Kamis, 04 April 2013

Sepertiga Jiwa

"Tahun depan gue mau kejar setoran, 3 film langsung!!!" sesumbar gue tahun lalu, setelah setahun gak bikin film. Setahun gue tersita mengais seratus ribuan dari 10 ribu orang. My Begging Pilgrimage.

Tahun ini : Oma Kepo, Love Expired, dan Amok. My Big Budget Pilgrimage.

Ternyata takdir berkata beda. Film-film berbiaya besar terpaksa gue tunda ke tahun depan, saat pemilik kapital negara ini tidak lagi bertanya-tanya siapa ketua preman nasional selanjutnya. But no more begging pilgrimage.

Let's start a low pilgrimage.  Low budget, Low carbo, low iron, but high in return.

Yeah, baby! Amen to that.

Tahun ini kita mulai dengan Amok, yang termurah di antara ketiganya.

"Kok judulnya Amok tapi di dalamnya gak ada amuk massa?" tanya koko ganteng pendana kita.

Maklum budgetnya mengharamkan scene-scene bermassa lebih dari lima. Gak bisa ganti budget, terpaksa ganti judul.

Dongeng Bawah Angin.

Lebih puitis. Lebih Indonesia. Lebih ramah adegan sepi.

Isinya kumpulan 5 film pendek berdasarkan 5 cerita rakyat dari Bawah Angin: Timun Mas, Lutung Kasarung, Cinduo Mato, Bawang Merah Bawang Putih, dan Sigale-Gale.

Punya gue tentunya Sigale-Gale versi masa depan. Judulnya The Dancing Gale. Settingnya di dunia sampah di mana cuma tersisa cewe-cewe dan bencong. Semua cowo udah pada mati karena perang atau bunuh diri kalah pemilu.

It's a haunting and less dialog film. Shooting Juni.

Yang ke dua ternyata Demi Turki, reality show 13 episode berdasarkan sepupu-sepupu gue yang taruhan bakal kurus dengan hadiah ke Turki. Iseng-iseng cerita ke TV, malah mereka minta tayang Juni.

Gak ada haunting-haunting-nya  dan dialog di mana-mana. Gak mungkin mendiamkan Batak-Batak kalau udah terlanjur ngumpul. Shooting April.

Yang ketiga adalah In The Absence Of The Sun, supposed to be film pertama Lucky Kuswandi sebelum akhirnya bikin Madame X duluan. Dari judulnya aja gue udah langsung jatuh cinta. Apalagi pas baca script-nya. Sudah direvisi dari script darft 1-nya yang konon menang Jiffest masa lalu.  Dengan Black Magic Cinema Camera akan kita telanjangi malam-malam Jakarta sampai pagi.

Tapi itu simpan  dulu. Shootingnya masih Agustus. Hari ini gue membagi dua jiwa gue: separuh komedi separuh tragedi.

Separuh imajinasi membayangkan para penari wanita bertulang menonjol tak berlemak, separuh lagi dipenuhi lemak-lemak Sepupu-Sepupu Gondut.

Satu tabs berisi tarian telanjang manusia dengan gerak patah-patah slomo, tabs lain reality show cewe-cewe cakar-cakaran.

Sejam merinding, sejam tertawa.

And I like both part of me.  Juggling 2 projects at the same time. Jadi mengerti kenapa Robert Rodriguez gak bisa cuma ngerjain satu proyek di satu saat. Dancing Gale gue jadi lebih nakal, dan Demi Turki gue jadi lebih artistik.

Tahun depan 4 film?

Bring it on, Baby.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar