Kamis, 11 November 2010

Domba-Domba Tersesat

Gereja.

Di ruangan ini gue biasa mendengar pendeta bersabda hanya Yesus satu-satunya jalan.

Di ruangan ini gue biasa mendengar putuskan pacarmu yang beda agama.

Di ruangan ini gue biasa mendengar selamatkanlah domba-domba yang tersesat.

Hari ini ruangan megah berlangit-langit tinggi ini dipenuhi dialog Cina dan Annisa. Mereka meneriakkan pertanyaan-pertanyaan yang gak pernah berani gue tanyakan dengan mulut gue sendiri.

Rencananya film ini tidak diputar di dalam gereja tetapi di ruangan kecil belakang gereja, tempat biasa para pemuda mendalami alkitab setiap hari Sabtu. Ternyata yang dateng banyak sekali.

Mungkin karena filmnya tenar. Mungkin karena murid-murid Mak Gondut terancam dapet E kalau gak nonton. Mungkin juga karena Tuhan sedang jahil.

Gue bikin film ini karena gereja tidak memberi ruang untuk gue bertanya mengapa kita diciptakan beda-beda kalau Tuhan hanya ingin disembah dengan satu cara.

Dan hari ini gue dikasih ruang.

The big one.

Gue berdiri di depan gereja, bercerita betapa hebatnya Tuhan yang kita sembah dengan berbagai nama dan dengan berbagai cara.

Seekor domba tersesat berdiri di samping gue sambil tertawa-tawa.

Di belakang sana another domba tersesat berjilbab menonton.

And I thank God, knowing I have no need to save them.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar