Teringat casting cin(T)a yang membutuhkan 4 bulan hanya untuk mencari pemeran Annisa, casting Dongeng Bawah Angin jauh lebih singkat dan menyenangkan.
Tinggal sebar informasi di Twitter, ratusan talent potensial berdatangan. Tinggal memilih 30 orang yang kira-kira cocok untuk beberapa peran di Dongeng Bawah Angin dan yang paling penting: menyenangkan untuk diajak kerja sama dan toleran dengan kepompong kita yang mungil tapi gendut ini.
"Saya ingin bertanya kepada Mbak Sammaria kenapa saya tidak dimasukkan dalam daftar casting dan kenapa email script saya tidak dibalas," kata salah satu peserta yang tiba-tiba muncul tanpa dipanggil. Satu dari banyak orang yang mengirimi gue script dan merasa gue wajib membuatkan filmnya untuk dia.
Gue menghela nafas panjang, tapi tertahan oleh amarah. Tadinya gue ingin menghargai usaha dia yang sudah jauh-jauh niat datang tanpa diundang dengan memberikan dia kesempatan casting. Tapi belum 1 menit dia sudah menjawab pertanyaan salah satu sutradara dengan nyolot. Emak-emak Batak inside me langsung terpancing untuk balas mengaum.
Acting is all about trust and patience, sayang. I don't trust you and I have absolutely no patience to work with you.
Ada juga talent tak diundang lainnya datang, jauh-jauh dari Jakarta. Full of talent and lack of anger. A good ending to the evening.
The rest of the 30's are great. Indri dan Deden did a good job picking them. Gak berasa casting, gue malah berasa terhibur dengan performance mereka.
Ada talent titipan Mak Gondut, anak Batak temannya yang sudah kita under appreciate pas liat CV, tapi ternyata mempesona di atas panggung dengan nyanyian selamat ulang tahun untuk Mak Gondut versi Bahasa Lutung.
Ada talent yang gerak tubuhnya menyihir, tapi aktingnya RCTI jam 8 malam.
Ada talent yang filmnya ke Sundance karena tariannya, usahanya tak dipertanyakan, tapi somehow ber-aura intimidasi ala Agnes Monica. Indri langsung nge-fans, tentunya.
Ada talent yang baru gerak dikit udah bikin gue ngakak, tapi gak tahu mau gue kasih peran apa.
Ada talent yang ternyata adiknya Jihan, kita suruh jadi Annisa. Doi cowo btw.
Dan malam itu diakhiri dengan nyanyian lagu baru ciptaan Acun, mau curi-curi kita masukin ke serial Demi Turki episode pas gue casting. Biar Acun bisa curi-curi start promo album barunya.
Malam ini berakhir dengan bahagia, tapi harap-harap cemas.
Harap-harap cemas karena ini pertama kalinya gue galak menolak menjabarkan kenapa seseorang harus ditolak. Ternyata gue bukan seorang pendidik seperti yang selama ini gue khayalkan.
Oh well.
Harap-harap cemas karena banyak banget talent luar biasa yang gak bisa gue offer peran. Pikiran mulai merangkai cerita apa yang bisa gue buat diperankan mereka.
Harap-harap cemas karena Acun sudah 29 tahun dan lagunya baru jadi satu bait. Dia harus langsung balik Jakarta karena mau mengurusi sebuah promo festival film, bukan menyelesaikan lagu.
Semua orang punya jalan masing-masing yang harus masing-masing mengerti dan hargai.
Teringat dulu gue juga pernah dicasting untuk masuk jadi pegawai di sebuah perusahaan advertising. Dunia berasa berakhir ketika visa gue tidak ditolak. Looking back, gue bersyukur ditolak. Kalau nggak, gue masih bikin iklan dan gak akan pernah bikin film.
Is it bad?
Semua baik, katanya.
Semua baik, adanya.
Kita butuh ditolak untuk tahu itu bukan yang benar-benar kita mau.
Rejection is God's way to tell us we have something else to do.
i feel happy reading this posting, atied! can't wait for your new movie! miss you and dini much! the "trimbakenthir" episode always ngangenin :)
BalasHapus