Selasa, 14 Mei 2013

Woody Allen

Gue pengen jadi kaya Woody Allen, lucu. Dia pandai mengkomedikan diri sendiri bahkan di momen-momen hidup paling tragedi: dikatain Yahudi, bercerai, tulisannya dianggap gak lucu, dipecat kerjaan, dan Tuhan.

"I don't like his movies. They are way too self centered," kata seorang actress yang pendapatnya sangat gue dengarkan.

Gue gak mau ketahuan narsis. Gue selalu berusaha membuat cerita yang bukan tentang gue, tapi selalu ujung-ujungnya curhat. Jiwa narsis + kurang imajinatif + biaya minim, jadilah film gue selalu tentang gue.

Kali ini takdir membawa gue ke sebuah reality show scripted yang membuat orang lebih banyak alasan menuduh gue narsis karena diperankan gue sendiri.

Dan budget minim menaruh gue di spotlight sebagai narator utama Demi Turki.

Gue takut.

Gue takut dibilang narsis. Gue takut orang gak suka nonton gue. Gue takut gak lucu.

Apa yang orang mau nonton?

Hhhh... I can't believe gue kembali ke titik pertanyaan ini. Gue kira setelah Demi Ucok, gue gak akan peduli lagi penonton mau nonton apa. Gue tahu gue lebih baik memikirkan apa yang gue mau tonton, bukan yang orang mau tonton.

Apakah gue mau noton gue?

Jawabannya adalah ya. Kadang-kadang gue lucu dan inspiratif kok. Kadang-kadang intimidating dan menyebalkan. Tapi gue malu mengakui gue pengen nonton gue.

Gue malu mengakui gue narsis?

Narsis. Do I really love myself that much?

Setelah hidup 30 tahun dengan badan ini, dijodohin gak laku-laku, bohong kalau gue bilang gue cinta diri sendiri. Gue takut untuk tampil di depan kamera karena gue gak suka badan gue. Gue gak suka suara gue. Gue gak suka attitude gue.

Kalau gue aja gak suka, ngapain juga penonton harus suka?

Gue pengen suka ama badan gue. Gue pengen sayang ama badan gue. Gue pengen menghargai suara gue. Gue pengen gak masalah melihat gue yang pemalas dan lemak di mana-mana.

Narsis?

I would love to be narsis. I would love to love myself more.


This is my way to be narsis. This is my way to love myself more.

Kalau dengan bikin ini, gue bisa suka ama badan gue, Bring it on!


Yang pengen gue tonton adalah 13 episode yang jujur, menghibur, dan menyentuh tentang cewe-cewe yang gak suka ama badannya sendiri.

Gue gak butuh nonton yang lucu doang. Gue menderita 30 tahun hidup di badan ini.  Badan yang gak bakal pernah dipajang cover Cosmopolitan. Badan yang gak dilirik kalau jalan. Badan yang dijodohin gak laku-laku. Gue mau Dramaaaaaaaaaaaaaaaaa !

Pasti banyak cewe-cewe di luar sana yang gak suka ama badannya sendiri. Mudah-mudahan abis nonton ini mereka bisa lebih sayang sama badan sendiri.

No!

Ini bukan buat orang lain. Gue bikin ini biar gue lebih bisa sayang sama badan gue sendiri.

Welcome me! The main narrator of Demi Turki. Mulai Juni di Kompas TV.

Sejenak menciut lagi. Orang udah pada sibuk. Ngapain juga mereka harus nonton gua?

Siapa bilang orang harus nonton?

Nggak harus kok. Kalau mereka gak mau, tinggal pindah channel.

Ribet amat.

Tapi...

I have a feeling you would not want to change the channel. It's a very interesting program indeed.

Dasar narsis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar