"Film ini tentang tidak percaya diri. Diceritakan lewat seorang generasi menunduk yang selalu melihat HP dan pengen ganti HP setiap sekitarnya upgrade HP dengan mengorbankan apapun. Genre-nya komedi apokaliptik," kata sutradara kelompok bimbingan gue setelah gue kompori perlahan-lahan gimana caranya membuat konsep visual film ini lebih wah.
Seluruh penduduk bumi menunduk, bahkan ketika berjalan. Si penjual HP digambarkan sebagai preman berbaju pendeta, di tangannya ada keselamatan dan kebinasaan. Dengan HP dagangannya, karakter utama akan bebas dari rasa tidak percaya diri.
"Apokaliptik artinya apa, Mbak?" tanya sutradara.
"Ya kaya film-film distopia yang kamu suka. Kayak the end of the time, kiamat, pokoknya dunia ini udah mau selesai."
Dia mengangguk-ngangguk berusaha terlihat ngerti.
Gue pulang dengan puas setelah menugasi mereka melengkapi cast, lokasi, dan props sepanjang weekend.
H-1, cast belum ada, lokasi belum locked.
"Foto lokasi counter HP-nya mana?"
"Kemaren tutup, Mbak."
"Hari ini buka?"
"Nggak tahu, Mbak."
"Jadi besok kita shooting gimana?"
"Ya besok bisa kok kayanya, Mbak."
Daripada besok gue murka dan apocalypse beneran, komedi ajalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar