"Katanya gue bisa jadi healer," katanya mengutip seorang healer tebengannya di Pulau Dewata yang konon pernah membaca Lola Amaria dan Nicolas Saputra.
Dulu juga pernah ada yang bilang gue bisa jadi healer. Bukan karena jempol gue besar dan enak mijitin punggung Mak Gondut, ndut ndut kaya kepompong. Tapi karena perut gue besar.
"Energi dalam itu nyimpennya di perut," katanya sambil merokok. Dia tidak pernah makan di sela-sela pengobatan. Metabolisme menyerap terlalu banyak energi.
Makanya Plato dan Socrates selalu puasa menjelang berkarya. Lebih baik energinya dipakai berpikir daripada habis mengolah souvlkaki.
Sejak bergaul dengan mahkluk-mahkuk pemikir, gue mulai percaya manusia bisa menyembuhkan diri sendiri. Kalau batuk gak harus langsung sedia OBH.Demam gak harus Termos Es. Mens gak harus feminax. Maag gak harus promag.
Lihatlah Bobot dan Boni. Kalau sakit tinggal makan rumput dan sembuh sendiri. Kalau Bobot dan Boni dianugerahi kemampuan menyembuhkan diri sendiri, kenapa kita tidak?
"Gue gak pernah minum obat. Kalau sakit, gue minum brotowali yang tanam sendiridi belakang rumah."
Atau beli di Pasar Dago. Belinya jalan kaki pagi-pagi, gak nyuruh bibi.
Pantesan 53 kulitnya masih sehat benderang.
Ketika sakit, yang dibutuhkan tubuh bukan obat, tapi istrirahat. Tubuh butuh konsntrasi energi membentuk sel-sel baru, jangan diganggu dengan aktivitas yang tak perlu.
Seperti mikirin jadwal film baru.
Ngik.
Makan apa kita besok?
Makanan: sumber penyakit nomor satu. Tubuhmu adalah Bait Allah, jangan dirusak dengan kolesterol dan karbo tak kompleks.
Kali ini gue bersyukur diberi penyakit. Sementara sel-sel merenovasi diri, otak bisa flashback dan merenungi kenapa gue diberi kesehatan.
Untuk menyembuhkan?
Tapi kan Agustus nanti perut gue gak besar lagi...
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar