Jumat, 19 April 2013

Menang

HANYA SATU KATA: MENANG!

Hanya satu spanduk menghiasi ruangan besar registrasi verifikasi dan input data yang dipenuhi panitia dan calon legislator satu-satunya partai baru di jejeran wajah lama peserta Pemilu 2014. Full AC. Minim pengaturan alur manusia.

Dan kelak mereka akan mengatur negara.

Kalau menang.

Makanya menang didoktrin dari awal buat calon kader. Bukan bagaimana sensitif kepada kebutuhan masyarakat.Tapi MENANG!

At least tempat parkirnya tertata rapi.  Semuanya mobil mewah hitam-hitam mengkilat. Satpamnya lebih banyak dari jumlah mobil yang ada. Jadi budaya premanisme negara kita akan tetap terpelihara.

"Kalau ijazah SMA ya gak usahlah, Mbak,"   ibu-ibu endut  berusaha menego mbak verifikasi. Si mbak masam-masam menurut, daripada kuota 30% perempuan gak masuk.

"Mbak, saya udah janjian ama Ibu Leni,"  kata Ibu muda ber-make up mahal tanpa mengambil nomor urut.

Mbak pemegang nomor tidak menegur. Asyik memakan kue basah ke dua-nya. Untung jas partai menyamarkan lemak.

" Eh mbak duluan ya?" tanya Bapak berjas sama melihat gue berdiri gak terima saat dia mau  menyela.

Sejam hanya untuk menyerahkan kekurangan dokumen, gue jadi bertanya-tanya cemas dengan hasil Pemilu 2014.

Berapa dana yang mereka keluarkan untuk gedung ini dan kafe cantik di depannya? Apa yang mereka lakukan kalau gak dapet kursi?

Mungkin sogokan malah lebih besar kalau bukan partai mereka yang berkuasa. Lebih baik buang duit dikit mencoba peruntungan di Pemilu.

Demokrasi. Demokrasi. Lebih mirip korporasi.

"We are small here, but we are the biggest in the world," kata seorang manajer korporasi bernama Arab berwajah Mandarin dan mewakili sebuah negara perbatasan Arab Asia dan Eropa.

Korporasi betulan ternyata lebih efektif. Hanya dalam 10 menit, kepentingan gue sudah dia dengarkan dan jadwal meeting berikutnya sudah diatur.

Lo butuh apa, lo mau ngasih gue apa? Kalau gak cocok, ya gak usah basa-basi. Ngabisin waktu.

Jadi mikir buat apa buang-buang duit  kalau pemenang Pemilu kita sudah tahu.

Karena Pemilu adalah  lahan duit, jadi gak mungkin dihapuskan.

Ah kau. Naif kali pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar