang ajar itu agama. Kok yang seindah itu dilarang-larang," katanya.
"Karena dosa?"
"Apa itu dosa?" tanyanya.
Perawan gendut gak menjawab, memilih mengunyah pancake peanut butter yang dilumuri saus karamel: the most sinful thing in the world for her. Ini baru dosa.
"Gue sudah berjanji pada diri gue untuk tidak melakukan norma apa pun yang diajarkan kepada gue karena takut dosa dan tanpa mempertimbangkan hati nurani gua," katanya.
Kegelisahannya akan agama dimulai pada saat dia mulai menstruasi dan dilarang sholat.
"Orang menstruasi itu labil dan butuh bimbingan. Justru pada saat menstruasilah seharusnya orang semakin banyak bercakap-cakap dengan tuhannya. Ini kok malah dilarang?"
Untungnya dia dilahirkan di kalangan orang tua yang terpelajar, ningrat, moderat dan tidak langsung mengadili kegelisahan anaknya dengan doktrin-doktrin neraka atau menghambat pertanyaan anaknya dengan jawaban yang mematikan kreativitas.
Dia dibiarkan berkelana, mencari sendiri, sambil tetap disayangi.
Dia tumbuh menjadi wanita mandiri yang memilih tidak menikah, penyayang, mencintai, dicintai, dan menikmati kehidupan seks yang istimewa.
At least, that's what's outside.
"Feminis!" komentar salah seorang lelaki yang hobi menggoda mbak-mbak Indomaret, memberi label padanya.
Dia juga menyebut diri feminis. Tapi dengan arti yang berbeda.
Feminis bagi si penggoda mbak-mbak Indomaret adalah ibu-ibu gendut 50 tahunan atau calon ibu-ibu gendut 50 tahunan yang single karena gak laku-laku. Feminis bagi dia adalah seorang wanita yang memilih berjuang demi harkat dan martabat wanita. Feminis bebas menganggap pernikahan sebagai pilihan, bukan keharusan.
"Wee.. Utdah sahlah jalan itu!!!" kata seorang kakek dalam bahasa Indonesia patah-patah mengomentari ide tidak menikah.
Gue hanya tertawa, walaupun tak sepaham. I don't fight unnecessary battle.
"Umur kukong berapa? tebak," kata si Kakek.
"62 ya?" kata gue pura-pura hanya untuk menyenangkannya. Apa lagi yang bisa kita lakukan pada kakek-kakek selain mendengarkan dan menyenangkannya?
Disambung dengan cerita berjam-jam tentang bagaimana susahnya merantau dari dusun Sumatera ke daratan Cina di tahun 52 yang ekonominya tidak lebih baik. Baru setelah 32 tahun kemudian Kukong bisa pulang ke Indonesia. Sekarang dia bolak balik Hongkong-Indonesia untuk berbisnis, meninggalkan anak dan istrinya di Kowloon. Full drama, minus tanda baca. Bahasa Indonesianya udah kecampur Cina.
Kukong cuma menolak bercerita ketika ditanya tentang kisah cintanya bersama si istri.
"Saya nggak suka cerita kisah cinta," katanya.
Matanya menyipit, menyembunyikan bola mata. Tapi sayang kepahitan itu terlanjur terbaca, tak mampu tersembunyikan kelopak matanya.
I am not taking any relationship advice from a person who never experienced love, too bitter to tell it after seventy something years of his life.
Orang memang berbeda-beda dan gue harus memilih apa yang paling gua.
"Di mana pun lo memilih berada, pasti selalu ada oposisi. Just stick to where you believe best," kata si feminis sambil menceritakan kisah cintanya yang tidak pernah diikat institusi.
Gue gak ingin menjadi dia.
Gue gak ingin menjadi si kakek.
Gue gak ingin jadi kaya orang tua gua.
Hari ini gue ingin menjadi diri sendiri.
Hari ini gue gak pengen menulis.
(Arti: Hari ini gue pengen menulis tapi takut menyakiti, lebih takut lagi disakiti)
Karenanya dalam rangka menjadi diri sendiri, gue tetap menulis.
I have a feeling, a sad but exciting one, kalau Jakarta dan sekitarnya tidak lagi bisa memuaskan gua. I don't wanna spend my lifetime with you, Babe.
Ya elahhhhh ribet amat sih gua? Pacar aja gak punya.
Dan email undangan dari festival Hawaii pun sampai.
Aloha!
Rabu, 25 Agustus 2010
Madam X
Film dibuka dengan seorang tukang truk minta disepong. Banci nangis-nangis. Banci yang sudah babak belur bukannya ditolong, malah ditendang keluar.
Mundur ke hari sebelumnya. Ternyata banci adalah korban kekerasan gerakan Bogem, anak asuh Partai Bangsa Bermoral.
Masih untung si Banci gak metong, kaya temennya sesama banci (diperankan Joko Anwar). Sungguh sedih ketika Joko metong. Tak ada lagi banci macho yang menari-nari centil membuat film semakin terasa antah berantah. Setting film ini di sebuah negara berbendara pink-putih yang homo friendly. Banci, buci, homo, lesbi, perempewi, lekong, berharap perempewi, you name it... berkeliaran di kota yang mirip Jakarta tapi lebih berwarna.
Anehnya, gue tidak merasa kota ini aneh. Yang aneh bagi gue hanya 1: Madam X yang kecilnya ganteng, kok gedenya jadi Aming?
"Dari semua yang kita casting, hanya dia yang orang tuanya ngebolehin anaknya make baju perempuan," kata produsernya mengingat betapa lelahnya membuat film waria di tengah masyarakat anti waria. Untungnya filmnya selesai menyenangkan.
The fighting scene is a bit banci, tapi lo akan nyesel kalo gak nonton ampe abis. Menjelang ending, hadir 3 detik pesona sejati melalui penampilan Dina Anwar sebagai reporter TV yang memberitakan kematian pemimpin Partai Bangsa Bermoral.
Dina Anwar ini gak ada hubungannya ama Joko Anwar. Tapi Dina Anwar ini memang berharap-harap ada apa-apa sama Joko Anwar. Mungkin Dina akan lebih ada harapan kalau namanya hanya Anwar saja.
Hhhhhh, nasib. Sekalinya ada Batak keren berdada bidang, demennya Anwar.
Karenanya Dina Anwar sedih sekali ketika Joko metong. Untung arwah Joko kembali hadir mengobati kerinduan hati ketika si Banci lari pagi di sepanjang Pantai Selatan. Dengan wujud ratu adil versi drag queen, arwah Joko sempat mengingatkan si Banci untuk balas dendam sebelum akhirnya tewas lagi kegigit hiu.
Thanks to Lucky karena scene Dina Anwar gak di-cut, menghindarkan gue dari keanggotaan sindikat scene di-cut, gerombolan pengen tampil pimpinan Patra Aditia dengan visi menampilkan diri di layar lebar Indonesia.
Thanks to Lucky juga karena telah menghibur gue dengan film super hero debutnya yang tidak hanya membuat gue tertawa tetapi juga memikirkan negara.
"Yah kita cuma mengikuti tradisi film superhero dunia yang sebenarnya menggambarkan pemimpinnya. Waktu Obama, super heronya Iron Man. Waktu (siapa ya) superheronya superman. Yaaa waktu SBY, superheronya banci," kata produser menantang wartawan. Disambut tawa dan anggukan.
Tapi produser kalang kabut juga ketika salah satu banci jadi-jadian asuhannya berteriak lantang mengakhiri diskusi : "Bubarkan FPI. Bubarkan FBR."
Untung hari ini wartawan yang 'tak sengaja' diundang hadir adalah wartawan-wartawan homo friendly.
"Gimana pendapat lo?" kata gue kepada seorang teman kuliah yang sekarang wartawan majalah mahal ibukota, kegemaran ibu-ibu sosialita.
"Yah gue sukalah. Secara gue minority," katanya. Berhubung dia tidak terlihat Budha, Hindu, atau Kristen, gue berkesimpulan dia akhirnya mengkonfirmasi diri tak sekadar partner in crime dengan si dia-nya yang juga pria. Good for him.
Gue melihat sekeliling. Lobby bioskop dipenuhi homo dan homo friendly, makanya press screening aman sentosa. Bagaimana nasibnya kalau film ini dilepas ke masyarakat bangsa bermoral ini?
Besok nasib film ini akan diserahkan ke lembaga sensor. Sepertinya ini terakhir kalinya film ini dapat ditonton utuh dengan adegan pembuka supir truk minta sepong. Semoga Dina Anwar tak ikut terpotong.
Produser biasanya akan mengirimkan makanan dan apapun asal bukan uang pada saat komite sensor menonton film dengan harapan jumlah makanan berbanding terbalik dengan jumlah potongan. Tapi kan ini bulan puasa cinnnn. Percuma ane ngirimin makanan, bisa-bisa ane dianggap gak menghormati bulan puasa dan merusak moral. Dasar antek-antek waria.
"Tapi suami gue yang straight ketawa2 aja ya nonton film ini," kata produser meyakinkan diri sendiri kalau film ini akan lulus sensor.
Ya eyalaahhhhh.. suami elu gitu. Kalau gak gila, gak akan kawin sama elu.
"Office boy gue juga!"
Ya eyalahhh... office boy elu gitu. Udah ikutan gila tiap hari liat mahkluk aneh2 diterima keluar masuk kantor lu.
Film ini bisa jadi indikator homophobia yang baik. Kalau lo nonton film ini dan tetap tertawa-tawa, berati lo lulus tes homophobia. Kalau lo sedikit saja merasa terganggu, mungkin lo harus consider bergabung jadi Anggota Partai Bangsa Bermoral.
Ayo nonton cinnn.
Mulai 7 Oktober 2011. Dengan kekuatan datang bulan, akan menghiburmu.
Warning: Film ini mengandung elemen homo, buci, dan waria. Manusia hetero jadi antagonis dan waria jadi superhero-nya. Tidak baik bagi kesehatan manusia homophobia.
Untuk pengidap homophobia, tetap dianjurkan menonton film ini sambil merem (tentunya sampai ada adegan Saira Jihan. Rugi cinnn gak liat Jihan pamer perut)
Dan nantikan perut Dina Anwar juga. Kalau yang ini, filmnya beda.
Mundur ke hari sebelumnya. Ternyata banci adalah korban kekerasan gerakan Bogem, anak asuh Partai Bangsa Bermoral.
Masih untung si Banci gak metong, kaya temennya sesama banci (diperankan Joko Anwar). Sungguh sedih ketika Joko metong. Tak ada lagi banci macho yang menari-nari centil membuat film semakin terasa antah berantah. Setting film ini di sebuah negara berbendara pink-putih yang homo friendly. Banci, buci, homo, lesbi, perempewi, lekong, berharap perempewi, you name it... berkeliaran di kota yang mirip Jakarta tapi lebih berwarna.
Anehnya, gue tidak merasa kota ini aneh. Yang aneh bagi gue hanya 1: Madam X yang kecilnya ganteng, kok gedenya jadi Aming?
"Dari semua yang kita casting, hanya dia yang orang tuanya ngebolehin anaknya make baju perempuan," kata produsernya mengingat betapa lelahnya membuat film waria di tengah masyarakat anti waria. Untungnya filmnya selesai menyenangkan.
The fighting scene is a bit banci, tapi lo akan nyesel kalo gak nonton ampe abis. Menjelang ending, hadir 3 detik pesona sejati melalui penampilan Dina Anwar sebagai reporter TV yang memberitakan kematian pemimpin Partai Bangsa Bermoral.
Dina Anwar ini gak ada hubungannya ama Joko Anwar. Tapi Dina Anwar ini memang berharap-harap ada apa-apa sama Joko Anwar. Mungkin Dina akan lebih ada harapan kalau namanya hanya Anwar saja.
Hhhhhh, nasib. Sekalinya ada Batak keren berdada bidang, demennya Anwar.
Karenanya Dina Anwar sedih sekali ketika Joko metong. Untung arwah Joko kembali hadir mengobati kerinduan hati ketika si Banci lari pagi di sepanjang Pantai Selatan. Dengan wujud ratu adil versi drag queen, arwah Joko sempat mengingatkan si Banci untuk balas dendam sebelum akhirnya tewas lagi kegigit hiu.
Thanks to Lucky karena scene Dina Anwar gak di-cut, menghindarkan gue dari keanggotaan sindikat scene di-cut, gerombolan pengen tampil pimpinan Patra Aditia dengan visi menampilkan diri di layar lebar Indonesia.
Thanks to Lucky juga karena telah menghibur gue dengan film super hero debutnya yang tidak hanya membuat gue tertawa tetapi juga memikirkan negara.
"Yah kita cuma mengikuti tradisi film superhero dunia yang sebenarnya menggambarkan pemimpinnya. Waktu Obama, super heronya Iron Man. Waktu (siapa ya) superheronya superman. Yaaa waktu SBY, superheronya banci," kata produser menantang wartawan. Disambut tawa dan anggukan.
Tapi produser kalang kabut juga ketika salah satu banci jadi-jadian asuhannya berteriak lantang mengakhiri diskusi : "Bubarkan FPI. Bubarkan FBR."
Untung hari ini wartawan yang 'tak sengaja' diundang hadir adalah wartawan-wartawan homo friendly.
"Gimana pendapat lo?" kata gue kepada seorang teman kuliah yang sekarang wartawan majalah mahal ibukota, kegemaran ibu-ibu sosialita.
"Yah gue sukalah. Secara gue minority," katanya. Berhubung dia tidak terlihat Budha, Hindu, atau Kristen, gue berkesimpulan dia akhirnya mengkonfirmasi diri tak sekadar partner in crime dengan si dia-nya yang juga pria. Good for him.
Gue melihat sekeliling. Lobby bioskop dipenuhi homo dan homo friendly, makanya press screening aman sentosa. Bagaimana nasibnya kalau film ini dilepas ke masyarakat bangsa bermoral ini?
Besok nasib film ini akan diserahkan ke lembaga sensor. Sepertinya ini terakhir kalinya film ini dapat ditonton utuh dengan adegan pembuka supir truk minta sepong. Semoga Dina Anwar tak ikut terpotong.
Produser biasanya akan mengirimkan makanan dan apapun asal bukan uang pada saat komite sensor menonton film dengan harapan jumlah makanan berbanding terbalik dengan jumlah potongan. Tapi kan ini bulan puasa cinnnn. Percuma ane ngirimin makanan, bisa-bisa ane dianggap gak menghormati bulan puasa dan merusak moral. Dasar antek-antek waria.
"Tapi suami gue yang straight ketawa2 aja ya nonton film ini," kata produser meyakinkan diri sendiri kalau film ini akan lulus sensor.
Ya eyalaahhhhh.. suami elu gitu. Kalau gak gila, gak akan kawin sama elu.
"Office boy gue juga!"
Ya eyalahhh... office boy elu gitu. Udah ikutan gila tiap hari liat mahkluk aneh2 diterima keluar masuk kantor lu.
Film ini bisa jadi indikator homophobia yang baik. Kalau lo nonton film ini dan tetap tertawa-tawa, berati lo lulus tes homophobia. Kalau lo sedikit saja merasa terganggu, mungkin lo harus consider bergabung jadi Anggota Partai Bangsa Bermoral.
Ayo nonton cinnn.
Mulai 7 Oktober 2011. Dengan kekuatan datang bulan, akan menghiburmu.
Warning: Film ini mengandung elemen homo, buci, dan waria. Manusia hetero jadi antagonis dan waria jadi superhero-nya. Tidak baik bagi kesehatan manusia homophobia.
Untuk pengidap homophobia, tetap dianjurkan menonton film ini sambil merem (tentunya sampai ada adegan Saira Jihan. Rugi cinnn gak liat Jihan pamer perut)
Dan nantikan perut Dina Anwar juga. Kalau yang ini, filmnya beda.
Selasa, 24 Agustus 2010
Terlalu
Aku ingin bercerita sebuah dongeng
Tentang aku cinta kamu
Di sebuah negeri khayalan
Di mana harapan dan kenyataan tak lagi bermusuhan
Aku ingin menjelaskan
Kenapa aku cinta kamu
Dalam bagan, tabel, dan paparan
Berharap kamu mengerti
Perasaan di balik grafik presentasi
Aku ingin melupakan
Betapa aku cinta kamu
Karena revenue cinta ini
Tak sebanding dengan cost emosi
Tapi nggak jadi
Karena kamu kamu kamu
Terlalu...
Terlalu...
Kamu terlalu
Sungguh terlalu
Semoga kamu cepat berlalu
Tentang aku cinta kamu
Di sebuah negeri khayalan
Di mana harapan dan kenyataan tak lagi bermusuhan
Aku ingin menjelaskan
Kenapa aku cinta kamu
Dalam bagan, tabel, dan paparan
Berharap kamu mengerti
Perasaan di balik grafik presentasi
Aku ingin melupakan
Betapa aku cinta kamu
Karena revenue cinta ini
Tak sebanding dengan cost emosi
Tapi nggak jadi
Karena kamu kamu kamu
Terlalu...
Terlalu...
Kamu terlalu
Sungguh terlalu
Semoga kamu cepat berlalu
Little Salatiga
Imac ada 40. Z3 ada 3.
Gue goyang-goyang ekor. Dasar anak cupu lulusan sekolah yang komputernya windows jebot ndut-ndutan, terkagum-kagum melihat-lihat 2 kampus di negeri antah berantah bernama Tangerang Barat.
Ya eyalah. Kampus lo kan sepuluh juta udah ampe lulus. Di sini sepuluh juta paling 1 semester plus plus.
40 i mac.
Tak sabar ingin mulai kelas. Tapi hari ini belum mulai karena jadwalku digusur ceramah mentri yang berkunjung ke kampus, mengkampanyekan anti pornografi dengan semangat parnografi. Daripada dengerin doi parno, mending gue tour keliling kampus dipandu Bu Ina, kepala bagian sinematografi yang sebenarnya baru juga.
Dan kami menemukan 40 i mac.
Di 3 kelas.
Total 120.
Kalau sampai filmnya jelek, malu-maluin.
"We rely on you, " kata Bu Ina sambil menyusupi ide-ide bikin festival ke kepala dosen baru ini.
Gue pesimis. Ya elahhhh Buuuu. Masa mahasiswa kaya beginian mau bikin festival. Ini bukan Salatiga, Bu. Ini Jakarta.
Eh, Tangerang Barat.
Tapi Bu Ina masih tetap semangat dengan mimpi festivalnya. Biar anak-anak semangat, katanya. Gue cuma pesimis memperhatikan ibu paruh baya produk asli Salatiga yang sebulan lalu diimpor ke Jakarta.
Sampai Bu Ina menunjukkan karya mahasiswanya di Salatiga. Pementasan Midsummer Nights Dream. Full costume. Full panggung. Full penonton.
2400 penonton dalam 2 malam.
Semuanya dimulai dengan sebuah tugas kelas drama.
Aku terngaga.
Malu aku malu.
I have a feeling she is something more.
Karenanya gue mengirimkan rencana garis besar pengajaran gue kepada Bu Ina untuk direvisi secepatnya dan tak sabar memulai kelas pertama gue: 'mengenal diri sendiri'
"Besok malam aku pelajari ya, Bu. Malam ini aku mau persiapan manggung dulu untuk kelas besok," kata Bu Ina sok artis.
Bersama Bu Ina kita menggalang geng sinema. Ayo kita bikin festival. Digital. Pas-pasan. Cupu. Dan tanpa malu-malu.
Little Salatiga, we rely on you.
Gue goyang-goyang ekor. Dasar anak cupu lulusan sekolah yang komputernya windows jebot ndut-ndutan, terkagum-kagum melihat-lihat 2 kampus di negeri antah berantah bernama Tangerang Barat.
Ya eyalah. Kampus lo kan sepuluh juta udah ampe lulus. Di sini sepuluh juta paling 1 semester plus plus.
40 i mac.
Tak sabar ingin mulai kelas. Tapi hari ini belum mulai karena jadwalku digusur ceramah mentri yang berkunjung ke kampus, mengkampanyekan anti pornografi dengan semangat parnografi. Daripada dengerin doi parno, mending gue tour keliling kampus dipandu Bu Ina, kepala bagian sinematografi yang sebenarnya baru juga.
Dan kami menemukan 40 i mac.
Di 3 kelas.
Total 120.
Kalau sampai filmnya jelek, malu-maluin.
"We rely on you, " kata Bu Ina sambil menyusupi ide-ide bikin festival ke kepala dosen baru ini.
Gue pesimis. Ya elahhhh Buuuu. Masa mahasiswa kaya beginian mau bikin festival. Ini bukan Salatiga, Bu. Ini Jakarta.
Eh, Tangerang Barat.
Tapi Bu Ina masih tetap semangat dengan mimpi festivalnya. Biar anak-anak semangat, katanya. Gue cuma pesimis memperhatikan ibu paruh baya produk asli Salatiga yang sebulan lalu diimpor ke Jakarta.
Sampai Bu Ina menunjukkan karya mahasiswanya di Salatiga. Pementasan Midsummer Nights Dream. Full costume. Full panggung. Full penonton.
2400 penonton dalam 2 malam.
Semuanya dimulai dengan sebuah tugas kelas drama.
Aku terngaga.
Malu aku malu.
I have a feeling she is something more.
Karenanya gue mengirimkan rencana garis besar pengajaran gue kepada Bu Ina untuk direvisi secepatnya dan tak sabar memulai kelas pertama gue: 'mengenal diri sendiri'
"Besok malam aku pelajari ya, Bu. Malam ini aku mau persiapan manggung dulu untuk kelas besok," kata Bu Ina sok artis.
Bersama Bu Ina kita menggalang geng sinema. Ayo kita bikin festival. Digital. Pas-pasan. Cupu. Dan tanpa malu-malu.
Little Salatiga, we rely on you.
Sabtu, 21 Agustus 2010
Menanti Maher
BBM gue : Bang Gigit, Mama Singa, siap-siap. Adik kecil menuju Jakarta.
(+ simbol setan tertawa)
BBM Gigit: Maher, please coming soon...
Maher adalah nama bagi anak Bang Gigit dan Mama Singa. Sudah dinubuatkan jauh sebelum dibuat.
Awalnya Januari 2010, saat Bang Gigit dan Mama Singa bulan madu ke Danau Toba diikuti Mak Gondut dan antek-anteknya, terjadi mujizat: Sharondeng ke gereja.
Ini ke dua kalinya Sharondeng bergereja di tahun ini. Ini mujizat luar biasa karena kuota bergereja Sharondeng hanya 3 kali/ tahun. Kalau di tahun baru saja sudah kepake 2, ditambah paskah + natal berarti Sharondeng setidaknya akan gereja 4 kali tahun ini. Haleluyahahahaha.
Di gereja, terjadi mujizat ke dua: Sharondeng buka Alkitab.
Walaupun alkitabnya versi I-phone dan hanya dibuka karena Sharondeng bosen dengerin pendeta, dia digerakkan untuk membuka Yesaya dan menemukan sebuah nama.
Mahershalalhashbaz. Nama terpanjang di Alkitab. Orang yang akan menyelamatkan bangsa Israel dari penjarah Sammaria.
Sharondeng, yang seumur hidupnya selalu dijarah Sammaria, langsung bersukutu bersama korban lainnya: Bang Gigit dan Mama Singa. Ini satu-satunya kesempatan mereka untuk merdeka. Maher harus segera dibuat.
Mumpung Maher belum datang, Sammaria harus memaksimalkan penjarahan, seperti hari ini. Sammaria datang tanpa diundang, buka pintu pake kunci sendiri, berkubang di sofa, sambil makan Lays simpanan Mama Singa, ketawa-ketawa ngabisin bandwidth nontonin Youtube Jason Mraz dan Ellen Degeneres.
Padahal baru dua hari Sammaria pulang ke Bandung, memberi kesempatan Bang Gigit dan Mama Singa membuat Maher. Betapa bahagianya bisa kejar-kejaran di ruang tamu layaknya pengantin baru, tanpa diganggu adik kecil yang senantiasa minta makan.
Lumayanlah udah bisa kejar-kejaran dua hari. Mudah-mudahan Maher sudah terbuahi.
Tapi dokter bersabda beda.
Ada 4 jenis sperma.
Jenis 1: tembak langsung ke sasaran, kaya Batak.
Jenis 2: alon-alon asal klakon, kaya Jawa.
Jenis 3: jalan di tempat grak, kaya paskibraka.
Jenis 4: layu sebelum berkembang, kaya Titik Puspa.
Tebak tebak tebak! Punya Bang Gigit jenis ke berapa?
Exactly.
Walau sudah dikasih marga Tampubolon, Jawa tetap Jawa.
Pasukan 'alon alon asal klakon' ini juga harus menghadapi tantangan terowongan sempit yang dinyatakan tersumbat oleh dokter. Pantesan sudah 8 bulan menikah, Maher tak juga terbuat.
Dokter tak berani bersabda, tapi kami mencurigai penyempitan ini dikarenakan lemak jenuh akibat Mama Singa kurang olah raga.
Semua tes ini dilewati Bang Gigit dan Mama Singa dengan penuh perjuangan demi Maher.
Eh... Mama Singa doang yang penuh perjuangan. Cowo sih tinggal baca majalah porno dan nyumbang sperma. Si cewe yang harus melewati berbagai pencobaan yang mengacak-acak tubuh dan hormon, membuat Mama Singa semakin singa.
Setelah selesai tes, mereka masih harus menanti konsultasi minggu depan dengan harap-harap cemas. Kemungkinan Mama Singa akan disuruh laparaskopi: another pisau menyayat-nyayat perut demi memusnahkan kista yang menghambat laju pasukan alon-alon.
Another siksa buat wanita, sementara si pria akan tenang-tenang saja.
Siapa bilang?
Si pria harus menghadapi singa ngamuk karena hormonnya diaduk-aduk.
Kalau gagal, pilihan lain lebih mengaduk hormon: inseminasi buatan. Kalau gagal ya bayi tabung. Sudah mahal, kemungkinan besar gagal. Kalau berhasil, bisa-bisa kembar delapan.
Bayangin Mama Singa ada 8 kecil-kecil. Hiyyyyyyy... Satu aja serem.
Dan bayangin kalau delapan-delapannya ternyata wanita dan bergabung jadi komplotan Sammaria: gemar minta makan dan menguasai sofa.
Wanita dijajah pria sejak dulu?
Yang bikin lagu ini pasti gak kenal Sammaria.
(+ simbol setan tertawa)
BBM Gigit: Maher, please coming soon...
Maher adalah nama bagi anak Bang Gigit dan Mama Singa. Sudah dinubuatkan jauh sebelum dibuat.
Awalnya Januari 2010, saat Bang Gigit dan Mama Singa bulan madu ke Danau Toba diikuti Mak Gondut dan antek-anteknya, terjadi mujizat: Sharondeng ke gereja.
Ini ke dua kalinya Sharondeng bergereja di tahun ini. Ini mujizat luar biasa karena kuota bergereja Sharondeng hanya 3 kali/ tahun. Kalau di tahun baru saja sudah kepake 2, ditambah paskah + natal berarti Sharondeng setidaknya akan gereja 4 kali tahun ini. Haleluyahahahaha.
Di gereja, terjadi mujizat ke dua: Sharondeng buka Alkitab.
Walaupun alkitabnya versi I-phone dan hanya dibuka karena Sharondeng bosen dengerin pendeta, dia digerakkan untuk membuka Yesaya dan menemukan sebuah nama.
Mahershalalhashbaz. Nama terpanjang di Alkitab. Orang yang akan menyelamatkan bangsa Israel dari penjarah Sammaria.
Sharondeng, yang seumur hidupnya selalu dijarah Sammaria, langsung bersukutu bersama korban lainnya: Bang Gigit dan Mama Singa. Ini satu-satunya kesempatan mereka untuk merdeka. Maher harus segera dibuat.
Mumpung Maher belum datang, Sammaria harus memaksimalkan penjarahan, seperti hari ini. Sammaria datang tanpa diundang, buka pintu pake kunci sendiri, berkubang di sofa, sambil makan Lays simpanan Mama Singa, ketawa-ketawa ngabisin bandwidth nontonin Youtube Jason Mraz dan Ellen Degeneres.
Padahal baru dua hari Sammaria pulang ke Bandung, memberi kesempatan Bang Gigit dan Mama Singa membuat Maher. Betapa bahagianya bisa kejar-kejaran di ruang tamu layaknya pengantin baru, tanpa diganggu adik kecil yang senantiasa minta makan.
Lumayanlah udah bisa kejar-kejaran dua hari. Mudah-mudahan Maher sudah terbuahi.
Tapi dokter bersabda beda.
Ada 4 jenis sperma.
Jenis 1: tembak langsung ke sasaran, kaya Batak.
Jenis 2: alon-alon asal klakon, kaya Jawa.
Jenis 3: jalan di tempat grak, kaya paskibraka.
Jenis 4: layu sebelum berkembang, kaya Titik Puspa.
Tebak tebak tebak! Punya Bang Gigit jenis ke berapa?
Exactly.
Walau sudah dikasih marga Tampubolon, Jawa tetap Jawa.
Pasukan 'alon alon asal klakon' ini juga harus menghadapi tantangan terowongan sempit yang dinyatakan tersumbat oleh dokter. Pantesan sudah 8 bulan menikah, Maher tak juga terbuat.
Dokter tak berani bersabda, tapi kami mencurigai penyempitan ini dikarenakan lemak jenuh akibat Mama Singa kurang olah raga.
Semua tes ini dilewati Bang Gigit dan Mama Singa dengan penuh perjuangan demi Maher.
Eh... Mama Singa doang yang penuh perjuangan. Cowo sih tinggal baca majalah porno dan nyumbang sperma. Si cewe yang harus melewati berbagai pencobaan yang mengacak-acak tubuh dan hormon, membuat Mama Singa semakin singa.
Setelah selesai tes, mereka masih harus menanti konsultasi minggu depan dengan harap-harap cemas. Kemungkinan Mama Singa akan disuruh laparaskopi: another pisau menyayat-nyayat perut demi memusnahkan kista yang menghambat laju pasukan alon-alon.
Another siksa buat wanita, sementara si pria akan tenang-tenang saja.
Siapa bilang?
Si pria harus menghadapi singa ngamuk karena hormonnya diaduk-aduk.
Kalau gagal, pilihan lain lebih mengaduk hormon: inseminasi buatan. Kalau gagal ya bayi tabung. Sudah mahal, kemungkinan besar gagal. Kalau berhasil, bisa-bisa kembar delapan.
Bayangin Mama Singa ada 8 kecil-kecil. Hiyyyyyyy... Satu aja serem.
Dan bayangin kalau delapan-delapannya ternyata wanita dan bergabung jadi komplotan Sammaria: gemar minta makan dan menguasai sofa.
Wanita dijajah pria sejak dulu?
Yang bikin lagu ini pasti gak kenal Sammaria.
If I Had You
Remember Adam Lambert and how it reminds me of light and dark and the neither state we try to reach?
Today I listened to another one of his and it made me feel it was specially written for me.
Harus kuakui, mata Adam Lambert bikin gue geer dan delusional.
Video klipnya mengingatkan gue akan kerajaan setan.
Liriknya bikin gue kembali ke Tuhan. Lho?
So I got my boots on, got the right 'mount of leather
And I'm doing me up with a black color liner
And I'm workin' my strut but I know it don't matter
All we need in this world is some love
There's a thin line 'tween the dark side and the light side baby tonight
It's a struggle gotta rumble trying to find it
But if I had you, that would be the only thing that i'd ever need
Yeah if I had you, then money fame and fortune never could compete
If I had you, life would be a party it'd be ecstasy
If I had you
You you you you you
If I had you
Today I listened to another one of his and it made me feel it was specially written for me.
Harus kuakui, mata Adam Lambert bikin gue geer dan delusional.
Video klipnya mengingatkan gue akan kerajaan setan.
Liriknya bikin gue kembali ke Tuhan. Lho?
So I got my boots on, got the right 'mount of leather
And I'm doing me up with a black color liner
And I'm workin' my strut but I know it don't matter
All we need in this world is some love
There's a thin line 'tween the dark side and the light side baby tonight
It's a struggle gotta rumble trying to find it
But if I had you, that would be the only thing that i'd ever need
Yeah if I had you, then money fame and fortune never could compete
If I had you, life would be a party it'd be ecstasy
If I had you
You you you you you
If I had you
Belajar Film, Belajar Hidup
How do you teach movie making in 16 meetings?
How am I supposed to know? Gue cuma arsitek murtad yang gak pernah belajar bikin film. Tapi dia merayu gue untuk mengajar di universitas barunya setelah dikecewakan beberapa nama besar.
Digital cinematography? Emang ada sinema yang digital?
"Soal teknis kamera dan editing, mereka sudah belajar di 2 semester sebelumnya. Kamu cuma perlu ngomporin biar mereka bisa bikin film yang ada kontennya," rayunya.
Kalau jadi kompor sih, gue bisa.
Tapi gimana bikin film yang ada isinya?
Bikin film ya menyenangkan diri sendiri. Puji syukur kalau kebetulan emang jadinya berisi. Kalau dari awal udah berusaha berisi, nanti malah jadi mengajari.
"Orang nonton untuk mengerti diri sendiri, bukan untuk diajari," kata gue menerjemahkan bebas (terlalu bebas) Truffaut.
Karenanya gue membuat kurikulum dengan suatu tujuan:
to entertain myself and understand myself better.
hopefully... membuat film yang berisi in the meantime.
Setengah semester pertama akan gue habiskan dengan mengenal diri sendiri. Setengah semester sisanya akan gue habiskan dengan mengenal serpihan diri sendiri dalam orang lain.
So this is my course rundown:
#1 Mengenal 'aku'.
#2 Bercerita tentang 'aku'.
#3 Mengenal 'aku' di dalam teman sekelasku.
#4 Megenal 'aku' di film favoritku.
#5 Bikin cerita yang 'aku' banget.
#6&7 Bikin film yang 'aku' banget.
PREVIEW
#8 Mengenal 'kami'
#9 Cerita 'kami'
#10 Cerita 'kami' dalam gambar
#11 Perencanaan cerita 'kami'
#12 first cut cerita 'kami'
#13 second cut cerita 'kami'
#14 cerita 'kami'
PREVIEW
Cupu banget sih silabus gue. Tak terdengar seperti dosen beneran.
I have a feeling I won't teach them anything. It will be the other way around.
And they will actually pay me for doing this???
God, I love you.
How am I supposed to know? Gue cuma arsitek murtad yang gak pernah belajar bikin film. Tapi dia merayu gue untuk mengajar di universitas barunya setelah dikecewakan beberapa nama besar.
Digital cinematography? Emang ada sinema yang digital?
"Soal teknis kamera dan editing, mereka sudah belajar di 2 semester sebelumnya. Kamu cuma perlu ngomporin biar mereka bisa bikin film yang ada kontennya," rayunya.
Kalau jadi kompor sih, gue bisa.
Tapi gimana bikin film yang ada isinya?
Bikin film ya menyenangkan diri sendiri. Puji syukur kalau kebetulan emang jadinya berisi. Kalau dari awal udah berusaha berisi, nanti malah jadi mengajari.
"Orang nonton untuk mengerti diri sendiri, bukan untuk diajari," kata gue menerjemahkan bebas (terlalu bebas) Truffaut.
Karenanya gue membuat kurikulum dengan suatu tujuan:
to entertain myself and understand myself better.
hopefully... membuat film yang berisi in the meantime.
Setengah semester pertama akan gue habiskan dengan mengenal diri sendiri. Setengah semester sisanya akan gue habiskan dengan mengenal serpihan diri sendiri dalam orang lain.
So this is my course rundown:
#1 Mengenal 'aku'.
#2 Bercerita tentang 'aku'.
#3 Mengenal 'aku' di dalam teman sekelasku.
#4 Megenal 'aku' di film favoritku.
#5 Bikin cerita yang 'aku' banget.
#6&7 Bikin film yang 'aku' banget.
PREVIEW
#8 Mengenal 'kami'
#9 Cerita 'kami'
#10 Cerita 'kami' dalam gambar
#11 Perencanaan cerita 'kami'
#12 first cut cerita 'kami'
#13 second cut cerita 'kami'
#14 cerita 'kami'
PREVIEW
Cupu banget sih silabus gue. Tak terdengar seperti dosen beneran.
I have a feeling I won't teach them anything. It will be the other way around.
And they will actually pay me for doing this???
God, I love you.
Jakarta Adalah Koentji
Inilah gerakan skrip pertama Anky setelah gagal membuat skrip pertamanya : Queen Of Speed.
Cerita Queen Of Speed tentang soerang 'Sherina look alike' yang bermimpi jadi ratu di dunia kartu. Bayangkan Shaolin Soccer versi ratu judi.
Fun. Full action. Fresh. Tapi nggak Anky.
"Makanya nggak selesai-selesai," kata si sekretaris nyinyir sambil mencatat semua pengennya Anky.
Kali ini Anky pengen bikin skrip lain yang lebih dia dan meminta si sekretaris menulis bersama setelah beberapa penulis lain menolak ikut serta. Mentang-mentang si sekretaris pengangguran. Heh! Tapi tetap si sekretaris mendengarkan dan menulis, sementara Anky berandai-andai, mengeluarkan fantasi jiwanya.
Tentang gerakan gerilya yang ingin mengubah Indonesia dengan cara mengubah Jakarta.
Dimulai dengan aksi-aksi vandalisme ala Mas Pong. Tapi bukan cuma atap MPR. Seluruh muka Jakarta terjamah coret moret, bahkan istana negara.
Raw, immature, rebellious. Nontonnya tambah seksi karena vandalisme dipimpin seorang pemimpin too good to be true, campuran Angeline Jolie dan Tyler Durden.
"Nggak. Gue kebayangnya si cewe ini ordinary banget," protes Anky.
Raw, immature, rebellious. Nontonnya tambah seksi karena vandalisme dipimpin seorang pemimpin too good to be true, campuran Angeline Jolie dan Tyler Durden tapi ordinary banget.
Emang ada?
Walau hati masih kurang mempercayai keberadaan species tersebut, si sekretaris terus menulis maunya Anky.
Yang tadinya fun lama-lama mulai menyeramkan. Kelompok ini mulai menculik para pemimpin keparat penuh kemunafikan. Disilet, ditelanjangi, dan dicelupkan ke lubang biawak.
Mereka sadar mereka penjahat. Mereka rela berdosa dan tak bersembunyi di balik slogan-slogan 'demi negara'. Mereka bersedia menjadi antagonis karena percaya, ketika kejahatan sudah terlampau pekatlah baru akan muncul kebaikan yang seputih-putihnya.
Tanpa pura-pura.
Sampai di sini si sekretaris mulai mempertanyakan posisi ideologis Anky.
Anky bingung. Berharap si sekretaris mau membantu. Ikut menulis. Anky gak bisa bikin dialog. Dia gak suka film dialog. Makanya dia butuh partner yang bisa bikin dialog.
Si sekretaris kembali nyinyir.
"First of all, kalo lo gak suka film dialog, kenapa juga lo bikin film dialog?"
Si sekretaris menolak ikut menulis dan melewatkan kesempatan nebeng nama. Ceritanya keren banget! Siapa yang nggak pengen ngeliat mulut munafik Tiffy disilet-silet?
Karenanya si sekretaris membiarkan Anky menulis sendiri. Masalah Anky bukan dialog, tapi percaya diri.
Kalau sekretaris ikut menulis, Anky selamanya tidak akan pernah percaya diri.
So, Anky... stand up and tell us all your fear and frustation.
Sekretaris mengawasi Anky pergi dengan harap-harap bahagia. Tak sabar ingin melihat salah satu film terbaik Indonesia.
Cerita Queen Of Speed tentang soerang 'Sherina look alike' yang bermimpi jadi ratu di dunia kartu. Bayangkan Shaolin Soccer versi ratu judi.
Fun. Full action. Fresh. Tapi nggak Anky.
"Makanya nggak selesai-selesai," kata si sekretaris nyinyir sambil mencatat semua pengennya Anky.
Kali ini Anky pengen bikin skrip lain yang lebih dia dan meminta si sekretaris menulis bersama setelah beberapa penulis lain menolak ikut serta. Mentang-mentang si sekretaris pengangguran. Heh! Tapi tetap si sekretaris mendengarkan dan menulis, sementara Anky berandai-andai, mengeluarkan fantasi jiwanya.
Tentang gerakan gerilya yang ingin mengubah Indonesia dengan cara mengubah Jakarta.
Dimulai dengan aksi-aksi vandalisme ala Mas Pong. Tapi bukan cuma atap MPR. Seluruh muka Jakarta terjamah coret moret, bahkan istana negara.
Raw, immature, rebellious. Nontonnya tambah seksi karena vandalisme dipimpin seorang pemimpin too good to be true, campuran Angeline Jolie dan Tyler Durden.
"Nggak. Gue kebayangnya si cewe ini ordinary banget," protes Anky.
Raw, immature, rebellious. Nontonnya tambah seksi karena vandalisme dipimpin seorang pemimpin too good to be true, campuran Angeline Jolie dan Tyler Durden tapi ordinary banget.
Emang ada?
Walau hati masih kurang mempercayai keberadaan species tersebut, si sekretaris terus menulis maunya Anky.
Yang tadinya fun lama-lama mulai menyeramkan. Kelompok ini mulai menculik para pemimpin keparat penuh kemunafikan. Disilet, ditelanjangi, dan dicelupkan ke lubang biawak.
Mereka sadar mereka penjahat. Mereka rela berdosa dan tak bersembunyi di balik slogan-slogan 'demi negara'. Mereka bersedia menjadi antagonis karena percaya, ketika kejahatan sudah terlampau pekatlah baru akan muncul kebaikan yang seputih-putihnya.
Tanpa pura-pura.
Sampai di sini si sekretaris mulai mempertanyakan posisi ideologis Anky.
Anky bingung. Berharap si sekretaris mau membantu. Ikut menulis. Anky gak bisa bikin dialog. Dia gak suka film dialog. Makanya dia butuh partner yang bisa bikin dialog.
Si sekretaris kembali nyinyir.
"First of all, kalo lo gak suka film dialog, kenapa juga lo bikin film dialog?"
Si sekretaris menolak ikut menulis dan melewatkan kesempatan nebeng nama. Ceritanya keren banget! Siapa yang nggak pengen ngeliat mulut munafik Tiffy disilet-silet?
Karenanya si sekretaris membiarkan Anky menulis sendiri. Masalah Anky bukan dialog, tapi percaya diri.
Kalau sekretaris ikut menulis, Anky selamanya tidak akan pernah percaya diri.
So, Anky... stand up and tell us all your fear and frustation.
Sekretaris mengawasi Anky pergi dengan harap-harap bahagia. Tak sabar ingin melihat salah satu film terbaik Indonesia.
Jumat, 20 Agustus 2010
Drama 3 Babi
Setting: Lapo Ni Tondongta (Jalan Pemuda yang ternyata Pramuka)
Waktu : 2 jam sebelum buka puasa, matahari bersinar tegak lurus mata
Pemeran: 2 Pemimpi Sanguinis Koleris, sama-sama penggemar Sanguinis Phlegmatis
Babak 1 (60 menit):
Di hadapan babi panggang bercabai hijau, Sanguinis Koleris 1 mengeluhkan Phlegmatisnya yang tak juga resign tapi mengeluh pekerjaannya tidak menyenangkan.
"Ntar bayar mobil gimana? Rumah? Amerika?"
Koleris 1 tak tahan melihat Phlegmatisnya merana. Andaikan dia lebih berani. Akan kutemani dia mengarungi dunia ini berdua.
"Itu bukan takut, bang. Itu sih cinta," kata Koleris 2.
"Takut gak sama ama cinta."
"Fear in its highest form is love," Koleris 2 mengutip percakapan sesorang dengan Tuhannya.
Babak 2 (60 menit):
Koleris 1 mulai cerita tentang perusahaannya yang semakin menggoda untuk ditinggalkan.
"Lho apa ini?" kata pejabat setiap kali Koleris 1 memberi komisi pekerjaan: I Pod, jam tangan, mobil, dan uang saku.
Dia ingin pergi. Jakarta bukan lagi rumahya.
Jadi siapa yang takut? Koleris 1 atau Phlegmatisnya?
Babak 3 (60 menit):
Koleris 1 mulai bicara tentang mimpinya. Sebuah restoran babi yang tidak hanya tempat makan: sebuah rahim tempat bertemunya jomblo-jomblo kesepian.
Babi Jomblo the lapo.
A catchy name. Siapa yang jomblo... dapet diskon 20%! Jomblo-jomblo kere dan gak kere (tapi gak jaim) se-singapur akan datang dan berburu pasangan.
Kalau ada yang ngaku-ngaku jomblo? Gak apa-apa. Resiko kan dia yang nanggung kalau beneran dibikin jomblo ama Tuhan.
Dinding restoran yang tadinya kosong semakin lama akan semakin dipenuhi foto-foto pasangan yang berhasil dipertemukan dan dipersatukan di Babi Jomblo.
"Kalau ketemunya di kafe dingin dan jaim, nanti cintanya cuma satu malam," kata Koleris 1 membanggakan 'Babi Jomblo' yang hangat dan penuh kekeluargaan. Counternya rendah, sehingga si koki bisa ikut ngerumpi dengan pelanggan. "Kalau ketemunya di Babi Jomblo..."
"... taunya one night stand juga Bang." kata Koleris 2 penuh dosa.
"Janganlah. 2 malam setidaknya. Masih unggul kita 1 malam."
"3 malam deh," kata Koleris 2 sambil joget Melinda versi jari 3, sesuai jari babi.
Dan Babi Jomblo akan terus ngejodohin dan mengenyangkan orang sampai visi misi kami terpenuhi.
Visi: jomblo menjadi bahasa resmi di Singapur, bergabung bersama 'kepo' dan 'jablai'.
Misi: memberantas jomblo-jomblo se-Singapura, agar tidak ada lagi yang dapet diskon 20% sehingga meningkatkan revenue.
Tak sadar sudah lewat 60 menit. Babak 3 ini terlalu menyenangkan untuk dibicarakan.
180 minutes of pure fun!
Ya sudah. Kalau begitu babak 1 dan 2 tidak usah kita pentaskan. Langsung ke babak 3 saja. Akan lebih jadi panggung yang menyenangkan.
Tak sabar menanti drama 3 babi yang tak lagi berbentuk tulisan.
Babi Jomblo the lapo, starting March 2011 in Singapore.
Waktu : 2 jam sebelum buka puasa, matahari bersinar tegak lurus mata
Pemeran: 2 Pemimpi Sanguinis Koleris, sama-sama penggemar Sanguinis Phlegmatis
Babak 1 (60 menit):
Di hadapan babi panggang bercabai hijau, Sanguinis Koleris 1 mengeluhkan Phlegmatisnya yang tak juga resign tapi mengeluh pekerjaannya tidak menyenangkan.
"Ntar bayar mobil gimana? Rumah? Amerika?"
Koleris 1 tak tahan melihat Phlegmatisnya merana. Andaikan dia lebih berani. Akan kutemani dia mengarungi dunia ini berdua.
"Itu bukan takut, bang. Itu sih cinta," kata Koleris 2.
"Takut gak sama ama cinta."
"Fear in its highest form is love," Koleris 2 mengutip percakapan sesorang dengan Tuhannya.
Babak 2 (60 menit):
Koleris 1 mulai cerita tentang perusahaannya yang semakin menggoda untuk ditinggalkan.
"Lho apa ini?" kata pejabat setiap kali Koleris 1 memberi komisi pekerjaan: I Pod, jam tangan, mobil, dan uang saku.
Dia ingin pergi. Jakarta bukan lagi rumahya.
Jadi siapa yang takut? Koleris 1 atau Phlegmatisnya?
Babak 3 (60 menit):
Koleris 1 mulai bicara tentang mimpinya. Sebuah restoran babi yang tidak hanya tempat makan: sebuah rahim tempat bertemunya jomblo-jomblo kesepian.
Babi Jomblo the lapo.
A catchy name. Siapa yang jomblo... dapet diskon 20%! Jomblo-jomblo kere dan gak kere (tapi gak jaim) se-singapur akan datang dan berburu pasangan.
Kalau ada yang ngaku-ngaku jomblo? Gak apa-apa. Resiko kan dia yang nanggung kalau beneran dibikin jomblo ama Tuhan.
Dinding restoran yang tadinya kosong semakin lama akan semakin dipenuhi foto-foto pasangan yang berhasil dipertemukan dan dipersatukan di Babi Jomblo.
"Kalau ketemunya di kafe dingin dan jaim, nanti cintanya cuma satu malam," kata Koleris 1 membanggakan 'Babi Jomblo' yang hangat dan penuh kekeluargaan. Counternya rendah, sehingga si koki bisa ikut ngerumpi dengan pelanggan. "Kalau ketemunya di Babi Jomblo..."
"... taunya one night stand juga Bang." kata Koleris 2 penuh dosa.
"Janganlah. 2 malam setidaknya. Masih unggul kita 1 malam."
"3 malam deh," kata Koleris 2 sambil joget Melinda versi jari 3, sesuai jari babi.
Dan Babi Jomblo akan terus ngejodohin dan mengenyangkan orang sampai visi misi kami terpenuhi.
Visi: jomblo menjadi bahasa resmi di Singapur, bergabung bersama 'kepo' dan 'jablai'.
Misi: memberantas jomblo-jomblo se-Singapura, agar tidak ada lagi yang dapet diskon 20% sehingga meningkatkan revenue.
Tak sadar sudah lewat 60 menit. Babak 3 ini terlalu menyenangkan untuk dibicarakan.
180 minutes of pure fun!
Ya sudah. Kalau begitu babak 1 dan 2 tidak usah kita pentaskan. Langsung ke babak 3 saja. Akan lebih jadi panggung yang menyenangkan.
Tak sabar menanti drama 3 babi yang tak lagi berbentuk tulisan.
Babi Jomblo the lapo, starting March 2011 in Singapore.
Rabu, 18 Agustus 2010
whataya want from me?
"Tulisan lo gelap banget akhir-akhir ini", katanya.
What's wrong with dark? I love dark. It reminds me of God.
Dia merengut, tersinggung Tuhannya disamakan dengan gelap.
God is light. God is dark. God is the neither state of them.
3 in 1.
Dia merengut, tersinggung trinitas disederhanakan.
Dark is light in its highest form. Too much light will blind you to dark.
Dia merengut. Dasar seniman. Ada gilak-gilaknya.
I love her too much to fight over some 3 in 1. So I played her a song instead. Adam Lambert.
The dark. The gay. The devil. You name it.
Hopefully you will hear why he reminds me of God.
Hey, slow it down
What do you want from me
What do you want from me
Yeah, I’m afraid
What do you want from me
What do you from me
There might have been a time
I would give myself away
Once upon a time
I didn’t give a damn
But now here we are
So what do you want from me
What do you want from me
Just don’t give up
I’m workin’ it out
Please don’t give in
I won’t let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around
Hey, what do you want from me
What do you want from me
Yeah, it’s plain to see
that baby you’re beautiful
And there's nothing wrong with you
It’s me – I’m a freak
but thanks for lovin’ me
Cause you’re doing it perfectly
There might have been a time
When I would let you step away
I wouldn’t even try but I think
you could save my life
Just don’t give up
I’m workin’ it out
Please don’t give in
I won’t let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around
Hey, what do you want from me
What do you want from me?
Nothing, kata sayup-sayup sebuah suara, membuat gue semakin menangis tertawa, berteriak menyanyi bersama MP3 bajakan Adam si pendosa.
The gay. The devil. The dark.
it’s me – I’m a freak
but thanks for loving me
cause YOU’re doing it perfectly
What's wrong with dark? I love dark. It reminds me of God.
Dia merengut, tersinggung Tuhannya disamakan dengan gelap.
God is light. God is dark. God is the neither state of them.
3 in 1.
Dia merengut, tersinggung trinitas disederhanakan.
Dark is light in its highest form. Too much light will blind you to dark.
Dia merengut. Dasar seniman. Ada gilak-gilaknya.
I love her too much to fight over some 3 in 1. So I played her a song instead. Adam Lambert.
The dark. The gay. The devil. You name it.
Hopefully you will hear why he reminds me of God.
Hey, slow it down
What do you want from me
What do you want from me
Yeah, I’m afraid
What do you want from me
What do you from me
There might have been a time
I would give myself away
Once upon a time
I didn’t give a damn
But now here we are
So what do you want from me
What do you want from me
Just don’t give up
I’m workin’ it out
Please don’t give in
I won’t let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around
Hey, what do you want from me
What do you want from me
Yeah, it’s plain to see
that baby you’re beautiful
And there's nothing wrong with you
It’s me – I’m a freak
but thanks for lovin’ me
Cause you’re doing it perfectly
There might have been a time
When I would let you step away
I wouldn’t even try but I think
you could save my life
Just don’t give up
I’m workin’ it out
Please don’t give in
I won’t let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around
Hey, what do you want from me
What do you want from me?
Nothing, kata sayup-sayup sebuah suara, membuat gue semakin menangis tertawa, berteriak menyanyi bersama MP3 bajakan Adam si pendosa.
The gay. The devil. The dark.
it’s me – I’m a freak
but thanks for loving me
cause YOU’re doing it perfectly
Selasa, 17 Agustus 2010
Berharap Prosa
Aku cuma sepenggal lirik
Tanpa titik
Malu-malu berbisik
Berharap kamu mengerti
Mereka menyebutku puisi
Aku ingin disebut misteri
Yang menarikmu untuk selalu membaca
Dan menduga-duga
Dengarkah kamu lirih hati ini
Dari kata-kata yang memujamu sepi
Berharap kamu menyadari
Rasa di balik lirik tak bertitik
Lihat mata ini dan coba pahami
Senandung lirih hati yang tak mampu berbagi
Aku di sini
Menanti sebuah titik
Agar aku abadi
Dalam bentuk sastra lain
Yang lebih mudah kau mengerti
Lebih mudah kau mengerti
Lebih mudah kau cintai
Tanpa titik
Malu-malu berbisik
Berharap kamu mengerti
Mereka menyebutku puisi
Aku ingin disebut misteri
Yang menarikmu untuk selalu membaca
Dan menduga-duga
Dengarkah kamu lirih hati ini
Dari kata-kata yang memujamu sepi
Berharap kamu menyadari
Rasa di balik lirik tak bertitik
Lihat mata ini dan coba pahami
Senandung lirih hati yang tak mampu berbagi
Aku di sini
Menanti sebuah titik
Agar aku abadi
Dalam bentuk sastra lain
Yang lebih mudah kau mengerti
Lebih mudah kau mengerti
Lebih mudah kau cintai
Loving Indonesia
Loving Indonesia bikin puasa kecepetan buka
Loving Indonesia bikin gue hobi mencela
Loving Indonesia bikin Malaysia terlihat surga
Loving Indonesia bikin kangen Amerika
16 Agustus tahun 45. Besoknya hari kemerdekaan kita.
Loving Indonesia bikin mereka teriak merdeka
padahal lagi puasa
65 tahun kemudian masih juga teriak merdeka
padahal lagi puasa
"Who are we trying to convince?" tweet Joko Anwar.
Loving Indonesia bikin harapan hidup cuma 65
Loving Indonesia bikin penghasilan di bawah rata-rata dunia
Konsumsi MSG di atas rata-rata dunia
Dan korupsi nomor satu dong tentunya
Loving Indonesia bikin demokrasi jadi basi
Loving Indonesia bikin orang Irian makan nasi
Tapi hanya Indonesia... yang bisa membuat gue tertawa.
Karenanya aku masih di sini untuknya
Dengan segala cela dan bau busuk paritnya
Ancaman bom dan tumpah darahnya
I love you, Indonesia.
Ich liebe dich. Echt.
Yes, I am talking about Indonesia.
Not you, Babe.
Geer deh lo.
Loving Indonesia bikin gue hobi mencela
Loving Indonesia bikin Malaysia terlihat surga
Loving Indonesia bikin kangen Amerika
16 Agustus tahun 45. Besoknya hari kemerdekaan kita.
Loving Indonesia bikin mereka teriak merdeka
padahal lagi puasa
65 tahun kemudian masih juga teriak merdeka
padahal lagi puasa
"Who are we trying to convince?" tweet Joko Anwar.
Loving Indonesia bikin harapan hidup cuma 65
Loving Indonesia bikin penghasilan di bawah rata-rata dunia
Konsumsi MSG di atas rata-rata dunia
Dan korupsi nomor satu dong tentunya
Loving Indonesia bikin demokrasi jadi basi
Loving Indonesia bikin orang Irian makan nasi
Tapi hanya Indonesia... yang bisa membuat gue tertawa.
Karenanya aku masih di sini untuknya
Dengan segala cela dan bau busuk paritnya
Ancaman bom dan tumpah darahnya
I love you, Indonesia.
Ich liebe dich. Echt.
Yes, I am talking about Indonesia.
Not you, Babe.
Geer deh lo.
Minggu, 15 Agustus 2010
Daripada Dimensia
Kau kira aku tak lihat mukamu merengut saat kusebut Robert T Kiyosaki?
Kaget? Kau kira kau mau kujodohin dengan ponakanku? Hah!
Kau kira aku tak tahu kau misuh-misuh saat aku presentasi?
Ini bukan MLM. Yang ini disetujui Tuhan.
"Lihat ini 700 dollar akan kuberi ke pendeta habis ini. Betapa nikmatnya bisa memberi," kataku memperlihatkan lembar-lembar Amerika kepadamu.
Kau tambah merengut. Hah? Kau kira aku mau kasih padamu?
Memang rumahku di belakang senayan city. Mobilku mercy. Bersupir. Nama Amangtuamu, suamiku, sekarang jadi nama jalan. Kau tak nyangka aku presentasi MLM?
Kenapa? Kau kasihan padaku?
Ini halal. Daripada kamu. Berharap dikasih aku. Tak akan aku biayai filmmu.
Daripada gak ada kerjaan, gak ada obrolan, daripada dimensia... kaya opungmu.
Kau masih berkelit. Opung gak dimensia.
Sampai suatu hari dia bercerita tentang si Sigit yang ternyata siluman jadi-jadian. Misinya adalah mengelabui Batak-Batak cantik. Korban pertama: si Chica.
Kalau Si Sigit siluman jadi-jadian sih masih bisa kenyataan. Kalau si Chica cantik?
Pada saat itu baru kau sadar opungmu dimensia. Tapi tetap tak kau temani juga dia.
Masih kau merasa kasihan padaku? Karena aku jualan MLM? Lihat ini 700 dollar yang akan kuberi ke pendeta. Pernah kau kasih pendeta 7 juta?
Kau lihatlah mamakmu itu. MLM juga dia. Tak kau sadar kenapa dia MLM padahal gak butuh uang? Dia juga menghindari dimensia. Karena kau gak pernah di rumah. Sibuk mengejar mimpi. Bikin film katamu.
Ah. Tak ada uangnya. MLM saja kau. Biar bisa kau kasih pendeta 7 juta. Biar banyak waktumu. Biar sempat kau ajak ngobrol mamakmu. Untuk apa kau bikin film kalau mamakmu kesepian?
Memang susah nemenin mamakmu. Norak. Sok tahu. Ya itulah mamakmu.
Tapi bagaimanalah? Kami lahir di huta, kau di kota. Susah-susah kusekolahkan kalian ke MIT, ivy league, ITB, ya agar bisa sekali-kali kau ajari kami facebook, microsoft word, internet. Bukan agar kami ditinggal-tinggal, dimensia.
Tidak!
Lebih baik aku MLM. Setidaknya aku bisa bicara, didengarkan , seperti saat Amangtuamu masih hidup dan menjabat dulu. Toke, pejabat, calon mentri, semua antri memberi. Antri mendengarkan.
"Mimpiku bukan ini, Inang tua. Mimpiku menghabiskan hidup bikin film, bercerita. Aku gak mau hidup presentasi ke orang-orang gimana caranya kaya dengan mencari downline."
Ini bukan MLM!
Kau cuma diam. Bukan karena kau hormati aku.
Hah! Kita tunggu saja apa jadinya mimpimu. Kita tunggu saat kau 75. Masih ada yang peduli mimpimu?
All is vanity and striving after wind.
Jangan kau kasihani aku. Aku bahagia. Daripada dimensia.
Lebih baik kau urus Opungmu. Mamakmu. Lihat betapa mereka merasa kurang dicinta.
Daripada dimensia.
Daripada dimensia.
Kaget? Kau kira kau mau kujodohin dengan ponakanku? Hah!
Kau kira aku tak tahu kau misuh-misuh saat aku presentasi?
Ini bukan MLM. Yang ini disetujui Tuhan.
"Lihat ini 700 dollar akan kuberi ke pendeta habis ini. Betapa nikmatnya bisa memberi," kataku memperlihatkan lembar-lembar Amerika kepadamu.
Kau tambah merengut. Hah? Kau kira aku mau kasih padamu?
Memang rumahku di belakang senayan city. Mobilku mercy. Bersupir. Nama Amangtuamu, suamiku, sekarang jadi nama jalan. Kau tak nyangka aku presentasi MLM?
Kenapa? Kau kasihan padaku?
Ini halal. Daripada kamu. Berharap dikasih aku. Tak akan aku biayai filmmu.
Daripada gak ada kerjaan, gak ada obrolan, daripada dimensia... kaya opungmu.
Kau masih berkelit. Opung gak dimensia.
Sampai suatu hari dia bercerita tentang si Sigit yang ternyata siluman jadi-jadian. Misinya adalah mengelabui Batak-Batak cantik. Korban pertama: si Chica.
Kalau Si Sigit siluman jadi-jadian sih masih bisa kenyataan. Kalau si Chica cantik?
Pada saat itu baru kau sadar opungmu dimensia. Tapi tetap tak kau temani juga dia.
Masih kau merasa kasihan padaku? Karena aku jualan MLM? Lihat ini 700 dollar yang akan kuberi ke pendeta. Pernah kau kasih pendeta 7 juta?
Kau lihatlah mamakmu itu. MLM juga dia. Tak kau sadar kenapa dia MLM padahal gak butuh uang? Dia juga menghindari dimensia. Karena kau gak pernah di rumah. Sibuk mengejar mimpi. Bikin film katamu.
Ah. Tak ada uangnya. MLM saja kau. Biar bisa kau kasih pendeta 7 juta. Biar banyak waktumu. Biar sempat kau ajak ngobrol mamakmu. Untuk apa kau bikin film kalau mamakmu kesepian?
Memang susah nemenin mamakmu. Norak. Sok tahu. Ya itulah mamakmu.
Tapi bagaimanalah? Kami lahir di huta, kau di kota. Susah-susah kusekolahkan kalian ke MIT, ivy league, ITB, ya agar bisa sekali-kali kau ajari kami facebook, microsoft word, internet. Bukan agar kami ditinggal-tinggal, dimensia.
Tidak!
Lebih baik aku MLM. Setidaknya aku bisa bicara, didengarkan , seperti saat Amangtuamu masih hidup dan menjabat dulu. Toke, pejabat, calon mentri, semua antri memberi. Antri mendengarkan.
"Mimpiku bukan ini, Inang tua. Mimpiku menghabiskan hidup bikin film, bercerita. Aku gak mau hidup presentasi ke orang-orang gimana caranya kaya dengan mencari downline."
Ini bukan MLM!
Kau cuma diam. Bukan karena kau hormati aku.
Hah! Kita tunggu saja apa jadinya mimpimu. Kita tunggu saat kau 75. Masih ada yang peduli mimpimu?
All is vanity and striving after wind.
Jangan kau kasihani aku. Aku bahagia. Daripada dimensia.
Lebih baik kau urus Opungmu. Mamakmu. Lihat betapa mereka merasa kurang dicinta.
Daripada dimensia.
Daripada dimensia.
Jumat, 13 Agustus 2010
Impian Kepompong Gendut
Seorang sutradara tenar datang. Panitia, wartawan, dan pandangan orang terpusat di titiknya. Dia melangkah anggun dengan busana titisan kupu-kupu. Bagian belakang yang didesain pamer pungggung sekarang ditutupi tank top. Dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan dan penyamaran jerawat punggung.
Dua sutradara wannabe mengamati, berhenti sejenak menikmati hidangan gratisan yang disponsori Embassy Of Canada dalam rangka promosi film anak bangsanya.
"Apakah kesenian selalu dekat dengan kemewahan?" tanya si wannabe 1.
"Kalau lo liatnya dia sih iya. Kalau liat gue sih...," kata wannabe 2 sambil berusaha terlihat kupu-kupu.
Sutradara zaman sekarang harus semakin kupu-kupu. Harus semakin tinggi. Harus lebih tinggi dari artisnya. Twitter. Facebook. Segala media diepergunakan untuk mencapai massa. Karya tidak lagi yang utama. Film tak lagi butuh jiwa. Ayo kita filmkan kemiskinan, dan filmkan dalam kemewahan. Bisakah dia masih berjiwa?
"Maaf mbak, boleh wawancara?"
Wannabe 2 geer. Ternyata usahanya terlihat kupu-kupu tak sia-sia.
"Pengeluaran mbak sebulan berapa ya?"
Ternyata survey pasar.
Dia hanya sebongkah kepompong gendut.
Wannabe 2 berpikir keras. Kalau jujur, dia beresiko tidak terlihat kupu-kupu. Kalau berdusta, dia terancam merusak jiwa: modal utama sutradara.
"Tergantung punya pacar atau nggak," jawab Wannabe 2, senantiasa menggunakan jurus humor untuk menghindari kejujuran.
"Kalau punya pacar, lebih gede atau kecil?"
"Tergantung pacarnya siapa."
"Jadi pengeluaran mbak rata-rata berapa?"
Akhirnya kolom 2-4 juta dicontreng dengan sedikit malu-malu.
Kepompong gendut, mengapa harus malu?
Sepertinya lebih menyenangkan menjadi sutradara muda kaya raya. Makanya blog gue isinya tentang cari jodoh melulu. Lebih gampang mengakui lo butuh pacar daripada lo butuh uang.
Kadang-kadang mengejar mimpi itu butuh uang, apalagi di negara yang boro-boro mikirin bayarin makan malam serombongan anak tetangga untuk nonton karya anak bangsanya. Hadiah piala saja tak kunjung dibayar.
Kadang-kadang berjuang itu mahal, apalagi saat gadget dan bensin tak lagi kebutuhan sekunder.
Kadang-kadang firman Tuhan itu membosankan, apalagi di saat gue merasa kekurangan.
Firman gue membosankan? Atau elo yang membosankan?
Kepompong gendut merengut.
You are what you think.
Dia mulai berusaha merasa kelebihan, selain berat badan tentunya.
Tapi pikiran tak bisa ditipu. Dia cuma merasa kelebihan ketika tubuh siap membagi-bagikan.
Langkah pertama agar tidak kekurangan: give more. Siapa yang bisa gue beri?
Don't look too far. I put him right beside you.
Wannabe 1 butuh 60 juta untuk filmnya.
Wek. Wannabe 2 gak punya uang.
Tapi 60 juta gampang dicari. Tinggal bikin business plan.
Wannabe 1 gak tahu cara bikin business plan. Dia hanya tahu skenario, shot list, dan camera movement. Cash flow, revenue projection, dan investment risk sangat asing baginya.
Business plan itu intinya lo butuh duit berapa dan gimana cara balikinnya? No need for fancy words.
Kalau lo gak kebayang bisa balikin dalam bentuk uang, lo bisa janjikan bentuk lain. Misalnya lo janjikan film ini akan masuk 4 festival. Pasti banyak yang mau membayar 60 juta demi namanya masuk 4 festival. Atau lo janjikan pacar gelapnya jadi bintang utama. Gak harus berbentuk uang.
Ternyata semuanya sudah dia lakukan, hanya belum dituliskan. Wannabe 1 gak butuh business plan. Gak butuh uang. Dia cuma butuh didengarkan.
Kuping. Kalau kuping sih gue punya. Dua.
Wannabe 1 berterimakasih.
Wannabe 2 malu. Harusnya dia yang terima kasih. Sekarang wannabe 2 merasa lebih berarti.
Ayo bikin film. Semakin banyak yang bikin film, bioskop semakin untung. Bioskop semakin untung, layar semakin banyak. Layar semakin banyak, filmmaker makin kaya. Wannabe 2 makin kaya.
Kepompong gendut kembali menggeliat, tak sabar menanti menjelma jadi kupu-kupu kaya raya.
Oh wait.
She already is=D
Dua sutradara wannabe mengamati, berhenti sejenak menikmati hidangan gratisan yang disponsori Embassy Of Canada dalam rangka promosi film anak bangsanya.
"Apakah kesenian selalu dekat dengan kemewahan?" tanya si wannabe 1.
"Kalau lo liatnya dia sih iya. Kalau liat gue sih...," kata wannabe 2 sambil berusaha terlihat kupu-kupu.
Sutradara zaman sekarang harus semakin kupu-kupu. Harus semakin tinggi. Harus lebih tinggi dari artisnya. Twitter. Facebook. Segala media diepergunakan untuk mencapai massa. Karya tidak lagi yang utama. Film tak lagi butuh jiwa. Ayo kita filmkan kemiskinan, dan filmkan dalam kemewahan. Bisakah dia masih berjiwa?
"Maaf mbak, boleh wawancara?"
Wannabe 2 geer. Ternyata usahanya terlihat kupu-kupu tak sia-sia.
"Pengeluaran mbak sebulan berapa ya?"
Ternyata survey pasar.
Dia hanya sebongkah kepompong gendut.
Wannabe 2 berpikir keras. Kalau jujur, dia beresiko tidak terlihat kupu-kupu. Kalau berdusta, dia terancam merusak jiwa: modal utama sutradara.
"Tergantung punya pacar atau nggak," jawab Wannabe 2, senantiasa menggunakan jurus humor untuk menghindari kejujuran.
"Kalau punya pacar, lebih gede atau kecil?"
"Tergantung pacarnya siapa."
"Jadi pengeluaran mbak rata-rata berapa?"
Akhirnya kolom 2-4 juta dicontreng dengan sedikit malu-malu.
Kepompong gendut, mengapa harus malu?
Sepertinya lebih menyenangkan menjadi sutradara muda kaya raya. Makanya blog gue isinya tentang cari jodoh melulu. Lebih gampang mengakui lo butuh pacar daripada lo butuh uang.
Kadang-kadang mengejar mimpi itu butuh uang, apalagi di negara yang boro-boro mikirin bayarin makan malam serombongan anak tetangga untuk nonton karya anak bangsanya. Hadiah piala saja tak kunjung dibayar.
Kadang-kadang berjuang itu mahal, apalagi saat gadget dan bensin tak lagi kebutuhan sekunder.
Kadang-kadang firman Tuhan itu membosankan, apalagi di saat gue merasa kekurangan.
Firman gue membosankan? Atau elo yang membosankan?
Kepompong gendut merengut.
You are what you think.
Dia mulai berusaha merasa kelebihan, selain berat badan tentunya.
Tapi pikiran tak bisa ditipu. Dia cuma merasa kelebihan ketika tubuh siap membagi-bagikan.
Langkah pertama agar tidak kekurangan: give more. Siapa yang bisa gue beri?
Don't look too far. I put him right beside you.
Wannabe 1 butuh 60 juta untuk filmnya.
Wek. Wannabe 2 gak punya uang.
Tapi 60 juta gampang dicari. Tinggal bikin business plan.
Wannabe 1 gak tahu cara bikin business plan. Dia hanya tahu skenario, shot list, dan camera movement. Cash flow, revenue projection, dan investment risk sangat asing baginya.
Business plan itu intinya lo butuh duit berapa dan gimana cara balikinnya? No need for fancy words.
Kalau lo gak kebayang bisa balikin dalam bentuk uang, lo bisa janjikan bentuk lain. Misalnya lo janjikan film ini akan masuk 4 festival. Pasti banyak yang mau membayar 60 juta demi namanya masuk 4 festival. Atau lo janjikan pacar gelapnya jadi bintang utama. Gak harus berbentuk uang.
Ternyata semuanya sudah dia lakukan, hanya belum dituliskan. Wannabe 1 gak butuh business plan. Gak butuh uang. Dia cuma butuh didengarkan.
Kuping. Kalau kuping sih gue punya. Dua.
Wannabe 1 berterimakasih.
Wannabe 2 malu. Harusnya dia yang terima kasih. Sekarang wannabe 2 merasa lebih berarti.
Ayo bikin film. Semakin banyak yang bikin film, bioskop semakin untung. Bioskop semakin untung, layar semakin banyak. Layar semakin banyak, filmmaker makin kaya. Wannabe 2 makin kaya.
Kepompong gendut kembali menggeliat, tak sabar menanti menjelma jadi kupu-kupu kaya raya.
Oh wait.
She already is=D
Rabu, 11 Agustus 2010
Puasa Jakarta
Puasa selalu membawa perubahan, bahkan pada Jakarta dan kuda-kudanya.
Banyak yang bertambah cynical, lelah dijejali dakwah-dakwah tanpa cinta.
Banyak yang mendadak beriman, setidaknya sebulan.
Ada yang mendadak paling tahu Tuhan.
Ada yang diam-diam bertemu Tuhan, menangis tertawa.
Ada yang diam-diam bikin undang-undang, mumpung rakyat lagi tenang.
Ada yang jam 4 udah pulang. Kebanyakan jam 4 udah pulang. Jakarta jadi merayap dan jam 7 tiba-tiba lenyap.
Ternyata semua ngumpet di restoran. Omset restoran naik 60% menjelang jam 6. Pengunjung berdesakan.
Untung rumah karya yang sedang melatih gue menyediakan tajil, rendang, dan roti boy langsung dari bogor. Jadi gue menikmati hidangan pembuka gratisan tanpa perlu berdesak-desakan dan tanpa perlu puasa seharian.
Jakarta di waktu puasa terasa lebih menyenangkan.
Selain karena jalanannya tiba-tiba bersahabat, gue juga suka puasa karena obrol-obrol setelah buka. Semua manusia yang biasanya sibuk, sekarang duduk sama-sama dan mendadak punya banyak waktu untuk obrol-obrol gak penting.
Cewe-cewe ngerumpi di dekat kolam berenang, di mana makanan berada.
Cowo-cowo gay yang biasanya mendominasi rumah ini mendadak lenyap. Mungkin pada tarawih.
Cowo-cowo straight di depan sana, dekat rokok dan asap knalpot. Mungkin mereka malas mendengarkan obrolan wanita-wanita. Apalagi kalau bukan tentang pria.
"Lo gak kepikiran kawin?" tanya si umur 27 sok 35. Biasalah yang paling muda. Selalu ingin terlihat tua.
"Soalnya temen gue ada yang gak kepikiran kawin," kata 27 sambil melirik si umur hampir 30 dengan penuh arti. Hampir 30 pura-pura gak ngerti.
"Pernah" jawab umur 32 cuek, mengawali kisah pacaran 7 tahunnya yang beda agama, diselingi 4 kali intermezzo bersama pria-pria seagama. Pacar 32 adalah seorang lelaki Batak berdada bidang, target pasar si 27. Pantes 27 tak juga dapet pasangan, ternyata stock pasarnya direbut wanita-wanita seberang.
"Buruan tentuin deh. Abis ini kalau lo putus, lo bakal putus selamanya," kata si umur 34 mengenang kisah pria kristen-nya. Putus. Dan sampai sekarang masih menanti yang lain.
Si 27 hanya diam mengamati, terpesona dengan kisah cinta si 32.
"Lo ama abang dia aja. Batak berdada bidang," kata si 34 menunjuk another 32 yang baru datang.
"Emak gue harus Islam, lebih bagus kalau bukan Batak. Ribet," kata si 32 baru yang ternyata Batak Islam.
Si 27 sudah Kristen, Batak pula. Benar-benar menantu haram.
"Gue nungguin ntar kalau lo putus aja deh, biar si Batak Kristen dioper ke gue," kata 27 pada 32 tak Batak.
32 tak batak tertawa. Kali ini ada yang berbeda di tawanya.
Hahahahahahahhahagama.
Berhakkah agama memisahkan?
Berhakkah gue bertanya? Sementara nantinya gue kawinnya ama Batak Kristen, HKBP pula.
Buat seorang sutradara yang mencoba mempertanyakan cinta beda agama, gak seru banget kalau ujungnya gue kawin ama yang seagama.
"Lo kawin ama yang lo cinta, gak masalah kalau ternyata seagama," kata si hampir 30 yang lagi jatuh cinta tapi tetap tak terpikir menikah. Padahal seagama. Sama-sama Jawa pula.
Cinta di umur 30 memang tak lagi buta. Dia tidak lagi meluap-luap tanpa logika. Penglihatannya lebih terang, tapi tetap buta warna.
Cinta. Cinta. Mengapakah kau buta warna? Tak tahukah kau kalau warna kami berbeda-beda dan tak seharusnya bersama? Tapi kau tetap datang tanpa pandang warna dan meracuni kami dengan kenyamanan dan indahnya cinta buta warna.
Adakah cinta seindah cinta buta warna?
"Cinta satu malam! Oh indahnya," kata 32 tak batak menirukan joget Melinda.
Benarkah indah kalau cuma satu malam?
"Soalnya sekarang jamannya cewe yang ngelamar. Tapi bukan pake 'will you marry me'. Udah ganti dengan 'Baby I'm pregnant" kata si 35 memulai mazhab baru bagaimana agar cinta satu malam berubah selamanya.
Tarawih! Tarawih! Bisa-bisa Melinda terlanjur dinabikan.
Banyak yang bertambah cynical, lelah dijejali dakwah-dakwah tanpa cinta.
Banyak yang mendadak beriman, setidaknya sebulan.
Ada yang mendadak paling tahu Tuhan.
Ada yang diam-diam bertemu Tuhan, menangis tertawa.
Ada yang diam-diam bikin undang-undang, mumpung rakyat lagi tenang.
Ada yang jam 4 udah pulang. Kebanyakan jam 4 udah pulang. Jakarta jadi merayap dan jam 7 tiba-tiba lenyap.
Ternyata semua ngumpet di restoran. Omset restoran naik 60% menjelang jam 6. Pengunjung berdesakan.
Untung rumah karya yang sedang melatih gue menyediakan tajil, rendang, dan roti boy langsung dari bogor. Jadi gue menikmati hidangan pembuka gratisan tanpa perlu berdesak-desakan dan tanpa perlu puasa seharian.
Jakarta di waktu puasa terasa lebih menyenangkan.
Selain karena jalanannya tiba-tiba bersahabat, gue juga suka puasa karena obrol-obrol setelah buka. Semua manusia yang biasanya sibuk, sekarang duduk sama-sama dan mendadak punya banyak waktu untuk obrol-obrol gak penting.
Cewe-cewe ngerumpi di dekat kolam berenang, di mana makanan berada.
Cowo-cowo gay yang biasanya mendominasi rumah ini mendadak lenyap. Mungkin pada tarawih.
Cowo-cowo straight di depan sana, dekat rokok dan asap knalpot. Mungkin mereka malas mendengarkan obrolan wanita-wanita. Apalagi kalau bukan tentang pria.
"Lo gak kepikiran kawin?" tanya si umur 27 sok 35. Biasalah yang paling muda. Selalu ingin terlihat tua.
"Soalnya temen gue ada yang gak kepikiran kawin," kata 27 sambil melirik si umur hampir 30 dengan penuh arti. Hampir 30 pura-pura gak ngerti.
"Pernah" jawab umur 32 cuek, mengawali kisah pacaran 7 tahunnya yang beda agama, diselingi 4 kali intermezzo bersama pria-pria seagama. Pacar 32 adalah seorang lelaki Batak berdada bidang, target pasar si 27. Pantes 27 tak juga dapet pasangan, ternyata stock pasarnya direbut wanita-wanita seberang.
"Buruan tentuin deh. Abis ini kalau lo putus, lo bakal putus selamanya," kata si umur 34 mengenang kisah pria kristen-nya. Putus. Dan sampai sekarang masih menanti yang lain.
Si 27 hanya diam mengamati, terpesona dengan kisah cinta si 32.
"Lo ama abang dia aja. Batak berdada bidang," kata si 34 menunjuk another 32 yang baru datang.
"Emak gue harus Islam, lebih bagus kalau bukan Batak. Ribet," kata si 32 baru yang ternyata Batak Islam.
Si 27 sudah Kristen, Batak pula. Benar-benar menantu haram.
"Gue nungguin ntar kalau lo putus aja deh, biar si Batak Kristen dioper ke gue," kata 27 pada 32 tak Batak.
32 tak batak tertawa. Kali ini ada yang berbeda di tawanya.
Hahahahahahahhahagama.
Berhakkah agama memisahkan?
Berhakkah gue bertanya? Sementara nantinya gue kawinnya ama Batak Kristen, HKBP pula.
Buat seorang sutradara yang mencoba mempertanyakan cinta beda agama, gak seru banget kalau ujungnya gue kawin ama yang seagama.
"Lo kawin ama yang lo cinta, gak masalah kalau ternyata seagama," kata si hampir 30 yang lagi jatuh cinta tapi tetap tak terpikir menikah. Padahal seagama. Sama-sama Jawa pula.
Cinta di umur 30 memang tak lagi buta. Dia tidak lagi meluap-luap tanpa logika. Penglihatannya lebih terang, tapi tetap buta warna.
Cinta. Cinta. Mengapakah kau buta warna? Tak tahukah kau kalau warna kami berbeda-beda dan tak seharusnya bersama? Tapi kau tetap datang tanpa pandang warna dan meracuni kami dengan kenyamanan dan indahnya cinta buta warna.
Adakah cinta seindah cinta buta warna?
"Cinta satu malam! Oh indahnya," kata 32 tak batak menirukan joget Melinda.
Benarkah indah kalau cuma satu malam?
"Soalnya sekarang jamannya cewe yang ngelamar. Tapi bukan pake 'will you marry me'. Udah ganti dengan 'Baby I'm pregnant" kata si 35 memulai mazhab baru bagaimana agar cinta satu malam berubah selamanya.
Tarawih! Tarawih! Bisa-bisa Melinda terlanjur dinabikan.
Selasa, 10 Agustus 2010
Komedi Ramadhan
FPI mengejar-ngejar jemaat HKBP Bekasi.
Bubarkan FPI>>> twitter bersabda, tak rela agamanya dipakai seenaknya.
"Bukan FPI. Itu cuma warga," kata petinggi Front Pembela Islam membela diri, eh membela Islam, eh membela diri, eh membela... membela siapa?
"Ini rekayasa mereka," kata Tim Pembela Muslim setelah Abu Bakar Baasyir ditangkap. Sebuah drama reality di depan markas polisi dibintangi beberapa densus bertopeng hitam yang siang-siang gak kepanasan mendominasi TV.
"Mereka siapa, pak?" tanya salah satu wartawan off frame.
"Ya itulah... Amerika, Israel, dan antek-anteknya."
Komedi.
Warung remang-remang di Bogor dibakar. Si petugas dengan bangga mengatakan kalau dia sedang menjaga kesucian Ramadhan, tidak peduli si pemilik terkapar jantungan.
Komedi.
Sebuah BB dari teman: mengajak memblokir dan menyerang balik Kaskusers yang mengina Yesus. Mari bela Yesus.
Komedi.
SBY, terlihat tua dan lelah walau dengan kacamata emas baru: "Terorisme jangan disangkut pautkan dengan politik dan agama."
Komedi.
Gue memilih ignorance dan bertamasya ke komedi lain lewat kata-kata Ayu Utami: Manjali dan Cakrabirawa. Tapi gue malah ditampar untuk kembali ke reality.
Cerita sama, beda pemeran, untungnya beda pendekatan. Sejarah menjadi tidak lagi 'garin nugroho' (bahasa banci untuk garing, gak lucu).
Komunis dibasmi. Setan. Menghina agama. Mari kita bela agama.
Islam, Muslim, Yesus, Agama... perlukah dibela?
Tercerahkan sebentar. Bengong. Butuh another dose of renaissance.
TV tak lagi Baasyir dan FPI.
Ok, TV. I'll give u another chance. Entertain me! Mungkin kali ini komedimu lebih berarti.
Tampak para pejabat mulai megambil tindakan. Rapat besar digelar. Petinggi-petinggi dengan wajah serius silih berganti memasuki ruangan. Berjam-jam.
Rapat penentuan nasib negeri ini dimulai.
This might be a good sign. Tampaknya kami mulai menyadari kalau negara ini sudah dalam keadaan genting dan perlu duduk sama-sama untuk membenahi diri.
Live show terus-terusan.
Detik-detik penentuan.
"Puasa dimulai hari Rabu," kata Pak Mentri mengetuk palu.
Disambut tepuk tangan. Selesai.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Selesai!
Bukankan kita lebih perlu berbenah diri daripada ...?
"Ini lebih penting, karena nentuin besok gue makan siang ada temen atau nggak," sambung Chica membela mentri.
Memang tak semua orang seberuntung gue. Teman-teman gue mengartikan puasa adalah menahan diri sendiri, bukan menahan orang lain untuk menahan diri. Gua bebas makan siang tanpa konflik berarti.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Shut up, bitch. We are doing something. Bukti: Ramadhan datang, situs porno hilang.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Masih ada Amerika, Israel, dan kroni-kroninya untuk jadi antagonis dalam komedi kali ini. Kita tidak perlu berbenah diri.
Selamat Ramadhan buat yang menjalankan, tidak menjalankan, dan yang seharusnya menjalankan. Semoga menjadi bulan yang mengawali kesucian, bukan kepura-puraan sebulan.
Bubarkan FPI>>> twitter bersabda, tak rela agamanya dipakai seenaknya.
"Bukan FPI. Itu cuma warga," kata petinggi Front Pembela Islam membela diri, eh membela Islam, eh membela diri, eh membela... membela siapa?
"Ini rekayasa mereka," kata Tim Pembela Muslim setelah Abu Bakar Baasyir ditangkap. Sebuah drama reality di depan markas polisi dibintangi beberapa densus bertopeng hitam yang siang-siang gak kepanasan mendominasi TV.
"Mereka siapa, pak?" tanya salah satu wartawan off frame.
"Ya itulah... Amerika, Israel, dan antek-anteknya."
Komedi.
Warung remang-remang di Bogor dibakar. Si petugas dengan bangga mengatakan kalau dia sedang menjaga kesucian Ramadhan, tidak peduli si pemilik terkapar jantungan.
Komedi.
Sebuah BB dari teman: mengajak memblokir dan menyerang balik Kaskusers yang mengina Yesus. Mari bela Yesus.
Komedi.
SBY, terlihat tua dan lelah walau dengan kacamata emas baru: "Terorisme jangan disangkut pautkan dengan politik dan agama."
Komedi.
Gue memilih ignorance dan bertamasya ke komedi lain lewat kata-kata Ayu Utami: Manjali dan Cakrabirawa. Tapi gue malah ditampar untuk kembali ke reality.
Cerita sama, beda pemeran, untungnya beda pendekatan. Sejarah menjadi tidak lagi 'garin nugroho' (bahasa banci untuk garing, gak lucu).
Komunis dibasmi. Setan. Menghina agama. Mari kita bela agama.
Islam, Muslim, Yesus, Agama... perlukah dibela?
Tercerahkan sebentar. Bengong. Butuh another dose of renaissance.
TV tak lagi Baasyir dan FPI.
Ok, TV. I'll give u another chance. Entertain me! Mungkin kali ini komedimu lebih berarti.
Tampak para pejabat mulai megambil tindakan. Rapat besar digelar. Petinggi-petinggi dengan wajah serius silih berganti memasuki ruangan. Berjam-jam.
Rapat penentuan nasib negeri ini dimulai.
This might be a good sign. Tampaknya kami mulai menyadari kalau negara ini sudah dalam keadaan genting dan perlu duduk sama-sama untuk membenahi diri.
Live show terus-terusan.
Detik-detik penentuan.
"Puasa dimulai hari Rabu," kata Pak Mentri mengetuk palu.
Disambut tepuk tangan. Selesai.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Selesai!
Bukankan kita lebih perlu berbenah diri daripada ...?
"Ini lebih penting, karena nentuin besok gue makan siang ada temen atau nggak," sambung Chica membela mentri.
Memang tak semua orang seberuntung gue. Teman-teman gue mengartikan puasa adalah menahan diri sendiri, bukan menahan orang lain untuk menahan diri. Gua bebas makan siang tanpa konflik berarti.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Shut up, bitch. We are doing something. Bukti: Ramadhan datang, situs porno hilang.
Baasyir? FPI? HKBP? Inflasi? Nasib negeri?
Masih ada Amerika, Israel, dan kroni-kroninya untuk jadi antagonis dalam komedi kali ini. Kita tidak perlu berbenah diri.
Selamat Ramadhan buat yang menjalankan, tidak menjalankan, dan yang seharusnya menjalankan. Semoga menjadi bulan yang mengawali kesucian, bukan kepura-puraan sebulan.
Senin, 09 Agustus 2010
Zaman Berburu Dan Mengumpulkan Produser
Tak juga lelah hidup nomaden, aku kembali ke zaman berburu dan mengumpulkan produser.
Muda. Committed. Qualified.
"Gue aja," kata Nina.
MUDA. MUDA. MUDA.
Nina bete. "Kenapa harus muda?"
Pengennya sih bertumbuh sama-sama mengarungi bahtera perfilman Indonesia. Kalau produsernya tua, pastinya gue nurut-nurut aja disuruh apa pun.
Inferior complex.
"Berapa bulan?" tanya Nina lagi.
Launching, Desember 2011. Ditambah banyak bla bla bla after launching seperti : DVD, TV, dan bla bla bla lainnya. 2 tahun deh.
Nina freak out, seperti orang Jakarta lainnya. Bikin film 2 tahun? Hueh. Haram bagi kebanyakan filmmaker Jakarta.
Ternyata gua gak butuh yang sekedar muda. Gua butuh yang gila juga.
"Lo produserin sendiri aja," kata Tumpal.
PR produser adalah cari duit, cari sponsor, cari kru, dan cari pemain. Dan semuanya sudah gue lakukan.
Nggak semuanya gue yang nyari sih. Kebanyakan dateng sendiri tanpa dicari.
Contoh: gue lagi mencari cara agar bisa ketemu penemu Miss Green Tea. Tiba-tiba di suatu Sabtu hujan-hujan, mbak-mbak tak dikenal yang mengaku mau bikin tesis cin(T)a membuntuti gue. Mau aja gue angkut ke mobil buat jadi joki ke senayan city. Tak disangka doi mengenal PR si Miss Green Tea.
Contoh #2: Gue merayu seorang teman agar resign dan bergabung di team promo. Berhasil! Doi resign. Eh taunya ditarik lagi dengan klien berbeda. Satu klien: Blackberry =D
Terlalu banyak kebetulan alam untuk gue mengakui semua PR udah gue lakuin sendiri.
Maybe I already have a producer. The best one indeed.
God.
"Lo cuma butuh line producer bagus , dan assistant director bagus," kata Tumpal lagi.
Obviously. Setidaknya jangan kaya cin(T)a. Line producer merangkap catering, supir, dan mbak sapu-sapu. Assistant Director gue merangkap boomer dan bantal guling.
Tapi gue tetep butuh partner. Setidaknya yang bisa gue ajak ngobrol kalau shooting mulai menunjukkan wajah aslinya: inferno.
"Itu sih lo butuh penasehat spiritual, bukan produser," kata Tumpal lagi.
Produser itu kredit penting yang diperoleh banyak orang dengan perjuangan mulai dari assistant director, line producer, sampai tukang sapu. Tentunya kalau bokap lo tajir ya ada beberapa langkah terlewati, tapi tetap produser itu kerja keras. Kalau cuma buat masang nama dan gak ngapa-ngapain, lebih baik produserin sendiri.
Tumpal mulai menyebutkan nama berbagai line producer, DoP, dan astrada muda yang berkualitas dan cukup gila untuk diajak bikin film 2 tahun. Sambil mendengarkan, gue merasa rendah diri dan bangga.
Rendah diri karena ternyata banyak sekali yang gua gak tahu. Berani-beraninya anak cupu kaya begini bikin film panjang.
Bangga karena gue diberkati dengan teman-teman hebat. Kalaupun gue bodoh, setidaknya ada yang menghalangi dari terjun bebas dan menyengsarakan diri sendiri.
Jadi gue kembali memasuki zaman berburu dan mengumpulkan produser dengan penuh percaya diri. Tak ada lagi ketakutan dan percaya diri palsu yang mempermalukan my Great Producer.
Anyone will be lucky to be my producer.
Muda. Committed. Qualified. Berdada Bidang.
Mungkin gue butuhnya pacar, bukan produser.
Muda. Committed. Qualified.
"Gue aja," kata Nina.
MUDA. MUDA. MUDA.
Nina bete. "Kenapa harus muda?"
Pengennya sih bertumbuh sama-sama mengarungi bahtera perfilman Indonesia. Kalau produsernya tua, pastinya gue nurut-nurut aja disuruh apa pun.
Inferior complex.
"Berapa bulan?" tanya Nina lagi.
Launching, Desember 2011. Ditambah banyak bla bla bla after launching seperti : DVD, TV, dan bla bla bla lainnya. 2 tahun deh.
Nina freak out, seperti orang Jakarta lainnya. Bikin film 2 tahun? Hueh. Haram bagi kebanyakan filmmaker Jakarta.
Ternyata gua gak butuh yang sekedar muda. Gua butuh yang gila juga.
"Lo produserin sendiri aja," kata Tumpal.
PR produser adalah cari duit, cari sponsor, cari kru, dan cari pemain. Dan semuanya sudah gue lakukan.
Nggak semuanya gue yang nyari sih. Kebanyakan dateng sendiri tanpa dicari.
Contoh: gue lagi mencari cara agar bisa ketemu penemu Miss Green Tea. Tiba-tiba di suatu Sabtu hujan-hujan, mbak-mbak tak dikenal yang mengaku mau bikin tesis cin(T)a membuntuti gue. Mau aja gue angkut ke mobil buat jadi joki ke senayan city. Tak disangka doi mengenal PR si Miss Green Tea.
Contoh #2: Gue merayu seorang teman agar resign dan bergabung di team promo. Berhasil! Doi resign. Eh taunya ditarik lagi dengan klien berbeda. Satu klien: Blackberry =D
Terlalu banyak kebetulan alam untuk gue mengakui semua PR udah gue lakuin sendiri.
Maybe I already have a producer. The best one indeed.
God.
"Lo cuma butuh line producer bagus , dan assistant director bagus," kata Tumpal lagi.
Obviously. Setidaknya jangan kaya cin(T)a. Line producer merangkap catering, supir, dan mbak sapu-sapu. Assistant Director gue merangkap boomer dan bantal guling.
Tapi gue tetep butuh partner. Setidaknya yang bisa gue ajak ngobrol kalau shooting mulai menunjukkan wajah aslinya: inferno.
"Itu sih lo butuh penasehat spiritual, bukan produser," kata Tumpal lagi.
Produser itu kredit penting yang diperoleh banyak orang dengan perjuangan mulai dari assistant director, line producer, sampai tukang sapu. Tentunya kalau bokap lo tajir ya ada beberapa langkah terlewati, tapi tetap produser itu kerja keras. Kalau cuma buat masang nama dan gak ngapa-ngapain, lebih baik produserin sendiri.
Tumpal mulai menyebutkan nama berbagai line producer, DoP, dan astrada muda yang berkualitas dan cukup gila untuk diajak bikin film 2 tahun. Sambil mendengarkan, gue merasa rendah diri dan bangga.
Rendah diri karena ternyata banyak sekali yang gua gak tahu. Berani-beraninya anak cupu kaya begini bikin film panjang.
Bangga karena gue diberkati dengan teman-teman hebat. Kalaupun gue bodoh, setidaknya ada yang menghalangi dari terjun bebas dan menyengsarakan diri sendiri.
Jadi gue kembali memasuki zaman berburu dan mengumpulkan produser dengan penuh percaya diri. Tak ada lagi ketakutan dan percaya diri palsu yang mempermalukan my Great Producer.
Anyone will be lucky to be my producer.
Muda. Committed. Qualified. Berdada Bidang.
Mungkin gue butuhnya pacar, bukan produser.
Minggu, 08 Agustus 2010
Hidup Binatang Jalang
Rawamangun - Tomang kusebrangi hanya untuk menonton karya terbaru sutradara favoritku beralaskan bantal beludru ungu.
Air. Angin. Bumi. Udara. Booommm... mati. Save the world.
Cupu. I don't wanna spend my life making this kind of movie. I miss his earlier film hantu.
Turun ke bawah, banyak orang terburu-buru dengan muka penuh nafsu. Bukan menyambut pemotongan rupiah dalam rangka trend Indonesia back to sixties. Hari ini buku-buku yang kena giliran pemotongan harga jadi cuma 7 persepuluh.
Aku mencoba menahan diri, tapi aku hanya wanita lemah.
Aku ikut berburu buku.
Ayu Utami. Dewi Lestari. Pariyem. Multatuli. Semua di bawah 200 ribu. Tak percuma aku grasak grusuk antri buku.
Yang mahal-mahal tinggal rayu kakakku.
Rick Warren. Paulo Coelho. Sup Ayam. Semua berbahasa Inggris. 450 ribu.
Bahasa ibuku selalu dihargai lebih murah. Seperti rupiah.
Sadar diri.
Kapan akan kubaca semua buku ini? Padahal di rumah banyak buku dan DVD peliharaanku belum juga terjamah. Aku berjanji tak akan beli lagi sebelum semua berhasil kucicipi.
Tapi aku hanya wanita lemah.
Baru aku mengerti keinginan seorang binatang jalang.
Kuingin hidup seribu tahun lagi. Rugi ciinnnn udah beli gak dibaca. Keburu mati.
Jadi kurencanakan sisa hidupku: baca buku, baca buku, nulis buku, baca buku, kadang-kadang bikin film, baca buku, baca buku...
Baru mengerti kenapa si binatang jalang dari kumpulannya terbuang. Kerjanya baca buku mulu, cinnnn, pantes dibuang. Cupu.
Apalagi kalau si binatang jalang punya BB, tambah aja gak punya waktu berburu dan mengumpulkan makanan dan berbagi cerita cinta dengan jalang-jalang lainnya.
Kuingin hidup seribu tahun lagi.
Eh... kumpulan cerpen kompas didiskon juga.
Seribu seratus tahun lagi deh cin.
Air. Angin. Bumi. Udara. Booommm... mati. Save the world.
Cupu. I don't wanna spend my life making this kind of movie. I miss his earlier film hantu.
Turun ke bawah, banyak orang terburu-buru dengan muka penuh nafsu. Bukan menyambut pemotongan rupiah dalam rangka trend Indonesia back to sixties. Hari ini buku-buku yang kena giliran pemotongan harga jadi cuma 7 persepuluh.
Aku mencoba menahan diri, tapi aku hanya wanita lemah.
Aku ikut berburu buku.
Ayu Utami. Dewi Lestari. Pariyem. Multatuli. Semua di bawah 200 ribu. Tak percuma aku grasak grusuk antri buku.
Yang mahal-mahal tinggal rayu kakakku.
Rick Warren. Paulo Coelho. Sup Ayam. Semua berbahasa Inggris. 450 ribu.
Bahasa ibuku selalu dihargai lebih murah. Seperti rupiah.
Sadar diri.
Kapan akan kubaca semua buku ini? Padahal di rumah banyak buku dan DVD peliharaanku belum juga terjamah. Aku berjanji tak akan beli lagi sebelum semua berhasil kucicipi.
Tapi aku hanya wanita lemah.
Baru aku mengerti keinginan seorang binatang jalang.
Kuingin hidup seribu tahun lagi. Rugi ciinnnn udah beli gak dibaca. Keburu mati.
Jadi kurencanakan sisa hidupku: baca buku, baca buku, nulis buku, baca buku, kadang-kadang bikin film, baca buku, baca buku...
Baru mengerti kenapa si binatang jalang dari kumpulannya terbuang. Kerjanya baca buku mulu, cinnnn, pantes dibuang. Cupu.
Apalagi kalau si binatang jalang punya BB, tambah aja gak punya waktu berburu dan mengumpulkan makanan dan berbagi cerita cinta dengan jalang-jalang lainnya.
Kuingin hidup seribu tahun lagi.
Eh... kumpulan cerpen kompas didiskon juga.
Seribu seratus tahun lagi deh cin.
Sabtu, 07 Agustus 2010
BB Baru
BB baru. Nomor baru. (Mirip nomor phone sex line, jadi gak akan kuberitahu.)
"Welcome to the real world," kata 1 dari 4 teman twitterku.
Di saat BB terancam diblokir karena gak mau bikin pusat data, gua bergabung dengan para gaulita dan terorista dan para pengguna BBM lainnya.
BB membuat hidupku yang fana menjadi lebih berwarna. Setengah hari kuhabiskan hanya memandangi layar BB baruku. Update ini. Install itu. Transfer ini. Add itu. Hidup menjadi lebih hidup.
Tak lagi bengong ngeliatin orang ketika nungguin cigit belanja, sekarang gua ada tapi tiada. Sibuk dengan BB. Agak Asperger syndrom (mau bilang autis, tapi takut dimarahi danti)
Gubrak.
Hampir kesandung stopper mobil. Gara-gara BB.
Untung BB-ku masih tanpa cacat berarti.
Back to the real world.
FB. Twitter. YM. Email. Foursquare.
Now I have more reasons to care about no one but me and my BB.
"Welcome to the real world," kata 1 dari 4 teman twitterku.
Di saat BB terancam diblokir karena gak mau bikin pusat data, gua bergabung dengan para gaulita dan terorista dan para pengguna BBM lainnya.
BB membuat hidupku yang fana menjadi lebih berwarna. Setengah hari kuhabiskan hanya memandangi layar BB baruku. Update ini. Install itu. Transfer ini. Add itu. Hidup menjadi lebih hidup.
Tak lagi bengong ngeliatin orang ketika nungguin cigit belanja, sekarang gua ada tapi tiada. Sibuk dengan BB. Agak Asperger syndrom (mau bilang autis, tapi takut dimarahi danti)
Gubrak.
Hampir kesandung stopper mobil. Gara-gara BB.
Untung BB-ku masih tanpa cacat berarti.
Back to the real world.
FB. Twitter. YM. Email. Foursquare.
Now I have more reasons to care about no one but me and my BB.
Jumat, 06 Agustus 2010
Udah Tua
Pulang jam 4 pagi. Bangun jam 9, masih pusing.
Dahulu kala usia 23, pulang pagi-pergi lagi-berhari-hari gak menghalangi gue menjelajahi pagi di Singapura dengan tanpa nyutnyut di kepala kiri.
Ternyata gue udah tua.
Bukan hang over. Hanya sampai tengah malam gue ditemani vodka campur sprite atau campur jagung berkedok jus jeruk... gratisan, tapi kalau refill bayar. Sisanya nongkrong di roti bakar edi.
Nyutnyut kepala kiri.
Ternyata gue udah tua.
Kemaren gagal berburu lelaki, padahal di kanan kiri lelaki berdada bidang bertebaran. Baik yang doyan laki maupun perempewi. Curiga banyakan yang doyan laki. Tak satu pun menarik hati.
I blame Michael Jackson.
Tips clubbing: no "Man In The Mirror" video 5 hours before party.
Nelson Mandella. Mother Theressa. John Lennon. Be the change.
"29!" kata seorang mbak imut versi past tense Yuni Shara setelah memeluk dan meraba-raba pinggul Cina Coon.
Games tebak ukuran celana. Sepertinya dia sangat ahli menebak lingkar pinggang lelaki. Like all the ladies here.
Except me.
Nelson Mandella. Mother Theresa. John Lennon.
Be the change you wanna see in the world.
Semua lelaki berdada bidang jadi terlihat kurang menarik.
Ternyata gue udah tua.
Dahulu kala usia 23, pulang pagi-pergi lagi-berhari-hari gak menghalangi gue menjelajahi pagi di Singapura dengan tanpa nyutnyut di kepala kiri.
Ternyata gue udah tua.
Bukan hang over. Hanya sampai tengah malam gue ditemani vodka campur sprite atau campur jagung berkedok jus jeruk... gratisan, tapi kalau refill bayar. Sisanya nongkrong di roti bakar edi.
Nyutnyut kepala kiri.
Ternyata gue udah tua.
Kemaren gagal berburu lelaki, padahal di kanan kiri lelaki berdada bidang bertebaran. Baik yang doyan laki maupun perempewi. Curiga banyakan yang doyan laki. Tak satu pun menarik hati.
I blame Michael Jackson.
Tips clubbing: no "Man In The Mirror" video 5 hours before party.
Nelson Mandella. Mother Theressa. John Lennon. Be the change.
"29!" kata seorang mbak imut versi past tense Yuni Shara setelah memeluk dan meraba-raba pinggul Cina Coon.
Games tebak ukuran celana. Sepertinya dia sangat ahli menebak lingkar pinggang lelaki. Like all the ladies here.
Except me.
Nelson Mandella. Mother Theresa. John Lennon.
Be the change you wanna see in the world.
Semua lelaki berdada bidang jadi terlihat kurang menarik.
Ternyata gue udah tua.
Balada Anak Negeri
Pramono Minta Anggota DPR yang Perkosa SPG Dihukum Seberat-beratnya
Lumpur Lapindo Ambleskan Rel Kereta
BPN Makassar Proses Tanah Pemkot di Areal Politeknik Pelayaran
Australia Bantah Keluarkan Travel Warning ke Aceh
Tawuran Antar Desa, Rumah Rusak dan Warga Luka-luka
KPU Flores Timur Diduduki Massa Pasangan yang Gagal Lolos Verifikasi
Pendidikan Indeks BI Sosialisasikan Penyederhanaan Rupiah Awal Tahun Depan
Secara garis besar, studi penyederhanaan mata uang telah selesai.
Daoed Joesoef: Tangan Pemberi Award Penuh Lumpur
Pemerintah Segera Terbitkan Aturan Pengganti UU BHP
Kesra Indeks Indonesia Pastikan Tak Blokir Layanan Blackberry
Pemerintah menghimbau Research In Motion (RIM), produsen perangkat dan penyedia layanan BlackBerry, membuat pusat data di Indonesia
30 Persen Masinis Kereta Api Belum Bersertifikat
Kesalahan Manusia Mendominasi Penyebab Kecelakaan Kereta Api
PAN Yakin, Anggota DPR Pemerkosa Itu Bukan Kadernya
Peletakan Batu Pertama Gedung Baru DPR Oktober
Soal Anggaran, Presiden Minta Gubernur Realitis
Gayus Tak Layak Dapat Diskon Hukuman
Mahkamah Konstitusi Tak Kabulkan Permohonan Provisi Yusril
Shireen Sungkar dilarikan ke rumah sakit setelah Mercy yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
Century gak ada lagi ya?
Eh, udah jam 2.30. Waktunya mandi.
Gue kan punya acara sendiri. Gak ada waktu buat mikirin negeri ini.
Singggg....
Speechless.
Tak berdaya.
Who am I trying to care? What can I do?
Cuma kepikiran ngikutin Sali. Tak akan lagi kupakai telepon kalian sampai lumpur lapindo diganti rugi.
Tapi kan semenit cuma 50 rupiah.
Tergoda lagi...
Ah apa yang bisa kuperbuat bagimu negeri? Sepertinya lebih bahagia tidak peduli.
Dan kutatap si gadis manis di kaca. Teringat seorang almarhum bernyanyi sambil pegang selangkangan:
"If you wanna make the world a better place, take a look at yourself and make the change."
Bukan bulu mata, bukan suntik putih.
I guess a simple smile will do.
Lumpur Lapindo Ambleskan Rel Kereta
BPN Makassar Proses Tanah Pemkot di Areal Politeknik Pelayaran
Australia Bantah Keluarkan Travel Warning ke Aceh
Tawuran Antar Desa, Rumah Rusak dan Warga Luka-luka
KPU Flores Timur Diduduki Massa Pasangan yang Gagal Lolos Verifikasi
Pendidikan Indeks BI Sosialisasikan Penyederhanaan Rupiah Awal Tahun Depan
Secara garis besar, studi penyederhanaan mata uang telah selesai.
Daoed Joesoef: Tangan Pemberi Award Penuh Lumpur
Pemerintah Segera Terbitkan Aturan Pengganti UU BHP
Kesra Indeks Indonesia Pastikan Tak Blokir Layanan Blackberry
Pemerintah menghimbau Research In Motion (RIM), produsen perangkat dan penyedia layanan BlackBerry, membuat pusat data di Indonesia
30 Persen Masinis Kereta Api Belum Bersertifikat
Kesalahan Manusia Mendominasi Penyebab Kecelakaan Kereta Api
PAN Yakin, Anggota DPR Pemerkosa Itu Bukan Kadernya
Peletakan Batu Pertama Gedung Baru DPR Oktober
Soal Anggaran, Presiden Minta Gubernur Realitis
Gayus Tak Layak Dapat Diskon Hukuman
Mahkamah Konstitusi Tak Kabulkan Permohonan Provisi Yusril
Shireen Sungkar dilarikan ke rumah sakit setelah Mercy yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
Century gak ada lagi ya?
Eh, udah jam 2.30. Waktunya mandi.
Gue kan punya acara sendiri. Gak ada waktu buat mikirin negeri ini.
Singggg....
Speechless.
Tak berdaya.
Who am I trying to care? What can I do?
Cuma kepikiran ngikutin Sali. Tak akan lagi kupakai telepon kalian sampai lumpur lapindo diganti rugi.
Tapi kan semenit cuma 50 rupiah.
Tergoda lagi...
Ah apa yang bisa kuperbuat bagimu negeri? Sepertinya lebih bahagia tidak peduli.
Dan kutatap si gadis manis di kaca. Teringat seorang almarhum bernyanyi sambil pegang selangkangan:
"If you wanna make the world a better place, take a look at yourself and make the change."
Bukan bulu mata, bukan suntik putih.
I guess a simple smile will do.
Rabu, 04 Agustus 2010
Cupu-Cupu Istimewa
Dengan sedikit pemaksaan dan intimidasi, akhirnya gue berhasil menjadi plus one Cina Coon di ajang 50 most eligible bachelor suatu majalah ibu kota.
Jadi plus two karena Saira Jihan juga nafsu ingin berburu suami. Dua dokter muda yang bukan selera gua pun diproyeksikan ke masa depan. Gak papalah. Beda target market. Jadi Saira boleh ikut serta.
Plus three karena blasteran kelinci diajak juga. Walaupun langsung digusur Lila sebelum dia merelakannya.
Next step: menemukan kostum yang cozy untuk berburu suami.
Teringat aku terakhir kali menghadiri acara yang dipenuhi species homo selebriti, baik yang doyan laki maupun perempewi. Gue memasuki arena red carpet dengan penuh percaya diri, bermodal undangan platinum: undangan terpenting di ajang ini. Di depan gue lampu Blitz wartawan bergelimangan menanti.
Gue lewat.
Lampu blitz tiba-tiba padam.
Gue berlalu.
Lampu blitz bergelimangan lagi.
Monyet.
Walaupun dengan undangan platinum, aku ternyata tetap seorang anak cupu.
Temen gue yang liat gue di TV, nyempil di belakang Darius , langsung SMS:
"Tot, lo kucel banget!!!"
Inilah akibatnya karena semalam naik kerete ekonomi, gak bawa baju, modal minjem baju ucu, terpaksa dipeniti kanan kiri.
Rendah diri berkepanjangan.
Cupu.
Kali ini aku tak boleh cupu lagi. Aku harus tampil tak cupu, demi divinely beautiful and beyond.
"Yang ini gimana?" tanya Tisa yang didatangkan khusus dari Sidney. Niat hati wisata belanja, apa daya sampai di Bandung malah disandera jadi stylist pribadi karena dina dellyana sibuk seminar.
"Jangan yang keliatan terlalu niat banget. Harus keliatan gak niat dateng tapi gak cupu," jawabku menebar visi diri di Jumat malam nanti.
"Kalau yang ini?"
"Jangan yang kaya jok mobil."
Tisa sekarang ternyata cupu juga. Padahal di suatu waktu di tahun 2000, Tisa ini pernah cantik, tentunya sebelum terjamah pendidikan ITB. Sudah lulus 5 tahun dari ITB, masih juga cupu permanen. Pantes gak punya temen di Sidney.
Setelah another jok mobil, gordyn, dan lemper, sampailah kami kepada sebuah baju Mango F O .
Not too casual. Not too niat. Not too cheap.
300 ribu.
Beli nggak ya?
QQ...
QQ...
Maaf mami, bukannya mau ngabisin duit mami. Tapi ini demi kita bersama, Mi. Kalau anakmu tersayang dapet jodoh kan mami juga yang senang. Terpaksa kartu kreditmu kugunakan.
Tinggal tambah iket pinggang setebal ban untuk menyamarkan lemak perut , siap tempur!
Eit!
Gak ada lengannya. Kedua lenganku terekspos lepas, terlalu besar. Terlalu kenyal.
Kembali rendah diri.
Terbayang aku kembali menjadi anak cupu, duduk di pojok sendirian menikmati waffle dan es krim coklat gratisan. Gak ada yang ngedeketin karena tangannya kegedean.
Cupu...
"Tapi kan kita cupu istimewa," kata Tisa.
Kartu kredit digesek.
No turning back.
Semoga ada lelaki berdada bidang yang menyadari betapa lezatnya tangan ini, betapa empuknya untuk ditiduri. Anyone will be lucky to have me.
Nyummm.
Jadi plus two karena Saira Jihan juga nafsu ingin berburu suami. Dua dokter muda yang bukan selera gua pun diproyeksikan ke masa depan. Gak papalah. Beda target market. Jadi Saira boleh ikut serta.
Plus three karena blasteran kelinci diajak juga. Walaupun langsung digusur Lila sebelum dia merelakannya.
Next step: menemukan kostum yang cozy untuk berburu suami.
Teringat aku terakhir kali menghadiri acara yang dipenuhi species homo selebriti, baik yang doyan laki maupun perempewi. Gue memasuki arena red carpet dengan penuh percaya diri, bermodal undangan platinum: undangan terpenting di ajang ini. Di depan gue lampu Blitz wartawan bergelimangan menanti.
Gue lewat.
Lampu blitz tiba-tiba padam.
Gue berlalu.
Lampu blitz bergelimangan lagi.
Monyet.
Walaupun dengan undangan platinum, aku ternyata tetap seorang anak cupu.
Temen gue yang liat gue di TV, nyempil di belakang Darius , langsung SMS:
"Tot, lo kucel banget!!!"
Inilah akibatnya karena semalam naik kerete ekonomi, gak bawa baju, modal minjem baju ucu, terpaksa dipeniti kanan kiri.
Rendah diri berkepanjangan.
Cupu.
Kali ini aku tak boleh cupu lagi. Aku harus tampil tak cupu, demi divinely beautiful and beyond.
"Yang ini gimana?" tanya Tisa yang didatangkan khusus dari Sidney. Niat hati wisata belanja, apa daya sampai di Bandung malah disandera jadi stylist pribadi karena dina dellyana sibuk seminar.
"Jangan yang keliatan terlalu niat banget. Harus keliatan gak niat dateng tapi gak cupu," jawabku menebar visi diri di Jumat malam nanti.
"Kalau yang ini?"
"Jangan yang kaya jok mobil."
Tisa sekarang ternyata cupu juga. Padahal di suatu waktu di tahun 2000, Tisa ini pernah cantik, tentunya sebelum terjamah pendidikan ITB. Sudah lulus 5 tahun dari ITB, masih juga cupu permanen. Pantes gak punya temen di Sidney.
Setelah another jok mobil, gordyn, dan lemper, sampailah kami kepada sebuah baju Mango F O .
Not too casual. Not too niat. Not too cheap.
300 ribu.
Beli nggak ya?
QQ...
QQ...
Maaf mami, bukannya mau ngabisin duit mami. Tapi ini demi kita bersama, Mi. Kalau anakmu tersayang dapet jodoh kan mami juga yang senang. Terpaksa kartu kreditmu kugunakan.
Tinggal tambah iket pinggang setebal ban untuk menyamarkan lemak perut , siap tempur!
Eit!
Gak ada lengannya. Kedua lenganku terekspos lepas, terlalu besar. Terlalu kenyal.
Kembali rendah diri.
Terbayang aku kembali menjadi anak cupu, duduk di pojok sendirian menikmati waffle dan es krim coklat gratisan. Gak ada yang ngedeketin karena tangannya kegedean.
Cupu...
"Tapi kan kita cupu istimewa," kata Tisa.
Kartu kredit digesek.
No turning back.
Semoga ada lelaki berdada bidang yang menyadari betapa lezatnya tangan ini, betapa empuknya untuk ditiduri. Anyone will be lucky to have me.
Nyummm.
Selasa, 03 Agustus 2010
Me vs Me
Tu wa ga pat... Tu wa ga pat...
Baru satu keliling.
Here we are trying to reach the sky
MP3 tambah ngebeat, jantung hampir berhenti ngebeat.
Tu wa ga pat...
Apa dua keliling aja ya???
Seorang kakek tua melewati, terpacu untuk lari lebih...
Aarrgghhhh...
Si kakek semakin menjauh
Tu wa ga pat huf huf huf
Cewe lebih seksi kalau keringetan
Tu wa ga pat
Huf huf
Mencoba lihat langit
Biru
I never realize it was so blue
Relax take it easy
Now it's time for revolution
We are getting bigger no and now no no no
Just stay focus to the front
never look back
never look down
Keliling ke 3...
satu lagi.
"Woi kalau kayak gitu lari gimana mau kurus?"
Seperti suara Mak Gondut.
Halusinasi?
Kok ada dia di pinggir lapangan?
Pura-pura gak kenal, lari terus.
Mak Gondut teriak-teriak menyemangati, membuat gue semakin ingin berlari. Berlari pergi biar nggak diidentifikasi publik. Moga2 gak ada yang nyadar gue sedarah dengan mak-mak gila di pinggir sana.
Lari adalah perlombaan antara gue dan gue.
Sedikit lagi...
Empat keliling!
And the winner is... ME!
Yeah! So proud of myself.
Keluar lapangan penuh kebanggan.
Si bapak bergigi dua tersenyum. Maksudnya ramah, jadi horor campur mesum.
"Kalau mau kurus mah pake jaket yang tebel neng biar keringat."
Great. Pura2 gak kenal ternyata gagal. Sekarang satu lapangan tahu gue sedarah, dan tahu gue pengen kurus.
Sayangnya gue gak pengen sekedar kurus. I want to be divinely beautiful, like Jason Mraz, with his divine lips, divine smile, and eyes so content it gives no space for inadequity... inadequateness... yah etalah.
Beauty: another battle of me vs me.
And I will never get to his kind of beauty by any short cut.
Not even with the bulu mata.
First lap: bye bye bulu mata.
I really am cantik apa adanya (dengan sedikit bantuan catokan, kalau nggak bisa-bisa dikarantina dina delyana)
Baru satu keliling.
Here we are trying to reach the sky
MP3 tambah ngebeat, jantung hampir berhenti ngebeat.
Tu wa ga pat...
Apa dua keliling aja ya???
Seorang kakek tua melewati, terpacu untuk lari lebih...
Aarrgghhhh...
Si kakek semakin menjauh
Tu wa ga pat huf huf huf
Cewe lebih seksi kalau keringetan
Tu wa ga pat
Huf huf
Mencoba lihat langit
Biru
I never realize it was so blue
Relax take it easy
Now it's time for revolution
We are getting bigger no and now no no no
Just stay focus to the front
never look back
never look down
Keliling ke 3...
satu lagi.
"Woi kalau kayak gitu lari gimana mau kurus?"
Seperti suara Mak Gondut.
Halusinasi?
Kok ada dia di pinggir lapangan?
Pura-pura gak kenal, lari terus.
Mak Gondut teriak-teriak menyemangati, membuat gue semakin ingin berlari. Berlari pergi biar nggak diidentifikasi publik. Moga2 gak ada yang nyadar gue sedarah dengan mak-mak gila di pinggir sana.
Lari adalah perlombaan antara gue dan gue.
Sedikit lagi...
Empat keliling!
And the winner is... ME!
Yeah! So proud of myself.
Keluar lapangan penuh kebanggan.
Si bapak bergigi dua tersenyum. Maksudnya ramah, jadi horor campur mesum.
"Kalau mau kurus mah pake jaket yang tebel neng biar keringat."
Great. Pura2 gak kenal ternyata gagal. Sekarang satu lapangan tahu gue sedarah, dan tahu gue pengen kurus.
Sayangnya gue gak pengen sekedar kurus. I want to be divinely beautiful, like Jason Mraz, with his divine lips, divine smile, and eyes so content it gives no space for inadequity... inadequateness... yah etalah.
Beauty: another battle of me vs me.
And I will never get to his kind of beauty by any short cut.
Not even with the bulu mata.
First lap: bye bye bulu mata.
I really am cantik apa adanya (dengan sedikit bantuan catokan, kalau nggak bisa-bisa dikarantina dina delyana)
Senin, 02 Agustus 2010
EP ke 34
SMS dari Asyma, produser gua:
It's just the thing that has been circling my mind since last time we met.
Pake basa inggris. Damn. It was never good news.
I don't think I do have that tolerance as much as you need in the process of making this movie. Not that I don't want to work with you.
Pikiran gue mundur ke episode Rainy mengundurkan diri. Gua 3 tahun lalu di antara dua pilar neo klasik, face to face dengan Rainy. Kali ini gue face to face dengan berlembar-lembar sms.
Am actually happy that we can have this great opportunity. However considering that we're not firm yet about the shooting schedule and me that has wedding plan on april, I really don't want to ruin your passion and production in Demi Ucok.
Sounds more and more like Rainy. Why do people use this excuse all the time? Why is it always for the benefit of me? Can't they make up a better line?
Although I really really want to be part of the production, I just don't think it will work between us at this time.
Rainy bilang dia akan menghubungi gue lagi. Gua udah mempersiapkan AK 47, kalau dia beneran datang.
But, if you neeed help, I will help you as long as I can.
Dan Rainy gak pernah datang. Not even an SMS.
I don't know about you, ya. Please share me your thought. Don't be mad at meeee...;) cup cuuuuup...
This should be the time when I get devastated and frustrated, shooting every bit of her with my AK-47. She didn't have the guts to tell me face to face.
But I don't.
Bukan karena dia jauh di Jakarta, tapi somehow I am amazingly OK.
Wow.
I am so surprised, so proud of myself.
How come I am not angry? Am I a saint now?
Gue teringat bagaimana marah, putus asa, dan frustasinya gue ketika Rainy mengundurkan diri.Sekarang yang mengundurkan diri produser. Seharusnya gua bunuh diri.
Tapi gue tetep melanjutkan tidur siang sambil tersenyum, menanti kakakku menjemput makan pancake.
Kalau gue ketemu Rainy sekarang, akankah gue berondong dengan AK 47? Atau gue sepet sambil pamer film baru?
No.
Honestly, I would like to have a nice lunch with her. She is a nice girl that I genuinely like. Otherwise it won't be that devastating.
Bukan karena gue akhirnya bertemu Jihan yang lebih Annisa, tapi benar-benar berterima kasih dengan tanpa sisa pahit di hati.
Karena Rainy telah mengajarkan gue arti sebuah kesepian di tengah-tengah HP yang gak berhenti-berhenti berdering. Arti sebuah pembuktian di tengah kecantikan yang berbanding terbalik dengan kepintaran.
Rainy is just another turn that I have to take on my path of understanding. Another lesson I have to learn sebelum akhirnya gue bertemu Jihan.
I have nothing to be mad at her.
Dan asyma? Apakah gua marah ama dia?
No. I still love her. She is still an outstanding girl, otherwise I won't pick her as my producer.
Karenanya gue mengetik jawaban:
"Tapi lo masih jadi 10001 executive producer kan? ;D"
Dan dia menjawab:
"Hahahaha.... yes, teteup, jeung!"
Dan gue tersenyum.
"Next time kita beneran kerja bareng ya. Looking fward lhoooo!"
Somehow I know that we won't.
Somehow I am left with no one to fight with.
Somehow the sun still shines.
Somehow I feel God is smiling, so proud of me.
9966 more to go.
It's just the thing that has been circling my mind since last time we met.
Pake basa inggris. Damn. It was never good news.
I don't think I do have that tolerance as much as you need in the process of making this movie. Not that I don't want to work with you.
Pikiran gue mundur ke episode Rainy mengundurkan diri. Gua 3 tahun lalu di antara dua pilar neo klasik, face to face dengan Rainy. Kali ini gue face to face dengan berlembar-lembar sms.
Am actually happy that we can have this great opportunity. However considering that we're not firm yet about the shooting schedule and me that has wedding plan on april, I really don't want to ruin your passion and production in Demi Ucok.
Sounds more and more like Rainy. Why do people use this excuse all the time? Why is it always for the benefit of me? Can't they make up a better line?
Although I really really want to be part of the production, I just don't think it will work between us at this time.
Rainy bilang dia akan menghubungi gue lagi. Gua udah mempersiapkan AK 47, kalau dia beneran datang.
But, if you neeed help, I will help you as long as I can.
Dan Rainy gak pernah datang. Not even an SMS.
I don't know about you, ya. Please share me your thought. Don't be mad at meeee...;) cup cuuuuup...
This should be the time when I get devastated and frustrated, shooting every bit of her with my AK-47. She didn't have the guts to tell me face to face.
But I don't.
Bukan karena dia jauh di Jakarta, tapi somehow I am amazingly OK.
Wow.
I am so surprised, so proud of myself.
How come I am not angry? Am I a saint now?
Gue teringat bagaimana marah, putus asa, dan frustasinya gue ketika Rainy mengundurkan diri.Sekarang yang mengundurkan diri produser. Seharusnya gua bunuh diri.
Tapi gue tetep melanjutkan tidur siang sambil tersenyum, menanti kakakku menjemput makan pancake.
Kalau gue ketemu Rainy sekarang, akankah gue berondong dengan AK 47? Atau gue sepet sambil pamer film baru?
No.
Honestly, I would like to have a nice lunch with her. She is a nice girl that I genuinely like. Otherwise it won't be that devastating.
Bukan karena gue akhirnya bertemu Jihan yang lebih Annisa, tapi benar-benar berterima kasih dengan tanpa sisa pahit di hati.
Karena Rainy telah mengajarkan gue arti sebuah kesepian di tengah-tengah HP yang gak berhenti-berhenti berdering. Arti sebuah pembuktian di tengah kecantikan yang berbanding terbalik dengan kepintaran.
Rainy is just another turn that I have to take on my path of understanding. Another lesson I have to learn sebelum akhirnya gue bertemu Jihan.
I have nothing to be mad at her.
Dan asyma? Apakah gua marah ama dia?
No. I still love her. She is still an outstanding girl, otherwise I won't pick her as my producer.
Karenanya gue mengetik jawaban:
"Tapi lo masih jadi 10001 executive producer kan? ;D"
Dan dia menjawab:
"Hahahaha.... yes, teteup, jeung!"
Dan gue tersenyum.
"Next time kita beneran kerja bareng ya. Looking fward lhoooo!"
Somehow I know that we won't.
Somehow I am left with no one to fight with.
Somehow the sun still shines.
Somehow I feel God is smiling, so proud of me.
9966 more to go.
Langganan:
Postingan (Atom)