Subuh-subuh Mak Gondut dan 2 anaknya sudah berangkat dari Bandung menuju Ibukota. Sehari sebelumnya Mak Gondut sudah mempersiapkan stick untuk bermain golop bersama ibu-ibu Kartini Cup. H-1 dibatalkan karena ada SMS berantai undangan penetapan calon legislatif partai peserta pemilu nomor satu.
"Tapi undangannya untuk Linda Marpaung. Ini mami gak ya?" Tanya Mak Gondut harap-harap cemas. Namanya Lina, bukan Linda.
Gue melepas Mak Gondut ke kerumunann massa berjas biru, berharap mereka salah ketik. Kebayang kalau ternyata si Linda Marpaung datang dan Mak Gondut pulang tanpa nomor urut.
Kenapa Mak Gondut harus berpartai politik? Yang jelas bukan untuk menurunkan harga subsidi BBM atau mencegah pembotakan Babakan Siliwangi. Apakah dia kurang aktivitas karena anak-anaknya kurang sayang?
"Biarin ajalah dia. Asal gak gangguin kita," kata salah satu anak Mak Gondut.
Bukan pertama kalinya dia ikutan pemilu. Dulu dia pernah jadi caleg dan pulang membawa bon sticker dan kaos, tanpa kursi di DPRD Bandung.
"Ya dijagain aja sih dia," kata si Boru Raja simpatik di sela-sela tips menjaga berat badan.
Tunggu ditunggu sampai jam 7 Mak Gondut tak juga meraung minta dijemput. Pertanda Linda Marapaung memang dia adanya.
"Tadi ada yang kenal lho Mami siapa. Katanya: yang maen pilim itu kan ibu?" katanya bangga saat dijemput pulang, 2 jam setelah perjanjian.
Mak Gondut resmi jadi caleg nomor 3 setelah Ricky Subagja dan anak ketua cabang somewhere.
"Kita ajuin ajalah ke Surya Paloh biar dibikinin serial Mami," goda anaknya usil.
Mak Gondut tersenyum-senyum mau, "emang bisa?" tanyanya menyembunyikan harap.
Demi Senayan.
Emang bisa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar