"Only second feature... Not good for jury director...," katanya merendah dalam Bahasa Inggris patah-patah ketika dipilih jadi ketua juri.
Gue berusaha meladeni dia ngobrol, kasian terkucilkan karena keterbatasan bahasa di rumahnya sendiri, Korea. Ibu-ibu sweet 40 tahunan yang lebih banyak ketawa dan mengangguk daripada ber-kalimat.
Kesan yang berbeda pas nonton filmnya. Filmnya sangat tenang, percaya diri, efektif, galak, dan agak psycho! Tak ada jejak ibu-ibu sweet yang berusaha mingle di antara crowd berbahasa Inggris cas cis cus.
Well written, well directed, well produced, dengan sinematografi dan art yang mempesona.
Film seperti ini yang gue pengen bikin. Film yang menang Berlin atau Cannes, tapi masih dimengerti bankir-bankir tak berbudaya kaya Mamasinga.
"Gambar kaya gitu mahal tapinya," kata mahasiswa beasiswa film di Korea.
Gue mau jadi director mahal! Gue mau bikin film kaya gini!
Tapi jangan gambarnya doang yang mahal. Isinya juga.
"Kayanya sutradara harus tua dulu deh, baru kontennya bisa mahal."
Gue melihat si Ibu-Ibu sweet yang masih berusaha berbahsa Inggris di sela-sela bir ke dua. Mungkinkah director muda tinggi hati bisa bikin film kaya dia?
Sepertinya sebelum memperkaya diri, gue harus memperkaya hati dulu.
Raja Kata, you will be expensively beautiful.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar