Minggu, 12 Juni 2016

Terkapar

Sudah setengah jam gue terkapar gak bisa bergerak di lantai ini. Percuma berteriak. Kamar ini di lantai 3, jauh dari telinga-telinga lain.

Cuma gara-gara ngebungkuk mau ngambil softex di kotak yang berfungsi ganda jadi bangku, tiba-tiba pinggang ini diserang nyeri tak tertahankan disusul pandangan menghitam. Untung gue masih cukup sadar untuk merebahkan diri ke lantai dan gak membiarkan tubuh ini gedebug bebas ke lantai yang mungkin akan mencederai lebih dari ekor.

"Non?" tiba-tiba suara Mas Yusuf mendekat dari bawah tangga.

"Mas! Jangan naik ke sini."

Gue gak pakai celana. Malu banget terlihat terkapar tak berdaya hanya pakai celana dalam.

"Disuruh Ibu mundurin mobil," katanya, tidak lagi mendekat.

"Bilang Mami kata Atid tolong naik ke atas."

Suara iya mengiringi langkah kaki menjauh.

Tentunya Mak Gondut gak datang-datang. Mungkin sanggulnya belum selesai disasak.

Teringat seorang dosen yang tinggal sendiri dan ditemukan meringkuk kesakitan di kamar setelah beberapa hari gak muncul di kampus, gue langsung berusaha menggerakkan diri.

Tetap gak bisa.

Gue nangis-nangis. Gue gak mau ditemukan mati pake celana dalam doang.

Gue kembali merayap dan berhasil menggapai rok yang terjulur di sofa. Memakainya butuh beberapa jeritan setiap ada gerakan ekor.  Tapi gue tahankan biar ketika Mak Gondut akhirnya datang, gue terkapar dengan pakaian lengkap.

"Ini karena kau kegendutan ini!" kata Mak Gondut tak peka anaknya sedang meregang ekor di lantai.

Tapi mungkin Mak ada benarnya.

Jadi ingatlah hari ini. Pilihannya cuma dua. Tobat dan mulai sayangi badanmu! Atau setiap saat setiap waktu berpakaian lengkap!

Karena kita gak tau kapan maut dan Mak Gondut menjemput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar